Berpikir Politik, Kesadaran Politik, dan Perjuangan Politik.

4. Berpikir Politik, Kesadaran Politik, dan Perjuangan Politik.

a. Berpikir Politik dan Komponen- komponennya

Berpikir tentang teks-teks politik meliputi berpikir tentang teks- teks ilmu politik dan teks-teks kajian politik. N amun berpikir politik yang benar-menurut Hizbut Tahrir-adalah berpikir tentang teks-teks berita, fakta dan kejadian yang sedang berlangsung. Oleh karena itu, pembentukan berita adalah yang dianggap sebagai teks-teks politik yang sebenarnya. Apabila seorang hendak berpikir politik, maka ia harus berpikir tentang teks-teks berita, terutama tentang pembentukannya dan cara memahami pembentukan ini. Inilah yang dianggap berpikir politik, bukan berpikir tentang ilmu politik dan kajian politik. Sebab berpikir tentang ilmu politik dan kajian politik hanya memberikan informasi saja, persis seperti berpikir tentang teks-teks pemikiran, serta hanya memberikan pemikiran yang mendalam dan cemerlang, namun tidak menjadikan seorang pemikir politik, melainkan seorang yang pandai tentang politik, yakni pandai tentang kajian-kajian politik. Dalam hal seperti ini, ia pantasnya menjadi guru atau dosen (pengajar), bukan menjadi politisi. Sebab politisi adalah seorang yang mengerti berita, fakta, petunjukknya, dan sampai mengetahui aktivitas yang dimungkinkannya, baik ia memiliki pengetahuan tentang ilmu politik dan kajian politik maupun tidak. Meskipun ilmu politik dan kajian politik membantu dalam memahami berita dan fakta, namun bantuannya ini hanya sebat as m em bant u t ent ang jeni s infor m asi ket i ka menghubungkannya, dan tidak membantu lebih dari itu. Oleh karena itu, ia tidak termasuk syarat dalam berpikir politik. Ini berarti bahwa berpikir politik menurut Hizbut Tahrir ada dua jenis: Pertama, berpikir tentang ilmu politik dan kajian politik. Kedua, berpikir tentang kejadian dan fakta

89 Q S. At-Taubah [9] : 33. 90 Lihat: Afkar Siyasiyah , hlm. 121, 122.

Komponen-komponen Berpikir Politik

Hizbut Tahrir menetapkan lima perkara penting, dan semuanya harus ada untuk merealisasikan berpikir politik.

1. Mengikuti semua fakta dan kejadian yang terjadi di dunia.

2. Memiliki infor masi (data), meski ber sifat per mulaan dan ringkasan tentang hakikat fakta dan kejadian.

3. Tidak melepaskan fakta dari konstelasi dan kondisinya, serta tidak mengeneralisasi (menyamaratakan)nya.

4. Mengidentifikasi kejadian dan fakta.

5. Menghubungkan berita dengan data-data.

b. Kesadaran Politik dan Syarat-syaratnya

Hizbut Tahrir mendefinisikan kesadaran politik yaitu memperhatikan dunia dari sudut pandang yang khas. D an bagi kami-kaum Muslim- memandangnya dari sudut pandang akidah Islam, yaitu sudut pandang La Ilaha Illallah M uhammad Rasulullah (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah, Muhammad itu utusan Allah).

"Aku diperint ah unt uk memerangi manusia hingga mereka bersaksi

91 Lihat: Afkar Siyasiyah , hlm. 42, 48.

Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200 Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200

perhit ungannya diserahkan kepada Allah" 92 Sedangkan kesadar an t er hadap konstelasi polit ik, konstelasi

int er nasional, kejadian-kejadian polit ik, per kembangan polit ik internasional, serta aktivitas-aktivitas politik, maka semua itu termasuk keperluan-keperluan untuk kesempurnaan kesadaran politik, namun ia bukan kesadaran politik itu sendiri. 93

Syarat-syarat Kesadaran Politik

Untuk menghasilkan kesadaran politik, menurut Hizbut Tahrir diperluakan dua syarat: Pertama, pandangannya harus mendunia. Kedua, pandangannya ini harus berangkat dari sudut pandang yang khas dan ter batas, apapun sudut pandangnya, baik ber upa ideologi tertentu, pemikiran tertentu, kepentingan tertentu maupun yang lainnya. Oleh karena itu, Hizbut Tahrir berpendapat bahwa memandang dunia tanpa sudut pandang yang khas dianggap dangkal, dan bukan mer upakan kesadaran politik. 94

Hizbut Tahrir berpendapat bahw a ada per bedaan antara fakta sesuatu dengan hukum sesuatu. Dalam hal fakta sesuatu, manusia tidak ada perbedaan. Apabila terkait dengan penglihatan, maka setiap orang yang memiliki mata, akan melihat sesuatu sebagaimana faktanya, kecuali jika ia tertipu dan tersesatkan. Apabila terkait dengan indera, maka setiap orang yang berindera akan mengindera sesuatu, baik dengan indera perasa, seperti rasa pahit dan rasa manis; dengan indera peraba, seperti halus dan kasar; dengan indera pendengaran, seperti beragam suara; maupun dengan indera penciuman, seperti berbagai jenis bebauan. Sesuatu itu akan diindera manusia sebagaimana faktanya, betapapun menghasilkan beragam perbedaan. N amun, dalam hal hukum sesuatu, manusia berbeda pendapat. Memandang dunia melalui sudut pandang yang khas terkait dengan hukum sesuatu dan perbuatan, serta melihat realitas sebagaimana faktanya yang terkait dengan penginderaan dan pemahaman. Untuk itu

92 M ut t afaqun alaih . Susunan mat annya menurut Muslim. Lihat : Shahih Bukhari , vol. I, hlm. 17; dan Shahih M uslim , vol. I, hlm. 53.

93 Lihat: Afkar Siyasiyah , hlm. 58. 94 Lihat: Afkar Siyasiyah , hlm. 58.

Tentang bagaimana memandang duani melalui sudut pandang yang khas, maka Hizbut Tahrir memaparkan beberapa contoh, dan di sini kami sebuatkan beberapa di antaranya saja:

Contoh Pertama dari Politik Rasulullah SAW..

Rasulullah SAW. mem iliki sudut pandang yang khas dalam memandang dunia, yaitu menyebarkan dakwah. Sebab kaum kafir Quraisy kedudukannya sama dengan negara adidaya di dalam batas-batas jazirah Arab. Kaum kafir Quraisy adalah pemimpim kaum kafir dalam menentang dakwah. Oleh karena itu, beliau menempatkan separuh mata-matanya fokus pada aktivitas politik dan peperangan terhadap kaum kafir Quraisy. Beliau mengirim mata-matanya untuk mengawasinya, menyerang para pedagangnya, dan berperang dengannya di beberapa medan peperangan. Beliau mencukupkan dengan beberapa negara, yakni beberapa suku untuk tidak memihak atau bersikap netral. Bahkan semua aktivitas politik dan militer yang dilakukan Rasulullah SAW. adalah lahir dar i pandangan terhadap dunia melalui sudut pandang yang khas tersebut.

Begitu juga ketika Yahudi Khaibar melakukan perundingan dengan kaum kafir Quraisy dengan tujuan mengadakan per sekutuan antara keduanya unt uk menyer ang Madinah, member angus Islam, dan memberangus negaranya, maka beliau membatasi fokus aktivitasnya dengan mengadakan perdamaian dengan kaum kafir Quraisy. Sehingga beliau punya kesempatan untuk memberangus Yahudi Khaibar. Dari sudut pandang yang khas ini, beliau mengambil kebijakan berdamai sebagai asas untuk aktivitasnya yang akan datang, seperti kepergiannya untuk umrah, relanya beliau dengan berpalingnya kaum kafir Quraisy darinya, sikap lemahnya beliau di hadapan sikap kerasnya kaum kafir Quraisy, tindakan beliau yang bertentangan dengan kehendak para shahabatnya, dan yang lainnya, yang dijalankan sesuai dengan politik damai. Pandangan beliau terhadap aktivitas politiknya terhadap para musuhnya yang sangat terfokus itu lahir dari sudut pandang yang khas, dan semuanya disesuaikan dengan tuntutan sudut pandang yang kahas ini. Ada dua contoh dari aktivitas Rasulullah SAW. ini: Pertama, aktivitas umum. Beliau fokus pada negara adidaya yang menjadi pemimpin par a musuhnya ber dasar kan sudut pandang yang khas. Kedua, aktivitas khusus. Beliau fokur pada tujuan

95 Lihat: Afkar Siyasiyah , hlm. 61, 62.

Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200 Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200

Contoh Kedua dari Politik Kontemporer

Sebagai contoh pandangan melalui sudut pandang yang khas dalam politik kontemporer, Hizbut Tahr ir menyebutkan bahwa AS setelah Perang Dunia II berkata sesungguhnya dunia adalah perusahaan. Dan AS memiliki saham terbesar dalam perusahaan ini. Sehingga wajib pengaturan perusahaan ini ada dalam kekuasaannya. AS menjadikan pernyataan ini sebagai sudut pandang yang khas dalam memandang dunia. sehingga seluruh aktivitasnya disesuaikan dengan sudut pandang ini. Maka, jadilah AS memandang aktivitas politiknya berjalan di dunia ini melalui sudung pandang ini. Pandangannya melalui sudut pandang ini adalah yang menjadikannya bertentangan dengan Uni Soviet, dan yang menjadikannya

menjauhi dan mengabaikan Inggris dan Perancis. 97 Berdasarkan hal itu, maka cara memandang melalui sudut pandang

yang khas kepada kejadian-kejadian politik yang terjadi di dunia, terkadang sifatnya umum, yakni dari aspek yang terkait dengannya, hal itu seperti menjadikan penyebaran dakwah sebagai asas bagi politik luar negeri, yaitu meliputi seluruh negara; terkadang khusus, yaitu seperti memblokade m usuh dalam neger a t er t ent u, sehi ngga m em ungk inkan ki t a mengalahkannya di dunia; dan terkadang lebih khusus dari itu, seperti pertempuran dalam peperangan dengan politik tertentu, agar negara- negara yang lain melihat program-program politik pertempuran kita. Menerapkan pandangan melalui sudut pandang politik yang khas atas aktivitas dan kejadian politik merupakan perkara yang mudah, tidak perlu mempraktekkan politik secara nyata, namun cukup dengan memahami peristiwa-peristiwa politik yang terjadi secara mendalam. 98

c. Perjuangan Politik

Hizbut Tahrir berpendapat bahwa apa yang sekarang dinamakan

96 Lihat: Afkar Siyasiyah , hlm. 62, 63. 97 Lihat: Afkar Siyasiyah , hlm. 63. 98 Lihat: Afkar Siyasiyah , hlm. 64.

"Dan hendaklah ada di ant ara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma` ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang berunt ung". 99

Sabda Rasulullah SAW.:

"Pemimpin para syahid kelak pada hari kiamat adalah Hamzah bin Abdul Muthalib dan seorang lelaki yang mendatangi imam (penguasa) yang zalim, lalu ia melarangnya dan memerintahkannya (agar tidak zalim), kemudian ia dibunuhnya". 100

Sabda Rasulullah SAW.:

 "Sesungguhnya banyak seorang pemimpin yang akan dipercayakan

unt uk mengurusi urusan kalian. Kemudian, kalian mengakuinya dan mengi ngkarinya. Barangsiapa yang membenci ( kem ungkaran yang

99 QS. Ali Imran [3] : 104.

Diriw ayatkan ath-Thabrani. Lihat: al-M u'jam al-Ausat h , vol. IV, hlm. 238.

Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200 Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200

Semua ini tidak lain mer upakan bentuk per lawanan ter hadap aktivitas para penguasa yang rusak. Dan semua itu dinamakan dengan perjuangan politik. N ash-nash ini menuntut dengan tegas agar melakukan perjuangan politik. Ia merupakan dalil yang jelas bahwa perjuangan politik hukumnya wajib. Oleh karena itu, Hizbut Tahrir menganggap bahwa meninggalkan perjuangan politik adalah berdosa, sebab meninggalkan kewajiban. Sehingga tidak diragukan lagi bahwa Allah akan mengazab (memberi sanksi) orang yang meninggalkannya. Dan termasuk hal yang tidak diragukan lagi bahwa tidaklah suatu kaum meninggalkan perjuangan politik kecuali Allah akan meratakan mer eka dengan kerusakan dan kezaliman. Mew ujudkan perjuangan politik dalam realitas kehidupan menuntut pertama kali adanya di dalam jiwa. Sesungguhnya manusia apabila ia lama sekali diselimuti kezaliman, dan kerusakan terus meningkat di antara mereka, maka rusaklah perasaan mereka, atau penginderaannya menjadi kusut dan rusak, sehingga mereka tidak merasakan pedihnya kezaliman, dan tidak dapat mencium bau busuknya kerusakan. Dan apabila pengawasan al-Qur'an dalan dirinya sangat lemah, dan mereka semakin jauh dari al-Qur'an dan as-Sunnah, maka matilah persaan dalam diri mereka disebabkan kejamnya kemaksiatan. Dan mereka tidak akan mer asakan kejahatan mer eka ketika meninggalkan apa yang Allah perintahkan. Oleh karena itu, dorongan melakukan perjuangan politik tidak akan memberikan buahnya, kecuali jika lahir dari ketakwaan kepada Allah dalam jiwanya, dan lahir dari merasakan sendiri pedihnya kezaliman dan kejamnya kemaksiatan.

Hizbut Tahrir berpendapat bahwa perjuangan politik adalah dengan per kataan, dan setiap ekspr esi kebencian, kecuali per ang. Sebab perjuangan politik tidak boleh dengan perang, kecuali dalam satu keadaan, yaitu ketika tampak kekufur an yang nyata, seper ti sebuah negar a seharusnya memerintah dengan Islam namun yang terjadi diperintah dengan kekufuran, atau tampak kekufuran di dalamnya namun penguasa

HR. Muslim. Lihat: Shahih M uslim , vol. III, hlm. 1480.

b. Konflik Internasional