Hubungan Kebangkitan dengan Pemikiran

3. Hubungan Kebangkitan dengan Pemikiran

a. Konsep Kebangkitan ( 50 an-N ahdhah ) Menurut Hizbut

Tahrir

48 Lihat. N izhom al-Islam , hlm. 24, 27; asy-Syakhshiyah al-Islamiyah , vol. I, hlm. 11, 13; al-Fikr al-Islami , hlm. 47, 67, 69; dan Jaw ab Soal, 9 Rabi'uts Tsani 1391 H./2 Juni 1971 M..

49 Lihat. Asy-Syakhshiyah al-Islamiyah , vol. I, hlm. 11, 13; dan Jaw ab Soal, 9 Rabi'uts Tsani 1391 H./2 Juni 1971 M..

50 An-N ahdhah (kebangkitan) secara bahasa dari: nahadha yanhadhu nahdhan wa nuhudhan yang artinya qama (berdiri). An-N uhudh (pergi meninggalkan tempat), anhadhahu (menggerakkannya untuk bangkit), ist anhadht uhu li amrin kadza (saya memintanya untuk bangkit), nahadht uhu (saya melaw annya), an- nahdhah (energi dan kekuatan), an-nahdhah (ambang atau permulaan) di suatu tempat, yang ditempat ini binat ang dan manusia menjadi t erlihat , at au tangga yang dengannya manusia bangkit . Sedang bentuk jamak an-nahdhah adalah nihadun . Lihat: Lisan al-Arab , vol. VII, hlm. 245; al-Qamus al-M uhit h , Muhammad bin Ya'kub al-Fairuz Abadi, tanpa tahun, hlm. 846; dan M ukht ar ash-Shihhah , Muhammad bin Abu Bakar bin Abdul Q adir ar-Razi, t ahkik: Mahmud Khat hir, Makt abah Lubnan N asyirun, Beirut, cet . I, 1415 H./1995 M., hlm. 688. Sedangkan, an-N ahdhah (kebangkitan) menurut istilah adalah berpindahnya umat, bangsa atau individu dari suatu keadaan menuju keadaan yang lebih baik. Dengan demikian, makna an-N ahdhah (kebangkitan) menurut ist ilah berbeda dengan makna an- N ahdhah (kebangkit an) menurut bahasa, meski sama- sama mengandung arti berpindah. Lihat: an- N ahdhah , Hafidz Shaleh, Dar an-N ahdhah al-Islamiyah, Beirut , cet. I, 1409 H./1988 M., hlm. 13.

Hizbut Tahrir berpendapat bahwa kebangkitan ( an-nahdhah ) adalah tingginya taraf berpikir. Adapun tingginya taraf perekonomian, maka itu bukanlah kebangkitan. Sebab, Kuwait, misalnya, secara ekonomi tinggi dibanding negara-negara Eropa, seperti Swedia dan Belanda. Sementara itu, Swedia, Belanda, dan Belgia bangkit; sedang Kuwait tidak bangkit. Begitu juga tingginya mor al bukan kebangkitan. Sebab, Madinah al- Munawwarah sekarang merupakan negeri yang paling tinggi moralnya di dunia, meski demikian, Madinah tidak bangkit. Sementara, pada saat yang sama kami lihat Paris bangkit, padahal Paris negeri yang rendah moralnya didunia.... Dengan demikian, kebangkitan ( an N ahdhah ) adalah tingginya taraf berfikir bukan yang lain. 51

b. An-N ahdhah (Kebangkitan) yang benar dan yang salah.

Menurut Hizbut Tahrir kebangkitan ( an-Nahdhah ) itu mungkin benar, dan mungkin juga salah. Sedang yang menentukan benar tidaknya kebangkitan adalah asas yang menjadi dasar dari kebangkitan itu sendiri. Apabila tingginya taraf berpikir (kebangkitan) itu dibangun berdasarkan ruhiyah (sadar akan hubungannya dengan Allah), maka kebangkitannya adalah kebangkitan yang benar. Sebab pemikiran yang ada dibangun di atas asas yang mustahil memiliki kekurangan, sehingga kesalahan tidak akan menyusup pada pemikiran dari aspek asasnya, namun mungkin saja kesalahan itu masuk pada aspek furu' (cabang). Dengan demikian, dari sisi asas dijamin, dari sisi arahan jelas, dan dari sisi hasil pasti.

Adapun, apabila tingginya taraf berpikir (kebangkitan) itu tidak dibangun berdasarkan ruhiyah , maka kebangkitan itu tetap ada, hanya saja kebangkitannya tidak benar. Sebab, pemikiran yang ada tidak dibangun di atas asas yang mustahil memiliki kekurangan, sehingga pemikirannya bisa salah, cacat, kacau, sesat, serta dipenuhi banyak kekurangan, akhirnya, tidak menutup kemungkinan semua itu masuk pada asas, yang selanjutnya masuk pada arahan dan hasil. N amun, dalam kondisi yang bagaimana kebangkitan itu terjadi. Amerika dan Eropa adalah negara-negara yang bangkit, hanya saja kebangkitannya tidak benar, sebab kebangkitannya tidak dibangun berdasarkan ruhiyah . N amun, berdasarkan pemikiran fashluddin anil hayah (pemisahan agama dari kehidupan), yakni sejak awal sudah menolak aspek ruhiyah dalam menjalankan kehidupannya. Oleh karena itu, Hizbut Tahrir berpendapat tidak ada kebangkitan yang benar,

51 Lihat. Publikasi Hizbut Tahrir dengan judul: Qadhaituna Laisat Istislam hukmi w a Innama Qadhaituna H iya Bina'u ad-Daulah, 9 Dzul H ijah 1387 H./8 Maret 1968 M.; N izhom al-Islam, hlm. 4, 5; dan

N ida' Har ila al-Muslimin min Hizb at-Tahrir, Khourtum, 20 Rabi'ul Akhir 1385 H./17 Agustus 1965 M., hlm. 41

Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200 Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200

berpikir berdasarkan ruhiyah 52 .

c. Pemikiran yang menghasilkan kebangkitan

H izbut Tahr ir memulai kitab N izhom al-Islam dengan sebuah pernyataan: "Manusia akan bangkit dengan pemikiran yang ada pada dirinya, yaitu pemikiran tentang kehidupan, alam semesta dan manusia, serta hubungan ketiganya ini dengan sebelum dan sesudah kehidupan dunia. Oleh karena itu, harus mengubah pemikiran manusia sekarang secara menyeluruh dan mendasar, dan menggantinya dengan pemikiran lain agar manusia bangkit. Sebab, pemikiran itulah yang akan membuat mafahim (persepsi) tentang sesuatu, serta yang menguatkan mafahim ini. Mengingat, manusia dalam kehidupan ini selalu menyesuaikan tingkah lakunya dengan persepsi yang dimilikinya tentang sesuatu". 53 Oleh karena it u, H izbut Tahr ir ber pendapat bahw a pemikir an yang dengan ketinggiannya akan menghasilkan kebangkitan adalah pemikiran yang terkait dengan pandangan hidup ( way of live ) tentang dunia dan yang ter kait dengannya. Sebab, tingginya tar af ber pikir manusia adalah beralihnya manusia dari aspek hewan murni kepada aspek manusia.

Pemikiran yang terkait dengan usaha untuk memperoleh makanan adalah pemikiran, namun ia sifatnya naluri yang r endah. Sedangkan, pemikiran terkait dengan pengaturan usaha untuk memperoleh makanan adalah lebih tinggi. Pemikiran yang terkait dengan pengaturan urusan keluar ga adalah pemikir an, namun pemikir an yang ter kait dengan pengaturan urusan orang banyak (rakyat) adalah lebih tinggi. Sedangkan, pemikir an yang ter kait dengan pengatur an ur usan manusia sebagai manusia, bukan sebagai individu merupakan pemikiran tertinggi. Dari sini, maka pemikiran seperti inilah yang akan membuat kebangkitan. Oleh karena itu, harus menyebarkan pemikiran ini, dan menjadikannya asas bagi pemikiran-pemikiran yang lain. Begitu juga, harus menjadikan seluruh pengetahuan dibangun berdasarkan pemikiran ini, yakni menjadikan prestise yang nomor dua dalam perhatiannya terhadap pengetahuan. 54

52 Lihat. Publikasi Hizbut Tahrir dengan judul: Qadhait una Laisat Ist islam hukmi wa Innama Qadhait una H iya Bina'u ad-Daulah , 9 Dzul Hijah 1387 H./8 Maret 1968 M.; N izhom al-Islam , hlm. 5, 57, 58; dan

N ida' H ar , hlm. 41. 53 Lihat . N izhom al-Islam , hlm.4.

54 Lihat. Publikasi Hizbut Tahrir dengan judul: Qadhait una Laisat Ist islam hukmi wa Innama Qadhait una H iya Bina'u ad-Daulah , 9 Dzul Hijah 1387 H./8 Maret 1968 M.; N izhom al-Islam , hlm. 5, 57, 58; dan

M afahim H izb at -Tahrir, hlm. 14.

Hizbut Tahrir telah menetapkan metode meraih kebangkitan, yaitu membangun pemerintahan di atas pemikiran tertentu, bukan di atas sebuah sistem, undang-undang atau hukum. Mendirikan negara di atas undang-undang dan hukum, tidak mungkin menciptakan kebangkitan, justru sebaliknya, yakni melumpuhkan kebangkitan itu sendiri. Kebangkitan mustahil diraih, kecuali dengan mendirikan pemerintahan atau kekuasaan di atas sebuah pemikiran yang melahir kan solusi-solusi harian bagi pr oblematika kehidupan, yakni pemikir an yang melahir kan sistem, undang-undang atau hukum. Ketika Eropa bangkit, meski kebangkitannya tidak benar, sesunguhnya Eropa bangkit di atas pemikiran fashluddin anil hayah (pemisahan agama dari kehidupan), dan kebebasan. Begitu juga, ketika Amerika bangkit, sesungguhnya Amerika bangkit di atas pemikiran fashluddin anil hayah (pemisahan agama dari kehidupan), dan kebebasan. Ketika Rusia bangkit, sesungguhnya Rusia bangkit di atas pemikiran, yaitu pemikran materialistik dan evolusi materi, yakni perubahan suatu zat dari satu keadaan kepada keadaan yang lain, sehingga dicapai suatu perubahan dar i satu keadaan menuju keadaan yang lebih baik. Ketika Rusia membangun negara di atas pemikiran ini, pada tahun 1917 M., maka Rusia pun bangkit.

Begitu juga, terkait dengan kebangkitan Islam. Ketika Rasulullah SAW. diutus oleh Allah SWT., dengan membawa risalah Islam, maka beliau menyeru masyarakat kepada akidah Islam, yakni menyeru pada pemikiran. Selanjutnya, setelah penduduk Madinah, Aus dan Khazraj bersepakat dengan akidah Islam, bersepakat atas suatu pemikiran, dan mereka mulai cenderung dengan akidah Islam dalam memandang kehidupan mereka, m aka Rasulullah SAW. m engambil kekuasaan di M adinah, dan membangunnya di atas akidah Islam. Kemudian beliau datang dengan bersabda:

"Aku diperint ah unt uk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa t iada Tuahn yang berhak disembah melainkan Allah, dan M uhammad adalah ut usan Allah; mendirikan shalat ; dan menunaikan zakat . Jika mereka t elah menjalankan semua it u, maka aku pelihara darah dan hart a benda

Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200 Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200

Artinya, beliau datang menyerukan suatu pemikiran. Dengan begitu, terjadilah kebangkitan di Madinah, lalu bangsa Arab, kemudian semua bangsa yang memeluk Islam, yakni memeluk pemikiran, yaitu kekuasaan yang mengurusi seluruh urusan berdasarkan pemikiran Islam. Semua ini- dalam pandangan Hizbut Tahrir-merupakan bukti nyata bahwa metode untuk menciptakan kebangkitan adalah mendirikan pemerintahan di atas sebuah pemikiran.

Kemudian, Hizbut Tahrir membuat contoh yang menjelaskan bahwa mendirikan negara di atas sistem, undang-undang dan hukum, tidak akan menciptakan kebangkitan. N amun, yang menciptakan kebangkitan adalah mendirikan negara di atas sebuah pemikir an. Contohya, apa yang dilakukan Mustafa Kemal di Tur ki, pada tahun 1924 M., ket ika ia membangun pemerintahan di atas sistem dan undang-undang untuk menciptakan kebangkitan. Ia mengambil sistem Barat dan undang-undang Barat, lalu di atasnya ia membangun pemerintahan, mulai menerapkannya, dan ia mampu menerapkannya secara riil melalui kekuatan (tangan besi), namun ia tidak berhasil menciptakan kebangkitan, sehingga Turki tidak pernah bangkit, bahkan keadaannya semakin buruk dari sebelumnya. Sampai-sampai sekarang ini, Turki sedang mengemis untuk bisa menjadi anggota Uni Eropa. Mendirikan negara di atas sistem dan undang-undang inilah yang menghalangi Turki dari kebangkitan. Sebab, dengan cara itu, justru Turki semakin jauh dari kebangkitan.

Pada waktu yang sama, Lenin juga melakukan seperti yang dilakukan Mustafa Kemal, di Turki. N amun, Lenin mampu membangkitkan Rusia dengan kebangkitan yang kuat, pada tahun 1917 M.. Sebabnya adalah, bahw a Lenin membangun pemer int ahan di atas pemikir an, yaitu pemikiran komunisme. Kemudian dari pemikiran ini diambil (dibuatkan) solusi-solusi terhadap problem-problem harian, yakni dibuatkan sistem dan perundang-undangan. Artinya, Lenin mulai membuat solusi terhadap problem dengan hukum-hukum yang diambilnya dari pemikiran ini.

Hizbut Tahrir menegaskan bahwa mendirikan pemerintahan di atas pemikiran tidak berarti melakukan revolusi (kudeta) militer, mengambil alih pemer int ahan, dan lalu menegakkannya di at as pemikir an. Sesungguhnya, cara ini pun tidak akan menciptakan kebangkitan, serta

55 Mut tafaqun alaih. Susunan matannya menurut Muslim. Lihat : Shahih Bukhari, vol. I, hlm. 17; dan Shahih Muslim, vol. I, hlm. 53.

N amun, perlu diketahui bahwa masalah utama dalam kebangkitan buk anlah m engam bil (m enduduki) pem er int ahan, m elainkan mengumpulkan um at di at as pemikir an, dan menjadikan um at menyelesaikan seluruh persoalan hidupnya berdasarkan pemikiran ini. Kemudian, baru menduduki pemerintahan dan membangunnya di atas pemikiran tersebut. Menduduki pemerintahan bukanlah tujuan, dan tidak boleh dijadikan tujuan, melainkan metode untuk kebangkitan melalui jalan membangun pem er int ahan di at as pemikir an, yait u menduduki pemerintahan untuk dibangun di atas pemikiran sehingga tercipta sebuah kebangkitan.

Hizbut Tahrir juga menjelaskan bahwa umat Islam di seluruh negeri di mana mereka berada, tidak diragukan, berada dalam kemerosotan dan kemunduran. Umat Islam telah berusaha untuk bangkit sejak dua r atus tahun yang lalu. N amun, umat Islam belum ber hasil bangkit. Sebabnya adalah bahwa pemerintahan yang ada dibangun berdasarkan sistem dan perundang-undangan, bukan berdasarkan pemikiran. Sekalipun pemerintahan dibangun di atas sistem Islam dan hukum-hukum Islam, kebangkitan tidak akan tercipta di tengah-tengah umat. Sesungguhnya yang menciptakan kebangkitan adalah membangun negar a di atas pemikiran Islam, yakni akidah Islam. Membangun negara di atas akidah (keyakinan) La Ilaha Illallah M uhammad Rasulullah (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah dan Muhammad utusan Allah) inilah yang akan menciptakan kebangkitan. 56

Umat Islam saat ini jika ingin mengubah realitasnya yang rusak dan bangkit darinya, maka umat harus ditinggikan taraf berpikirnya, dengan cara melakukan perubahan secara mendasar dan menyeluruh terhadap pemikiran dan persepsi (pemahaman) yang selama ini telah membawa umat Islam pada kemerosotan dan kemunduran, ser ta menciptakan

56 Lihat. Publikasi Hizbut Tahrir dengan judul: Qadhaituna Laisat Istislam hukmi w a Innama Qadhaituna Hiya Bina'u ad-Daulah, 9 Dzul Hijah 1387 H./8 Maret 1968 M.; N izhom al-Islam, hlm. 56, 57, 58;

dan at-Takatt ul al-H izbi, hlm. 6.

Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200 Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200

Sesungguhnya, sebagian besar orang yang menulis tentang Hizbut Tahr ir t elah banyak melakukan kesalahan bahw a H izbut Tahr ir mengadopsi terjadinya kebangkitan hanya dengan pemikiran saja tanpa yang lainnya. Umat tidak memerlukan akhlak dan moral, yang diperlukan hanyalah akidah yang dipeluknya, pemikiran yang diembannya, serta sistem yang diterapkannya… 58 Persoalan ini sebenarnya membutuhkan sikap yang tenang, tidak tergesa-gesa sebelum seseorang mengeluarkan pernyataannya tentang keputusan Hizbut Tahrir mengenai persoalan ini. Sebab, hal itu harus dipahami terlebih dahulu dari pernyataan-pernyataan

H izbut Tahr ir, ser ta ide-ide yang dikemukakannya ter kait konsep kebangkitan. Ar tinya begini, bahw a asas yang di atasnya dibangun kebangkikan apapun, asasnya harus bersifat pemikiran. Dengan kata lain, bahwa Hizbut Tahrir mengkaji dan meneliti tentang asas yang di atasnya dibangun kebangkitan, lalu Hizbut Tahrir sampai pada satu kesimpulan bahwa kebangkitan harus tegak di atas akidah.

Hizbut Tahrir menyatakan: Manusia akan bangkit dengan pemikiran yang ada pada dirinya, yaitu pemikiran tentang kehidupan, alam semesta dan manusia, serta hubungan ketiganya ini dengan sebelum dan sesudah kehidupan dunia. Oleh karena itu, harus mengubah pemikiran manusia sekarang secara menyeluruh dan mendasar, dan menggantinya dengan pemikiran lain agar manusia bangkit. Sebab, pemikiran itulah yang akan

57 Lihat. Publikasi Hizbut Tahrir dengan judul: Qadhait una Laisat Ist islam hukmi wa Innama Qadhait una H iya Bina'u ad-Daulah , 9 D zul Hijah 1387 H ./8 Maret 1968 M.; N izhom al-Islam , hlm. 57, 58; dan

H izb at - t ahrir , hlm. 6. 58 Lihat. Al-Fikr al-Islami al-M u'ashir Dirasah wa Taqwim , Ghazi at-Taubah, cet. I, 1389 H./1969 M., hlm.

307; ad-Dakwah al- Islamiyah , hlm. 106 dan seterusnya; al- Jama'at al-Islamiyah , hlm. 287, 292; at h- Thariq ila Jama'ah al-muslimin , hlm. 304;

H izb at -Tahrir ( M unaqosah Ilmiyah li Ahammi M abadi' al-H izb ),

hlm. 36; dan At sar al- Jama'at al-Islamiyan al-M aidani Khilala al-Qarni al-Isyrin , hlm. 249, 250.

"Sesungguhnya Allah t idak mengubah keadaan sesuat u kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." 59

sedangkan, jalan satu-satunya untuk mengubah mafahim (persepsi) adalah membentuk pemikir an tentang kehidupan dunia, sehingga dengannya akan terbentuk mafahim (persepsi) yang benar. Pemikiran tentang kehidupan dunia tidak akan kuat, kokoh dan produktif, kecuali setelah ter bent uk pemikir an tentang alam semesta, manusia dan kehidupan; tentang sesuatu yang ada sebelum dan sesudah kehidupan dunia; serta tentang hubungan ketiganya dengan sesuatu sebelum dan sesudah kehidupan dunia. Yaitu dengan memberikan pemikiran yang menyeluruh tentang sesuatu yang ada di balik alam semesta, manusia dan kehidupan. Sebab, memberikan pemikiran yang menyeluruh tentang semua hal ini merupakan landasan berpikir ( qaidah fikriyah ) yang di atasnya dibangun seluruh pemikiran tentang kehidupan. Memberikan pemikiran yang menyeluruh tentang semua hal ini merupakan pemecahan (jawaban) atas problem terbesar ( al-uqdah al-kubro ) pada diri manusia. Jika prob- lem terbesar itu sudah ditemukan pemecahannya, maka problem-prob- lem yang lain juga akan terpecahkan. Sebab, pr oblem-pr oblem itu merupakan turunan atau cabang dari problem terbesar ( al-uqdah al- kubro ) ini. N amun demikian, pemecahan ini tidak akan sampai pada kebangkitan yang benar, kecuali apabila pemecahan itu berupa pemecahan

59 QS. Ar-Ra'd [13] : 11.

Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200 Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200

Sebelumnya t elah kami bicar akan t ent ang hubungan ant ar a pemikiran, persepsi dan tingkah laku. Hubungan inilah yang mengharuskan bahwa asas kebangkitan adalah pemikiran bukan yang lain. Artinya ketika t elah diput uskan bahw a t ingkah laku manusia t er bent uk hanya berdasarkan persepsinya, maka manusia terdorong untuk memuaskan potensi kehidupannya berdasarkan persepsi yang dimilikinya. Misalnya, di antara karakteristik manusia adalah keinginan memiliki sesuatu yang mendor ongnya untuk member ikan pemuasan dengan kepemilikan. Sehingga, jika ditawarkan kepadanya harta riba, sementara persepsi yang dimilikinya t ent ang r iba, bahw a r iba itu ter masuk di antar a yang diharamkan, maka pasti ia tidak akan mengambilnya. N amun, apabila persepsi yang tertanam kokoh dalam dirinya, bahwa riba itu berguna dan bermanfaat, dan riba itu mubah baginya, maka ia terdorong untuk memuaskan keinginan memiliki sesuatu yang ada pada dirinya dengan harta riba ini. Dan begitu juga seterusnya.

Sebab, mafahim (persepsi) menurut Hizbut Tahrir adalah pemikiran yang telah mendapatkan pembenaran-seperti yang telah kami bicarakan sebelumnya-maka harus mengubah pemikiran yang membentuk persepsi yang rusak pada diri manusia, lalu menggantinya dengan pemikiran yang membentuk persepsi yang baik dan benar. Selanjutnya, akan terbentuk pada dir i manusia per sepsi yang benar yang mendor ongnya untuk bertingkah laku yang benar. Misalnya contoh di atas (bolehnya riba). Bolehnya r iba itu mer upakan pemikiran yang telah dibenarkan oleh manusia, dan ia pun percaya bahwa riba itu berguna dan bermanfaat. Sehingga jadilah pemikir an itu per sepsi, dan selanjutnya ia mulai menjalankan tingkah lakunya berdasarlkan persepsi ini.

Untuk itu, jika kita ingin mengubah tingkah laku yang rendah ini, yang bertransaksi dengan riba, dan lalu mengantinya dengan tingkah laku yang luhur, yang tidak lagi mendekati riba, maka kita harus mengubah pemikiran manusia tentang riba. Apabila ia seorang Muslim, maka kita jelaskan kepadanya bahwa Allah SWT. telah mengharamkan riba atas hamba-N ya. Bahkan Allah SWT. benar-benar telah menyiapkan sanksi (hukuman) bagi yang bertransaksi dengan riba. Kita baru akan berhasil mengubah pemikiran dari riba itu boleh menjadi haram apabila telah mendapatkan pembenaran, dan telah menjadi persepsi baginya, yakni riba itu haram. Selanjutnya, persepsi inilah yang akan mengendalikan

60 Lihat . N izhom al-Islam, hlm. 4, 5.

Apabila dengan cara ini bisa menciptakan kebangkitan, maka Hizbut Tahrir benar dengan pernyataannya: Sesungguhnya kebangkitan itu tidak akan ter cipta kecuali dengan pemikir an… ? O leh kar ena it u, saya berpendapat bahwa orang yang mencela dan mengecam Hizbut Tahrir dalam masalah ini belum mengerahkan segala kemampuannya dalam memahami maksud H izbut Tahr ir dengan pendapat nya, bahw a sesungguhnya kebangkit an itu tidak akan t er cipta kecuali dengan pemikiran.

Adapun hubungan akhlak dengan semua itu, maka saya berpendapat dalam hal ini butuh pada sesuatu yang lebih rinci. Sebab, sebelumnya, Hizbut Tahrir telah menjelaskan bahwa kebangkitan itu ada yang benar dan ada yang salah. Kebangkitan yang telah dicapai oleh sejumlah negara di Eropa pada abad ke-16 Masehi, serta kebangkitan di Kekaisaran Rusia di awal abad k-20 oleh para penyeru Komunisme, Lenin, Stalin dan lainnya, sehingga Rusia menjadi negara pesaing Amerika, dalam memegang kendali dunia. Masing-masing contoh kebangkitan ini adalah contoh kebangkitan yang salah. Sebab, kebangkitan ini tidak dibangun di atas asas ruhiyah (kesadaran akan hubungannya dengan Allah), yang menurut kami adalah akidah Islam. Fakta membuktikan bahwa akhlak bukanlah asas untuk kebangkitan. Bahkan bukan pula cabang dari asas yang menciptakan kebangkitan. Ini artinya bahwa sekedar kebangkitan pun tidak tegak di atas akhlak. Bahkan akhlak bukan di antara faktor-faktor kebangkitan.

Adapaun kebangkitan yang benar, yang dijelaskan oleh Hizbut Tahrir, bahwa kebangkitan tidak akan tercipta kecuali apabila tegak di atas asas pemikiran (akidah) Islam. Sebab akidah Islam satu-satunya yang telah

terbukti meninggikan taraf berpikir yang tegak di atas asas ruhiyah 61 .

61 Lihat. Publikasi Hizbut Tahrir dengan judul: Qadhait una Laisat Ist islam hukmi wa Innama Qadhait una H iya Bina'u ad-Daulah , 9 Dzul Hijah 1387 H./8 Maret 1968 M.; N izhom al-Islam , hlm.5, 57, 58; dan

N ida' H ar , hlm. 41.

Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200

Masalahnya, butuh pada sesuatu yang lebih rinci. Sedang dari aspek asas yang menciptakan kebangkitan, maka dapat dipastikan bahw a asas kebangkitan it u bukanlah akhlak. Sebab, asas yang mencipt akan kebangkitan yang benar adalah asas yang sifatnya pemikiran, yakni akidah Islam, seperti yang telah ditetapkan sebelumnya. N amun hal ini tidak berarti bahwa akhlak tidak memiliki hubungan dengan kebangkitan yang benar. Bahkan tidak terbayangkan ada kebangkitan yang benar, yakni tegak di atas asas akidah Islam, ter nyata masyarakat Islam yang ada tidak berakhlak dengan akhlak yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul- N ya. Sehingga, apabila maksud pernyataan Hizbut Tahrir adalah bahwa umat tidak akan bangkit dengan akhlak, sesungguhnya akhlak tidak penting, ser ta akhlak tidak diper lukan untuk kebangkitan yang benar, maka pernyataan yang demikian ini patut dipersalahkan. Adapaun, apabila yang dimaksud oleh H izbut Tahr ir bahw a akhlak bukanlah asas yang menciptakan kebangkitan, maka per nyataan ini tidak cukup untuk dipersalahkan. Saya berpendapat bahwa pernyataan yang terakhir inilah yang lebih dekap dengan pendapat Hizbut Tahrir, disebabkan dua hal:

Pert ama , ketika membicarakan tentang mafhum (konsep) ideologi, Hizbut Tahrir menyebutkan pemikiran yang sifatnya cabang dan pemikiran yang sifatanya dasar, ser ta membedakan keduanya. Sementara yang termasuk pemikiran cabang adalah pemikiran yang butuh pada asas sebagai landasannya, Hizbut Tahrir menyebutkan, seperti jujur, menepati janji,

baik dengan tetangga, tolong-menolong, …. 62 Ini artinya bahwa Hizbut Tahrir menganggap akhlak sebagai pemikiran, namun bukan pemikiran yang sifatnya dasar, melainkan cabang, sehingga har us ber alih pada persepsi, agar dengannya tingkah laku manusia dapat ditertibkan.

Kedua , Hizbut Tahrir berpendapat bahwa seorang Muslim harus memperlakukan akhlak, bahwa akhlak itu merupakan bagian dari perintah- perintah Allah dan larangan-larangan-N ya. Akhlak bukan hanya sekedar sifat yang baik dan terpuji, yang dengannya manusia harus bersifat. Hizbut Tahrir juga berpendapat bahwa akhlak merupakan hasil: "Akhlak itu sendiri merupakan hasil dari pemikiran dan perasaan, serta hasil dari penerapan

sistem". 63 Hizbut Tahrir juga menyatakan: "Atas dasar inilah, maka tidak diperbolehkan dakwah hanya diarahkan pada pembentukan akhlak dalam masyarakat. Sebab akhlak merupakan hasil dari pelaksanaan perintah- perintah Allah SWT.. Akhlak dapat dibentuk dengan car a mengajak masyarakat kepada akidah dan melaksanakan Islam secara sempurna.

62 Lihat. Fikr al-Islami, hlm. 4, 5. 63 Lihat . N izhom al-Islam, hlm. 130.

Disamping itu, mengajak masyarakat pada akhlak semata, dapat memutar balikkan konsep Islam tentang kehidupan, ser ta dapat menjauhkan manusia dar i pemahaman yang benar tentang hakekat dan bentuk masyarakat. Bahkan dapat membius manusia dengan hanya mengerjakan keutamaan amal-amal yang bersifat individual. Hal ini mengakibatkan kelalaian terhadap langkah-langkah yang benar menuju kemajuan hidup". 64

Hizbut Tahrir juga menyatakan: "Akhlak merupakan bagian dari syari'at Islam. Bagian dari perintah Allah dan larangan-N ya. Karenanya, akhlak har us dir ealisasikan dalam dir i seor ang Muslim agar dalam melaksanakan Islam, dan dalam melaksanakan perintah-perintah Allah, ber jalan dengan sempur na. Agar akhlak sampai ke t engah-tengah masyar akat secar a keselur uhan, t idak ada car a lain selain dengan mewujudkan perasaan dan pemikiran Islam. Dengan terwujudnya akhlak ini di tengah-tengah masyarakat, maka pasti akan terbentuk pula dalam diri individu-individunya. Untuk merealisasikannya tidak dilakukan dengan jalan dakwah kepada akhlak, melainkan dengan metode mewujudkan perasaan dan pemikiran Islam di tengah-tengah masyarakat. Sebagai langkah aw al, har us diper siapkan suat u kelompok dakw ah yang berlandaskan Islam secara utuh dan menyeluruh, yang individu-individunya merupakan bagian dari jama'ah, bukan individu yang terpisah. Agar mereka mengembah dawah Islam secara utuh dan menyeluruh di tengah-tengah masyarakat, sampai di tengah-tengah masyarakat terbentuk perasaan dan pemikiran Islam. Dengan begitu, maka masyarakat akan beramai-ramai mengikuti akhlak sebagai konsew ensi mer eka masuk Islam. Per lu digarisbawahi bahwa pemahaman kita dalam masalah ini tetap menjadikan akhlak sebagai suatu kebutuhan yang amat penting tatkala memenuhi per int ah-per intah Allah dan ketika mener apkan Islam. Sekaligus menegaskan betapa pentingnya seorang Muslim memiliki akhlak yang terpuji". 65 Teks-teks (pernyataan) di atas menegaskan bahwa kecaman dan celaan yang diarahkan kepada Hizbut Tahrir ini tidak lain karena kelalaian dan kelengahan mereka para penulis dalam memahami maksud Hizbut Tahrir ketika menyatakan: "Kebangkitan tidak akan tercapai kecuali dengan pemikiran". W allahu t a'ala a'lam.

c. Konsep Tentang Kepribadian