Sistem Pendidikan

3. Sistem Pendidikan

Hizbut Tahrir mengkritik tajam terhadap kebodohan yang masih menyelimuti kaum muslimn saat ini, serta kemerosotan mereka dalam berbagai ilmu pengetahuan. Semua itu terjadi akibat mandulnya kurikulum pendidikan yang berdiri di atas ide-ide kapitalisme yang memang berusaha untuk menjauhkan kaum muslimin dari tsaqofahnya, serta membunuh kreatifitasnya. Apalagi masih merajalelanya fakta banyaknya masyarakat yang tidak bisa baca tulis, seperti kondisi bangsa Arab sebelum Islam, akibat gagalnya negara-negara kecil yang ada dalam mengatasi semua itu. Semua ini menutut upaya yang sunguh-sungguh dan serius dari negara guna mencari jalan keluarnya, sebagaimana Rasulullah Saw. telah berupaya membebaskan kebodohan ketika dengan mendorong menuntut ilmu. Beliau menjadikan tebusan untuk tiap-tiap tawanan perang Badar dengan mengajarkan membaca kepada sepuluh anak-anak kaum muslimin. Begitu juga negara harus berupaya menghapus kebodohan dan mencurahkan segenap kemampuannya untuk melenyapkan noda hitam dari kening umat yang mulia ini, dan menjadikan setiap orang muslim menjadi pakar ilmu pengetahuan atau kaum terpelajar. Rasulullah Saw. bersabda:

"M enunt ut ilmu it u wajib at as set iap orang muslim." 117

Dengan demikian, tidak ada tempat bagi kebodohan di antara kaum muslimin, karena Allah Swt. telah mewajibkan menuntut ilmu atas setiap orang muslim. 118

Sedangkan mengenai konsepsi H izbut Tahr ir t ent ang sist em pendidikan dalam Daulah Khilafah, maka secara global sebagai berikut:

a. Asas Pendidikan dan Tujuannya

1. Asas Pendidikan Akidah Islam harus menjadi dasar kurikulum pendidikan, dimana selur uh mat er i pelajar an dan met odologi penyampaiannya har us

HR. Ibnu Majah. Lihat : Sunan Ibnu M ajah , vol. ke-1, hlm. 81.

Lihat: N asyrah Hizbut Tahrir yang berjudul " Siyasah at -Ta'lim ", 15 Dzil Qa'dah 1397 H./27 Oktober 1977 M..

Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200 Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200

"Sesungguhnya mat ahari dan rembulan keduanya adalah t anda di ant ara t anda-t anda kekuasaan Allah. Keduanya t idak gerhana karena mat inya seseorang dan t idak pula karena hidupnya seseorang. Ket ika kalian melihat keduanya gerhadna, maka berdo'alah kepada Allah dan shalat lah sampai t erang kembali". 119

Dalam hadits ini, Rasulullah Saw. telah menjadikan Akidah Islam sebagai asas bagi ilmu pengetahuan mengenai gerhana matahari dan bulan. Dan masih banyak hadits-hadits yang menunjukkan bahwa menjadikan Akidah Islam sebagai asas kurikulum pendidikan merupakan perkara yang wajib atas Daulah Islamiyah. Sehingga, negara tidak boleh mengabaikan perkara ini secara mutlak. Hanya saja, menjadikannya sebagai asas bagi kurikulum pendidikan itu tidak berarti setiap pengetahuan harus terpancar dari Akidah Islam karena hal yang demikian itu tidak dituntut oleh syara', apalagi hal yang demikian menyalahi r ealit a. Akidah Islam t idak memancarkan setiap ilmu pengetahuan, karena Akidah Islam itu khusus terkait dengan persoalan akidah dan hukum Islam, tidak ada sangkut pautnya dengan selain keduanya.

Adapun makna (pengertian) menjadikan Akidah Islam sebagai asas kurikulum pendidikan adalah bahwa segala jenis ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan masalah akidah dan hukum itu wajib terpancar dari Akidah Islam. Karena Akidah Islam datang memang membawa keduanya.

HR. Bukhari Muslim dari al-Mughirah bin Syu'bah. Lafal mat an menurut Bukhari. Lihat: Shahih al- Bukhari , vol. ke-1, hlm. 360; dan Shahih M uslim , vol. ke-2, hlm. 630.

Sedangkan selain masalah akidah dan hukum, yaitu segala jenis ilmu pengetahuan, maka makna menjadikan Akidah Islam sebagai asas baginya adalah bahw a ilmu pengetahuan dan hukum-hukum ter sebut harus dibangun diatas Akidah Islam, yakni Akidah Islam dijadikan sebagai standar (tolok ukur). Sehingga, apa saja yang bertentangan dengan Akidah Islam, maka kami tidak boleh (haram) mengambil dan apalagi meyakininya. Sebaliknya, apa saja yang tidak bertentangan dengan Akidah Islam, maka kami boleh (halal) mengambilnya. Dengan demikian, Akidah Islam merupakan standar (tolok ukur) dari sisi pengambilan dan keyakinan. Sedangkan, dari sisi ilmu pengetahuan dan proses belajar, maka tidak ditemukan sesuatu yang melarang mempelajari ilmu pengetahuan yang bertentangan dengan Akidah Islam. Sesungguhnya dalam Al-Qur'an sendiri terdapat sejumlah pemikian dan akidah yang bertentangan dengan Islam, seperti ayat:

"Dan mereka berkat a: 'Kehidupan ini t idak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kit a mat i dan kit a hidup dan t idak ada yang membinasakan kit a selain masa'." 120

Dan ayat-ayat yang lainnya yang menunjukkan bolehnya mempelajari pemikir an- pem ikir an yang ber t ent angan dengan Akidah Islam. Berdasarkan hal ini, mempelajari ilmu pengetahuan yang bertentangan dengan Akidah Islam namun tidak untuk diamalkan dan tidak pula dijadikannya sebagai suatu keyakinan maka diperbolehkan dan tidak ada masalah. Akan tetapi yang dilarang adalah mengambil (mengamalkan dan menyakini) pemikiran-pemikian yang bertentangan dengan Akidah Is-

lam. 121 Berdasarkan keterangan di atas, kami dapati bahwa Hizbut Tahrir

membedakan antara ilmu-ilmu terapan dan cabangnya, seperti ilmu matematika dengan ilmu pengetahuan yang berupa t saqofah . Dalam hal ini Hizbut Tahrir berpendapat bahwa ilmu-ilmu terapan dan cabangnya boleh dikaji dan dipelajari sesuai kebutuhan, dan tidak harus terikat dengan tingkatan satuan pendidikan. Adapun pengetahuan yang berupa t saqofah ,

Q S. Al- Jatsiyah [45] : 24.

Lihat: N izhom al-Islam , hlm. 124; M uqaddimah ad-Dust ur , hlm. 411-413; dan N asyrah H izbut Tahrir yang berjudul " Siyasah at -Ta'lim ", 15 D zil Qa'dah 1397 H./27 Okt ober 1977 M..

Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200 Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200

"Set iap bagi an dari sesuat u yang mubah, apabil a bagian it u mendat angkan bahaya, maka bagian it u saja yang haram, sedang sesuat u it u sendiri t et ap mubah."

Jadi, mempelajari ilmu yang dapat merusak akidah dan melemahkan keyakinan, yang sangat mudah berpengauh terhadap anak-anak, maka ilmu-ilmu yang seperti ini di tingkat ibt idaiyah dan t sanawiyah tidak boleh diajarkan. Adapun di tingkat aliyah , maka ilmu-ilmu seperti falsafat dan sejenisnya boleh dipelajari tetapi untuk membantah dan membatalkannya. Ilmu seperti itu tidak boleh dipelajari kecuali dengan menyer takan bantahan dan pembatalannya. Sesungguhnya di dalam al-Qur'an al-Karim sendiri terdapat sejumlah pemikiran dan akidah selain Islam, tetapi itu untuk menjelaskan bantahan dan pembatalannya. Begitu juga ketika menyusun program-program pendidikan di tingkat aliyah , maka ilmu- ilmu tersebut diletakkan untuk dibantah dan dijelaskan penyimpangannya. Sedangkan yang berhubungan dengan masalah teknik dan perindustrian, seper ti teknik per dagangan, pelayar an, pembuatan sungai ir igasi, pembangunan bendungan, per baikan benih, dan sebagainya, maka semuanya boleh dipelajari seperti halnya ilmu-ilmu yang lain. Adapun ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan tsaqofah, dan telah dipengaruhi oleh pandangan hidup tertentu seperti seni lukis dan seni pahat, maka itu

2. Tujuan Pendidikan Hizbut Tahrir telah menetapkan tujuan-tujuan pendidikan secara umum dalam Daulah Khilafah, paling tidak ada dua tujuan pokok, yaitu: Pert ama: Membentuk Kepribadian Islam Maksudnya adalah membentuk kepribadian yang memiliki pola pikir

( aqliyah ) dan pola sikap ( nafsiyah ) yang sesuai Islam bagi generasi ummat melalui penanaman tsaqofah Islam, baik berupa akidah, pemikiran atau tingkah laku pada akal dan jiwa para siswa. Oleh karena itu, para penyusun dan pelaksana kur ikulum pendidikan dalam D aulah Khilafah har us bersungguh-sungguh untuk mewujudkan tujuan ini.

Kedua: Mempersiapkan generasi kaum muslimin untuk menjadi ahli ilmu pengetahuan yang memiliki konpetensi dalam set iap medan kehidupan.

Baik dalam ilmu pengetahuan Islam seperti ijtihad, fiqih, peradilan, dan lainnya. Atau dalam ilmu-ilmu terapan, seperti ilmu ukur (geometri), kimia, fisika, kedokteran, dan lainnya. Sehingga mereka menjadi para ahli (pakar) yang mumpuni yang mampu membawa Daulah Islamiyah dan umat Islam menempati posisi pertama di antara umat-umat dan negara- negara di dunia. Dengan demikian, Daulah Islamiyah menjadi daulah pemimpin yang berpengaruh dengan ideologinya, bukan negara pengekor atau negara boneka dalam pemikiran atau ekonominya. Dalil atas hal ini adalah pendidikan yang diterapkan oleh Rasulullah Saw. terhadap kaum muslimin, baik di Mekah sebelum hijrah maupun di Madinah setelah hijrah. Pendidikan yang beliau lakukan bertujuan membentuk kepribadian Is- lam, yang tampak dalam pola pikir dan pola sikap mereka, yakni ketika menghukumi sesuatu dan perbutan selalu berdasarkan hukum Islam, begitu juga dalam menyikapi kecenderungannya terhadap sesuatu dan perbuatan. Apalagi, disamping beliau mengajarkan hukum-hukum tentang solusi berbagai persoalan hidup, beliau juga mengajarkan kepada mereka nilai-nilai luhur, seperti mencari ridha Allah, meraih izzah (keagungan), memikul tanggung jawab menyebarkan petunjuk kepada manusia, dan membimbing mereka kepada Islam dengan metode ( t hariqah ) yang mempengaruhi perasaan, dan berbagai uslub (cara) yang produktif. Allah

Lihat: N izhom al-Islam , hlm. 124-125; M uqaddimah ad- Dust ur , hlm. 417-418; dan N asyrah Hizbut Tahrir yang berjudul " Siyasah at -Ta'lim ", 15 D zil Qa'dah 1397 H./27 Okt ober 1977 M..

Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200

SWT berfirman:

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bant ahlah mereka dengan cara yang baik." 123

Rasulullah Saw. memotifasi kaum muslimin untuk menghafal Al- Q ur 'an, mengajar kan kepada mer eka hukum-hukum Islam, dan menyuruh mereka mengikuti perintah dan menjauhi larangan. Disamping itu, beliau membolehkan kaum muslimin mempelajari ilmu pengetahuan yang dibut uhkan dalam kehidupan m er eka, seper t i ilmu yang berhubungan dengan perdagangan, pertanian, dan perindustrian. 124

b. Pendidikan Tsaqofah Islam

Meskipun Hizbut Tahrir berpendapat bahwa pendidikan tsaqofah Islam dalam semua tingkat pendidikan itu diperlukan, tetapi Hizbut Tahrir juga menekankan bahwa pada tingkat aliyah perlu dimasukkan program khususn berbagai cabang ilmu pengetahuan Islam seperti kedokteran, geometrik, fisika, dan lainnya. Sebab, Rasulullah Saw. mengajarkan hukum- hukum Islam kepada laki-laki, perempuan, orang tua, dan pemuda. Hal itu menunjukkan bahwa Islam diajarkan kepada setiap generasi manusia, dan diajarkan dalam semua tingkat pendidikan. Sedangkan selain hukum- hukum Islam, di antar a sains dan teknologi, maka semuanya boleh dipelajari. Hanya saja dalam prakteknya ilmu-ilmu tersebut dipelajari setelah menyelesaikan kelompok ilmu pengetahuan yang wajib dipelajari pada tingkat-tingkat pertama. Dan baru boleh mempelajari berbagai sains dan teknologi seperti kedokteran dan geometrik (ilmu ukur) setelah menyelesaikan kelompok ilmu pengetahuan yang wajib dipelajari pada

tingkat-tingkat pertama. 125

c. Kurikulum Pendidikan

Hizbut Tahrir berpendapat bahwa kurikulum pendidikan itu harus satu, tidak boleh ada kurikulum selain kurikulum negara. N amun, negara

QS. An-N ahl [16] : 125.

Lihat : N izhom al- Islam , hlm. 124; M uqaddimah ad- D ust ur , hlm. 414-416; dan Ususu at -Ta'lim al- M inhajiy fi Daulah al-Khilafah , dikeluarkan H izbut Tahrir, Dar al-Ummah, Beirut, cet. ke-1, 1425 H./ 2004 M., hlm. 13.

Lihat: N izhom al-Islam , hlm. 124; M uqaddimah ad-Dust ur , hlm. 418; dan N asyrah Hizbut Tahrir yang berjudul " Siyasah at -Ta'lim ", 15 D zil Q a'dah 1397 H./27 O ktober 1977 M..

Adapun kewenangan negara melarang pendidikan yang programnya tidak mengikuti program negara, maka dalilnya adalah bahwa imam memiliki kew enangan untuk ber t indak ber dasar kan pendapat dan ijtihadnya, termasuk memilih metode tertentu untuk dijalankannya, dan apabila imam telah menetapkan pilihannya, maka wajib menaatinya, dan sebaliknya haram menyelisihinya. Sebab, kewajiban menaati ulil amri disebutkan dalam al-Qur'an, sebagaimana Firman-N ya:

"H ai orang-orang yang beriman, t aat ilah Allah dan t aat ilah Rasul (N ya), dan ulil amri di ant ara kamu." 126

Hal senada juga disebutkan dalam sabda Rasulullah Saw.:

"Dengarkanlah dan t aat ilah oleh kalian, meskipun kalian dipimpin oleh budak berkebangsaan H absyi yang kepalanya sepert i dompolan anggur." 12 7

QS. An-N isa' [4] : 59.

HR. Bukhari. Lihat : Shahih al-Bukhari, vol. ke-1, hlm. 246.

Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200

Ketaatan di sini adalah ketaatan kepada or ang yang memiliki wewenang bertindak sesuai pendapat dan ijtihadnya dalam perkara tersebut. Dalam hal ini ketaatan tersebut adalah ketaatan kepada ulil amri. Adapun hukum-hukum syara' seperti perkara-perkara sunnah, mubah, wajib, dan haram, maka taat kepada imam dalam hukum-hukum tersebut ketika imam memerintahkannya adalah bentuk ketaatan kepada Allah SW T, bukan bentuk ket aatan kepada imam. Sebab, ket ika imam memerintah pada kemaksiatan, maka tidak boleh ditaatinya. Rasulullah Saw. bersabda:

"Tidak ada ket aat an dalam hal maksiat . Sesungguhnya ket aat an it u hanya dalam hal kebaikan." 128

Rasulullah Saw. juga bersabda:

"Tidak ada ket aat an kepada makhluk dalam hal bermaksiat kepada Allah." 12 9

Dengan demikian, hak imam dalam memelihara urusan adalah dalam perkar a-perkar a yang ia diberi kewenangan untuk berpendapat dan berijtihad. Dan dalam perkara-perkara inilah perintahnya wajib ditaati. Ketika imam melakukan pemeliharaan urusan yang mubah dengan bentuk t er t ent u seper t i m em buat pr ogr am t er t ent u, dan lalu i m am memer intahkannya dan melarang menyelisihinya, maka menaatinya adalah wajib.

Adapun bolehnya mendirikan sekolah-sekolah swasta, maka dalilnya adalah bahwa Rasulullah Saw. telah mengirimkan para guru yang akan mengajar kan Islam kepada manusia. D an beliau membolehkan (mengizinkan) kepada sebagian kaum muslimin mengajarkan Islam kepada sebagian yang lain. Fakta ini menunjukkan bahwa setiap manusia berhak mengajarkan Islam kepada orang yang dikehendaki, baik dengan upah maupun tanpa upah (gr atis), ser ta ber hak membuka (mendir ikan)

HR. Bukhari Muslim. Lafal matan menurut Bukhari. Lihat: Shahih al-Bukhari , vol. ke-6, hlm. 2649; dan Shahih M uslim,

vol. ke-2, hlm. 1469.

HR. al-Imam Ahmad. Syu'aib al-Arnauth berkata: "Sanadnya shahih menurut syarat Bukhari Muslim. Lihat: M usnad Ahmad bin H anbal , vol. ke-5, hlm. 66.

d. Program Wajib Belajar

Ketika manusia berkewajiban mempelajari perkara-perkara yang dibutuhkan dalam mengarungi medan kehidupan, maka pendidikan adalah kew ajiban yang mengikat ter hadap semua manusia, laki-laki at au perempuan dalam dua tingkat pendidikan: ibt idaiyah dan t sanawiyah . N egara berkewajiban menyediakan dua tingkat pendidikan itu kepada semua individu secara gratis, dan membuka akses pendidikan tingkat aliyah (pendidikan tinggi) secara gratis bagi semua individu dengan berbagai fasilitasnya yang memadai. D alil at as hal t er sebut adalah bahw a mengajarkan perkara-perkara yang diperlukan oleh semua individu rakyat dalam mengar ungi medan kehidupan mer upakan kebutuhan yang mendasar. Oleh karena itu negara berkewajiban menyediakan kebutuhan ini sejalan dengan apa yang menjadi tuntutan kehidupan, serta sejalan dengan keadaan generasi muda dari rakyat negara yang berkewajiban mempelajari kemaslahatan tersebut. Sebab, kehidupan di antara umat- umat pada masa ini pendidikan tingkat ibtidaiyah dan tsanawiyah bagi semua umat tidak lagi sebagai kebutuhan sekunder melainkan sebagai kebutuhan primer. Oleh karena itu, pendidikan bagi setiap individu rakyat mengenai perkara-perkara yang diperlukan dalam mengarungi medan kehidupan dalam dua tingkat pendidikan, ibtidaiyyah dan tsanawiyah mer upakan kew ajiban negar a, selama hal it u masih mer upakan kem aslahat an (kepent ingan) yang m endasar. Sehingga, negar a ber kew ajiban membuka sekolah-sekolah t ingkat ibt idaiyyah dan tsanawiyah yang cukup sesuai kebutuhan setiap individu rakyat, serta mampu memenuhi apa yang menjadi kebutuhan dalam mengarungi medan kehidupan. Sedangkan pendidikan tingkat aliyah, maka ia juga termasuk kemaslahatan, yang di antaranya merupakan kebutuhan primer seperti kedoteran, maka negara berkewajiban menyediakannya seperti halnya pendidikan tingkat ibt idaiyah dan t sanawiyah ; dan di antar anya juga mer upakan kebutuhan sekunder seperti sastra, maka negar a boleh menyediakannya ketika memiliki dana yang cukup untuk itu. Sebab pendanaan kemaslahatan-kemaslahatan ini ditanggung oleh Baitul Mal dengan tanpa kompensasi, karena itu semua pendidikan harus disediakan

Lihat: N izhom al-Islam , hlm. 125; M uqaddimah ad-Dust ur , hlm. 419; dan N asyrah Hizbut Tahrir yang berjudul " Siyasah at -Ta'lim ", 15 D zil Q a'dah 1397 H./27 O ktober 1977 M..

Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200 Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200