Yang dimaksdud dengan ruh, ruhaniyah dan aspek ruhiyah

1. Yang dimaksdud dengan ruh, ruhaniyah dan aspek ruhiyah

Hizbut Tahrir menyebutkan tiga pengertian, yaitu:

a. Sesuatu yang bersifat materi ( madiyah ), yaitu sesuatu yang dapat diinder a oleh m anusia, dan t er kadang m anusia dapat menyentuhnya, seperti roti; dan ter kadang manusia dapat menginder anya, namun tidak dapat menyentuhnya, seperti

75 Lihat. Mafahim H izb at-Tahrir, hlm. 17.

2. Sesuatu yang abstrak ( ma'nawiyah ), yaitu sesuatu yang dapat di inder a o leh m anusia, nam un m anusia t idak dapat menyentuhnya, seperti kebanggaan dan pujian.

3. Sesuatu yang sifatnya spritual ( ruhiyah ), yaitu sesuatu yang dapat di inder a o leh m anusia, nam un m anusia t idak dapat menyentuhnya, seperti takut kepada Allah SWT, dan pasrah kepada-N ya ketika dalam kesusahan.

Masing-masing dari ketiga pengertian ini memiliki fakta yang dapat terindera oleh manusia, serta dapat dibedakan yang satu dengan yang lain. Dengan demikina, ruh, aspek ruhiyah dah ruhaniyah merupakan fakta yang berwujud yang dapat dijangkau oleh penginderaan. 76

Sesungguhnya, penelitian yang dilakukan dengan cermat terhadap fakta ruh, ruhaniyah dan aspek ruhiyah akan melihat bahwa semua itu tidak ada pada orang Atheis yang mengingkari adanya Allah SWT.. Semuanya haya ada pada orang-orang yang beriman dengan adanya Tuhan. Ini artinya, bahwa ruh, ruhaniyah dan aspek ruhiyah itu terkait dengan keimanan kepada Allah SWT.. Ruh, ruhaniyah dan aspek ruhiyah itu ada ketika iman ada. Sebaliknya, ketika iman itu tidak ada, maka ruh, ruhaniyah dan aspek ruhiyah juga tidak ada. Iman kepada adanya Allah SWT., yakni pembenaran yang pasti bahwa segala sesuatu ini merupakan makhluk (ciptaan) bagi al-Khaliq (Sang Pencipta) yang telah menciptakannya. Sehingga, t opik bahasannya adalah bahw a segala sesuat u dar i sisi keberadaannya merupakan makhluk (ciptaan) bagi al-Khaliq. Pengakuan bahwa segala sesuatu itu merupakan makhluk (ciptaan) bagi al-Khaliq adalah bentuk keimanan. Sebaliknya, mengingkari bahwa segala sesuatu itu merupakan makhluk (ciptaan) bagi al-Khaliq adalah bentuk kekufuran. Dalam suasana pengakuan dan pembenaran yang pasti itulah ada aspek ruhiyah. Jadi, yang membuat aspek ruhiyah itu ada adalah pembenaran yang pasti (keimanan). Dalam suasana tidak ada pengakuan, sementara yang ada pengingkaran saja, maka aspek ruhiyah tidak ada. Jadi, yang membuat aspek ruhiyah itu tidak ada adalah pengingkaran. D engan demikian, aspek r uhiyah adalah pengakuan bahw a eksistensi segala sesuatu mer upakan makhluk (ciptaan) bagi al-Khaliq . Ar tinya, aspek r uhiyah adalah hubungan segala sesuat u dengan Tuhan yang menciptakannya dari sisi penciptaan dan pembuatan dari tidak ada menjadi ada. Hubungan ini, yakni eksistensi segala sesuatu merupakan makhluk (ciptaan) bagi al-Khaliq . Apabila akal telah memahaminya, maka dari

76 Lihat. M afahim H izb at -Tahrir , hlm. 21.

Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200 Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200

Agar tidak timbul sangkaan bahw a hanya sekedar pemahaman (kesadaran) manusia tentang eksistensi dirinya sebagai makhluk (ciptaan) bagi al-Khaliq itu sudah cukup dalam hal keimanan, maka Hizbut Tahrir menjelaskan: "Iman kepada Allah harus disertai dengan iman kepada kenabian Muhammad dan sekaligus risalahnya, serta iman bahwa al-Qur'an merupakan firman Allah, selanjutnya beriman dengan semua yang ada di dalamnya". 78

Ber dasar kan penjelasan di atas bahw a aspek r uhiyah adalah hubungan segala sesuatu dengan penciptanya, yakni eksistensi segala sesuatu merupakan makhluk (ciptaan) bagi al-Khaliq . Ini artinya bahwa aspek ruhiyah itu ada pada setiap sesuatu, baik disadarai (dipahami) ataupun tidak.

Adapun ruh, maka ruh adalah menyadari (memahami) hubungan segala sesuatu dengan penciptanya, yakni menyadari bahwa eksistensi segala sesuatu merupakan makhluk (ciptaan) bagi al-Khaliq . Ini artinya bahw a r uh ini tidak akan ada kecuali pada or ang yang menyadar i (memahami) hubungan segala sesuatu dengan penciptanya, yakni beriman bahwa segala sesuatu merupakan makhluk (ciptaan) bagi al-Khaliq.

Sedangkan yang dimaksud dengan ruhaniyah, maka saya melihat Hizbut Tahrir menyebutnya secara implisit, ketika menyatakan: "Maka dari pemahaman (kesadaran) ini diperoleh perasaan akan kebesaran dan keagungan al-Khaliq (Sang Pencipta), perasaan takut kepada-N ya, serta per asaan unt uk mensucikan-N ya. Pemahaman (kesadar an) yang melahirkan perasaan akan hubungan ini adalah ruh". Dengan demikian, yang dimaksud dengan ruhaniyah adalah pengaruh dan perasaan yang timbul dari kesadaran (pemahaman) mengenai hubungan segala sesuatu dengan penciptanya. Ini artinya bahwa kondisi bangkit yang menimpa manusia ketika berada di tempat-tempat ter tentu, atau dihadapan or ang-orang ter tentu, tidak memer lukan r uhaniyah, atau per asaan (ekpresi) tentang kesadaran akan hubungan. Sebab, orang yang ada di dekat salib, penganut Budha yang ada di dekat patung Budha, atau

77 Lihat. N izhom al- Islam , hlm. 30, 70; dan M afahim H izb at -Tahrir , hlm. 21. 78 Lihat. N izhom al-Islam , hlm. 31.

Selama ruh yang menjadi topik pembahasan dalam bab ini adalah bent uk kesadar an akan hubungan dengan Allah, dan t idak ada hubungannya dengan sirrul hayah (nyawa), maka ruh ini bukanlah bagian dari penciptaan manusia, sebab kesadaran akan hubungan itu bukan bagian dari penciptaannya, namun ia merupakan sifat yang muncul sambil lalu, buktinya bahwa orang kafir yang mengingkari adanya Allah tidak menyadari (memahami) hubungan dirinya dengan Allah, meski demikian ia tetap manusia. 79