N egara dan Ban gsa yang Menjadi Aktor Dalam Politik Internasional

1. N egara dan Ban gsa yang Menjadi Aktor Dalam Politik Internasional

Meskipun banyak negara yang aktif di pentas internasional, hanya saja yang menjadi aktor politik internasioan sedikit sekali, ssesuai kekuatan negara tersebut. Kekuatan ini tidak terbatas hanya pada kekuatan militer, melainkan meliputi semua kekuatan dan kemampuan yang bersifat fisik (mat er iil), pemikir an, dan mor il, di mana negar a t idak mampu m enger ahkannya dan m engum pulkannya di l uar bat as- bat as kekuasaannya. Kekuatan ini meliputi ideologi atau misi internasional yang sedang diemban negara sebagai misi untuk seluruh dunia. Kekuatan ini juga meliputi kekuatan militer, ekonomi, dan kemampuan dalam melakukan aktivitas-aktivitas politik, serta kepiawaian dalam berdiplomasi. N egara dalam pergolakannya dengan yang lain di pentas internasional menggunaka unsur-unsur kekuatannya yang paling kuat dan efektif, atau apa yang disangkanya seperti itu, atau apa yang konstelasi internasional mengizinkan penggunaannya.

Kekuatan ideologi, kekuatan militer, dan kekuatan ekonomi, masing- masing memiliki kemampuan untuk mew ujudkan kepentingan dan memelihara kepentingan tersebut, menciptakan wibawa dan kedudukan inter nasional bagi negar a di pentas int er nasional, sebab mungkin menterjemahkan masing-masing dari semua itu pada pengaruh politik yang kuat. N amun kekuatan militer tetap merupakan unsur yang paling menonjol dan paling efektif. Sebab ia merupakan simbul negara dan pokok kekuatannya. Kekuatan militer selalu membayangi di belakang aktivitas para politisi agar memungkinkan penggunaannya segera ketika beragam car a gagal digunakan. Kekuatan militer tidak terpisah dari keinginan penggunaannya. Sehingga kuatnya keinginan adalah kekuatannya, dan lemahnya keinginan adalah kelemahannya. Lemahnya keinginan negara dalam menggunakan kekuatan militernya ketika melawan negara lain itu

Lihat: Afkar Siyasiyah , hlm. 67, 68.

Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200 Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200

Dalam hal ini Hizbut Tahrir telah mengkaji politik-politik beberapa negara yang menjadi aktor dalam pentas internasional, baik dulu maupun di masa sekarang, dalam beberapa publikasinya yang secara khusus berisi tentang pemikiran politik, dan juga dalam bebera nasyrahnya. Mungkin saya akan menyifati negara-negara ini menjadi tiga katagori, yaitu: (i) negar a-negar a adidaya yang sekar ang menjadi aktor dalam politik internasional, (ii) bangsa-bangsa yang besar yang mempersiapkan untuk kembali menjadi negara adidaya yang kedua kalinya, dan (iii) negara-negara yang tidak diangap sebagai negara adidaya meskipun mereka telah memiliki beberapa komponen yang dapat menjadikannya sebagai negara adidaya dengan semua itu.

a. N egara-negara Adidaya yang Sekarang Menjadi Aktor Dalam Politik Internasional

Mengingat negara-negara adidaya adalah negara yang berpengaruh dalam politik internasional, serta yang melakukan aktivitas yang dapat mempengaruhi negara-negara yang lain, maka negara adidaya nomor satu pada saat sekarang ini, yakni abad ke-15 Hijriyah (1425 H.) atau abad ke-21 Masehi (2004 M.) adalah AS (AS). Sebab, AS memiliki pengaruh yang sangat besar dalam politik internasional. Bahkan hampir-hampir AS menguasai konstelasi internasional sendirian. Sementara negara-negara yang lain tidak mampu menyaingi konstelasi AS, yakni dalam menguasai konstelasi internasional. Hanya saja, Rusia negara warisan Uni Soviet yang dianggap sebagai negara adidaya hingga kekalahannya, serta Inggris dan Perancis yang merupakan negara-negara adidaya sebelum Perang Dunia

II, di mana masing-masing negara-negara tersebut eksistensinya masih berpengaruh dalam politik internasional. Masing-masing berjalan sendirian atau melalui Eropa melakukan aktivitas yang mempengaruhi politik internasional, dan mempengaruhi AS, meski pengaruhnya lemah tidak sampai menyaingi dengan arti sebenarnya. Sebab konstelasi AS yang kuat dalam politik internasional. Ketiga negara ini mungkin saja dikatakan sebagai negara-negara adidaya dengan saling toleransi secara umum.

Lihat: Afkar Siyasiyah , hlm. 28.

Melihat akt ivit as-akt ivit as polit ik yang dilakukan Inggr is unt uk mempertahankan eksistensinya dalam politik internasional. Begitu juga usaha-usaha yang dilakukan Perancis dan Rusia untuk memperkuat eksistensi keduanya dalam politik internasional. Seperti yang terjadi pada krisis Perang Teluk. Oleh karena itu Hizbut Tahrir berpendapat bahwa negara-negara adidaya dan yang menjadi aktor dalam politik internasional untuk saat sekarang adalah AS, Inggris, Perancis dan Rusia. 104

b. Bangsa-bangsa yang Besar yang Mempersiapkan Untuk Kembali Menjadi N egara Adidaya.

Jerman

Jerman dianggap bagian dari negara-negara adidaya. N amun setelah Jerman kalah dalam Perang Dunia II, Jerman benar-benar jatuh dari konstelasinya sebagai negar a adidaya, seperti kejatuhannya setelah kekalahannya pada Perang Dunia I. Oleh karena itu, seperti setelah Perang Dunia I, Jerman sedikit kembali menjadi negara adidaya. Sehingga sangat mungkin Jerman menjadi negara adidaya yang kedua kalinya, meskipun membutuhkan waktu yang lama. Sedang gerakan-gerakan yang dilakukan Jer man ber sama Per ancis pada beber apa pr oblem int er nasional menunjukkan atas hal itu.

Umat Islam

Tidak diragukan lagi bahwa umat Islam merupakan negara adidaya hingga berlangsungnya Perang Salib. Kemudian kembali menjadi negara adidaya sejak kesuksesannya dalam memenangkan Perang Salib. Begitu juga umat Islam tetap berpengaruh dalam politik internasional hingga abad ke-19 Masehi. Setelah itu pengaruhnya secara internasional sangat lemah hingga lenyapnya negara umat ini, pada awal abad ke-20, setelah Perang Dunia I, namun komponen-komponen negara adidaya masih tersimpan di dalam umat ini. Dan sungguh tanda-tanda kekuatannya telah mulai bergerak sejak akhir abad yang lalu (abad ke-20). Dan hal ini sekarang hampir terbit fajarnya-seperti pendapat Hizbut Tahrir-bahwa umat Islam akan kembali menjadi negara adidaya, bahkan negara nomor satu dengan izin Allah SWT.. 105

Lihat: M afahin Siyasiyah li H izb at -Tahrir , cet. ke-4, hlm. 61, 63.

Lihat: M afahin Siyasiyah li H izb at -Tahrir , cet. ke-4, hlm. 62, 63.

Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200 Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200

Di sana ada beberapa negara meskipun mereka telah memiliki beberapa komponen yang dapat menjadikannya sebagai negara adidaya, namun negara-negara tersebut tidak dianggap sebagai negara adidaya, yaitu:

Cina

Hizbut Tahrir berpendapat termasuk hal yang sulit menganggap Cina di antar a negar a-negar a adidaya yang ber pengar uh dalam polit ik internasional dengan arti sebenarnya, yakni di dunia, atau di sebagian besar negara-negara dunia, meskipun cina berpenduduk 102 juta jiwa, meskipun Rusia sangat m em per hit ungkannya, dan m eskipun AS juga memperhitungkannya secara internasional. N amun, Cina tidak dianggap sebagai negara adidaya karena dua sebab, yang salah satunya adalah, sepanjang sejarahnya, Cina belum pernah menjadi negara adidaya, tidak memiliki pengaruh dalam politik internasional, yakni pada waktu lampau. Lebih dari itu, sesungguhnya Cina sejak menjadi negara komunis hingga sekarang, Cina tidak memperhatikan penyebaran komunisme secara internasinal, dan tidak mempengaruhi negara-negara yang beragam di dunia, namun perhatiannya terbatas di daerahnya. Khususnya, setelah usaha-usaha politiknya gagal yang dilakukan di Afrika. Di beberapa negara Asia kegiatannya ini tidak berpengaruh sedikitpun. Kemudian Cina tidak mampu meneruskannya, dan kembali ke lingkarannya yang asli. N amun, bersamaan dengan itu, Hizbut Tahrir memungkinkan Cina dianggap negara adidaya, tetapi dalam lingkarannya yang sifatnya regional, yakni mungkin disebut dengan negar a adidaya secar a r egional. O leh kar ena it u, pengaruhnya dalam problem-problem internasional, di negara-negara dunia yang beragam, memiliki pengaruh yang lemah, kecuali di lingkaran regionalnya.

India

N egara India, meskipun penduduknya di atas 935 juta jiwa, serta memiliki senjata nuklir, namun pengaruhnya dalam politik internasional hampir-hampir tidak ada. Oleh karena itu, tidak layak terlintas dalam hati bahwa India sebagai negara adidaya, karena tidak adanya kemungkinan India memiliki pengaruh dalam politik internasional.

Jepang dan Italia

Adapun Jepang, sebelum Perang Dunia II, pada masa-masa peralihan,