Desa Sirnarasa, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi

analisis ini adalah tersusunnya alternatif penyelesaian yang sesuai dengan kebutuhan para pihak. Dalam studi ini, target grup dipilih berdasarkan pihak yang terkena dampak langsung dan pihak yang memberikan dampak yaitu stakeholder utama dan stakeholder kunci. Data dan informasi untuk mengidentifikasi gap antara kondisi saat ini dan yang diharapkan diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan penelusuran literatur. Berikut ini intisari hasil analisis kebutuhan:

A. Stakeholder Utama 1. Desa Citorek, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak

Meskipun memiliki obyek wisata unggulan yaitu Situs Cibedug, masyarakat Desa Citorek, terutama masyarakat Kasepuhan Cibedug, tidak dilibatkan dalam program pengembangan ekowisata di TNGH. Mereka juga tidak mendapat pendampingan baik dari LSM, Pemda maupun BTNGH untuk mengelola situs dan melayani wisatawan. Selain itu, stakeholders kunci hampir tidak pernah melakukan monitoring dan evaluasi ke lokasi ini. Masyarakat mengharapkan bimbingan dan kerjasama dengan pihak lain untuk mengembangkan ekowisata. Namun, status yang masih encroachment dapat menjadi penghambat BTNGH untuk melakukan pembinaan. Disisi lain, PEMDA tidak melihat adanya keuntungan PAD. Ada tiga hal yang perlu dilakukan untuk mengembangkan ekowisata di lokasi ini. Pertama, status kawasan harus diselesaikan sehingga ada kejelasan instansi mana yang memiliki kewenangan dan bentuk pemanfaatan seperti apa yang dapat dilakukan di lokasi studi. Kedua, peningkatan kapasitas masyarakat dalam semua aspek pengembangan ekowisata. Ketiga, membangun kerjasama dengan pihak lain untuk promosi, pendanaan, penyediaan sarana prasarana, monitoring dan evaluasi.

2. Desa Sirnarasa, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi

Di Desa Sirnarasa, sudah dibentuk Kelompok Swadaya Masyarakat KSM untuk mengelola kegiatan ekowisata. Karena karakteristik penduduk Desa Sirnarasa terdiri dari masyarakat Kasepuhan dan Non-Kasepuhan maka anggota KSM juga mewakili karakteristik tersebut. Namun, jumlah anggota masyarakat yang terlibat masih rendah. Anggota KSM Sinar Wangi, Pangguyangan hanya 15 orang atau 0,28 dari jumlah penduduk tahun 2006 160 . Dalam menjalankan program pengembangan ekowisata, setelah tahap inisiasi pada tahun 1998, masyarakat hanya didampingi oleh YEH. LSM ini membantu masyarakat dalam promosi dan pemasaran kegiatan ekowisata dan mendampingi mereka jika ada persoalan internal KSM. Pendampingan, monitoring, dan evaluasi dari Pemerintah Daerah maupun BTNGH praktis tidak ada. Padahal masyarakat mengharapkan peran mereka dalam hal promosi, pembinaan, pembangunan dan pemeliharaan sarana prasarana. Persoalannya, berdasarkan wawancara dengan narasumber, PEMDA tidak melihat adanya keuntungan PAD dalam mendukung kegiatan ekowisata di TNGH. Disisi lain, BNGH juga menangani program pengembangan ekowisata sebagai kegiatan yang bersifat proyek, bukan rutin. Kondisi Guesthouse yang dibangun atas kerjasama KPPETNGH sudah tidak terawat. Hal ini dikarenakan jumlah wisatawan yang meminta jasa KSM sangat sedikit. Wisatawan kebanyakan langsung berhubungan ke Kasepuhan di Ciptarasa. Disisi lain, anggota KSM juga belum cukup kuat untuk mengorganisasi diri dan mengelola keuangan. Sebagai contoh, di KSM Sinarwangi, Pangguyangan, isu ini menjadi konflik laten antara anggotanya. Sementara itu, dana dari lembaga donor yang dikelola BTNGH untuk pengembangan ekowisata belum menyentuh kebutuhan pembinaan dan pendampingan KSM di lokasi studi serta pemeliharaan fasilitas yang diberikan oleh lembaga donor sebelumnya. Selain konflik internal, beberapa hal yang menjadi sumber persoalan diantaranya ialah adanya bias pemahaman antara masyarakat dan staf BTNGH mengenai konsep ekowisata. Selain itu, karena kurangnya promosi KSM juga kurang dikenal dibandingkan Kasepuhan. Hal lain yang menjadi sumber persoalan ialah tidak dilibatkannya masyarakat dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan di tingkat TNGH. Ada tiga hal yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kinerja pengembangan ekowisata di lokasi ini. Pertama, melakukan program penguatan 160 Anggota KSM Sinar Wangi, Pangguyangan 15 orang 0,28 dari jumlah penduduk Desa Sirnarasa tahun 2006, KSM Warga Saluyu, Citalahab 30 orang 0,39 dari jumlah penduduk Desa Malasari tahun 2006, dan KSM Pada Asih, Leuwijamang 55 orang 1,9 dari jumlah penduduk Desa Cisarua tahun 2002. Rata-rata melibatkan 0,85 dari jumlah penduduk. institusi KSM yang sudah ada melalui peningkatan kapasitas masyarakat dalam pengembangan ekowisata. Kedua, membangun mekanisme kerjasama di tingkal lokal, regional dan nasional. Ketiga, membangun kerjasama dengan pihak lain untuk promosi, pendanaan, penyediaan sarana prasarana, monitoring dan evaluasi.

3. Desa Cisarua, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor