organisasi; standar dan aturan main; penggajian, rekrutmen, dan kondisi pegawai; staf pendukung, infrastuktur, dan peralatan.
• Uphoff 1997:8-9 menyatakan bahwa kinerja suatu institusi diukur dari bagaimana institusi ini menyelesaikan empat tugas pokoknya. Keempat tugas
pokok tersebut ialah: pengambilan keputusan termasuk perencanaan dan evaluasi, mobilisasi dan manajemen sumberdaya, komunikasi dan koordinasi,
dan penyelesaian konflik. • Sumarga 2006: 7-10 menyebutkan bahwa kinerja institusi dilihat dari
kemampuan struktural dan kultural aspeknya untuk beradaptasi pada perubahan. Struktural aspek diantaranya diukur dari: management
accountabilitas, transparansi, demokrasi dan rasional; tipe organisasi dari sederhana ke tipe yang lebih kompleks dan terstruktur; pembagian peran dan
tugas sesuai kompetensi anggotanya. Sedangkan aspek kultural diukur dari: pemenuhan kebutuhan dasar, SDM yang kompeten tingkat pendidikan dan
memiliki pengalaman di bidangnya, kepemimpinan dari dominasi ke demokratis, grup dinamik kurang partisipasi ke partisipasi, sistem nilai.
• Schmid 1987: 23, 242-247 menjelaskan bahwa kinerja institusi diukur oleh siapa mendapat apa? dan biaya costs siapa yang dipertimbangkan ? Pada
sekelompok orang kinerja institusi ini dapat dilihat pada tingkat kehidupan, keamanan, kualitas lingkungan, dan kualitas kehidupannya secara umum.
Kinerja institusi juga dapat dilihat pada distribusi sumberdayakekayaan dan kesempatan. Atau diukur dari kebebasan bebas melakukan pilihan untuk
bertransaksi, pertumbuhan optimalisasi total nilai dari produksi dan efiensi pilihan untuk mengoptimalkan pengeluaran dan pemasukan.
Berdasarkan tinjauan literatur di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja institusi diukur melalui pencapaian tujuan kolektif diantaranya pemenuhan
kebutuhan anggotanya, dan berjalan atau tidaknya fungsi dan tugas institusi melalui wadah pelaksananya yaitu organisasi, formal atau informal.
2.3.4 Pengembangan, Penguatan dan Perubahan Institusi
Berdasarkan fungsi dan tujuannya, institusi sangat diperlukan oleh masyarakat. Namun ketika intitusi tidak berjalan atau kinerjanya dipertanyakan
maka diperlukan suatu langkah perbaikan. Beberapa literatur menyebutkan ada tiga solusi untuk memperbaiki kinerja institusi yaitu melalui: pengembangan
institusi institutional development, penguatan institusi institutional strengthening atau perubahan institusi institutional change.
Pengembangan institusi merupakan suatu proses kesepakatan dan fasilitasi dari suatu organisasi untuk membangun dan meningkatkan kapasitas serta
kemampuannya sehingga dapat mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan
43
. Pengembangan institusi didefinisikan sebagai proses dimana individu, organisasi
dan norma-norma sosial meningkatkan kemampuan dan kinerjanya yang berkaitan dengan pencapaian tujuan, sumberdaya dan lingkungan CWPD 2005; Alikodra
2005. Dalam pengertian ini pengembangan institusi memiliki tiga elemen, yaitu: pengembangan sumberdaya manusia, penguatan organisasi, dan pembangunan
sistem atau mekanisme operasional. Tujuan utama dari pengembangan institusi adalah untuk menciptakan atau menguatkan institusi yang sudah ada dalam
masyarakat
44
. Penguatan institusi institutional strengthening merupakan suatu usaha
untuk mengorganisasi ulang reorganize atau melakukan orientasi ulang reorient institusi agar dapat berfungsi kembali secara efektif Hammergren
1998:1,8. Prasyarat dari penguatan institusi ialah adanya keputusan bersama mengenai apa yang seharusnya institusi lakukan should do. Prasyarat ini dapat
diawali dengan menyusun prakondisi untuk perubahan sebagai tolok ukur yang dijabarkan dalam strategi. Ada tiga pilihan pendekatan fundamental untuk
melakukan penguatan institusi yaitu: 1 perubahan institusi yang ditentukan dari atas, 2 perubahan yang dilakukan dari bawah untuk lingkup tugas institusi yang
lebih kecil, dan 3 pendekatan mass based reorientation dari setiap individu anggota.
Perubahan institusi diperlukan karena lingkungan yang mempengaruhinya juga terus berubah Shaw 2005. Agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik
institusi harus berada dalam kondisi stabil Ruttan 1999. Kondisi stabil dapat diperoleh jika institusi dapat melakukan perubahan sesuai dengan perubahan yang
43
www.undp.orgrbecnhdr1996georgiaglossary.htm diakses 11112005
44
www.polity.org.zahtmlgovdocswhite _paperssosial97gloss.html diakses 11112005
terjadi pada faktor-faktor yang mempengaruhi institusi. Faktor-faktor tersebut diantaranya dukungan endowments, produk yang dibutuhkan product
demand,dan teknologi Ruttan 1999. Perubahan institusi institutional change dapat merubah property rights dan pasar melalui modifikasi kontrak contractual
relations atau adanya pergantian batasan antara aktivitas pasar dan bukan pasar Davis and North 1971:9 dalam Ruttan 1999:9.
Perubahan institusi dapat dilihat dari sisi persediaan supply dan kebutuhan demand Ruttan 1999:8-10. Dari sisi persediaan, perubahan institusi
dipengaruhi oleh adanya biaya dalam memperoleh konsensus sosial. Besarnya biaya ini tergantung pada struktur kekuatan dari para pihak yang berkepentingan
serta kultur dan ideologi yang ada. Pengetahuan mengenai ilmu sosial seperti hukum, manajemen, dan perencanaan dapat membuat perubahan pada sisi
persediaan dan mengurangi biaya transaksi. Sedangkan dari sisi permintaan, perubahan institusi disebabkan karena adanya ketidakseimbangan alokasi
sumberdaya.
2.3.5 Konsep Institutionalist Tenure Security