informasi kepada narasumber serta meminta masukan, saran, kritik, dan komentar melalui kegiatan seminar ataupun forum diskusi terbatas dengan mahasiswa
danatau peneliti lainnya. Teknik Rich Data atau data yang melimpah merujuk pada data yang
lengkap dan rinci yang diperoleh dari berbagai sumber Alwasilah 2002. Fungsi data dalam teknik ini adalah untuk memperkaya dan menguatkan interpretasi
terhadap fenomena penelitian. Teknik Triangulasi dan Feedback secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan data yang melimpah bagi penelitian ini.
3.2.4 Metode Analisis
Ada tiga analisis pokok yang dilakukan dalam penelitian ini. Pertama ialah analisis konflik dengan menggunakan metode pemetaan konflik
67
yang dianggap relevan dengan tujuan studi ini. Kedua ialah analisis institusi pengurusan hutan
dan institusi ekowisata yang dilakukan melalui tiga sub-analisis yaitu analisis stakeholders, analisis kebutuhan, dan analisis kebijakan asumsi. Ketiga, untuk
menguji kelayakan penggunaan konsep ekowisata dilakukan analisis kriteria kecukupan ekowisata. Berikut uraian dan tahapan masing-masing metode analisis
tersebut.
3.2.4.1 Analisis Pemetaan Konflik
Analisis pemetaan konflik adalah suatu analisis yang digunakan untuk menggambarkan konflik secara grafis, menghubungkan pihak-pihak dengan
masalah dan dengan pihak lainnya. Analisis ini digunakan pada awal untuk memahami sejarah konflik, atau akhir proses konflik untuk menyusun strategi
Wulan et al. 2004 dan Fisher et al. 2001. Tujuan analisis dalam penelitian ini ialah untuk memahami situasi, mengidentifikasi konflik dan apa yang sudah
dilakukan. Selain itu untuk menjelaskan dan memahami pandangan-pandangan yang berbeda tentang sejarah konflik, hubungan antar pihak yang berkonflik, dan
mengevaluasi apa yang sudah dilakukan oleh masing-masing pihak.
67
9 metode analisis konflik: penahapan konflik, urutan kejadian, pemetaan konflik, SPK Sikap-Perilaku-Konteks, Analogi Bawang Bombai, Pohon Konflik, Kekuatan Konflik, Analogi Pilar, dan Piramida Fisher et al. 2001
Definisi Konflik
Pengertian konflik dapat dilihat dari tiga definisi berikut ini:
Konflik adalah hubungan antara dua pihak atau lebih individu atau kelompok yang memiliki, atau merasa memiliki, sasaran-sasaran yang tidak
sejalan Fisher et al. 2001; Konflik adalah suatu situasi yang menunjukan adanya praktik-praktik
penghilangan hak seseorang atau lebih dan atau kelompok atas suatu benda atau kedudukan Malik et al. 2003;
Konflik adalah gejala yang terlihat di permukaan dari suatu transformasi modal sosial masyarakat yang tumbuh ditengah-tengah masyarakat
Kartodiharjo dan Jhamtani 2006.
Tahapan Analisis Tahapan analisis konflik yang dilakukan dalam penelitian ini disusun
berdasarkan tahapan analisis pemetaan konflik dalam Wulan et al. 2004 dan Fisher et al. 2001. Berikut ini tahapan analisis pemetaan konflik tersebut : 1
menentukan siapa pihak-pihak utama dalam konflik; 2 mengidentifikasi pihak- pihak lain yang terlibat atau berkaitan dengan konflik; 3 menganalisis hubungan
di antara semua pihak aliansi; konfrontasi; struktural; dll; 4 mengidentifikasi isu-isu pokok di antara pihak-pihak; dan 5 menganalisis apakah ada hubungan
yang mempunyai peluang untuk mengatasi konflik.
3.2.4.2 Analisis Institusi A. Analisis Stakeholders
Analisis stakeholders adalah teknik yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi tokoh, kelompok atau institusi kunci yang berpengaruh terhadap
sukses tidaknya suatu program MSH dan UNICEF 1998; ODA 1995. Tujuan dari analisis ini diantaranya membantu peneliti untuk mengidentifikasi para pihak
yang relevan; memahami sifat hubungannya; mengidentifikasi potensi kerjasama yang mungkin dapat dibangun; dan sebagai dasar penyusunan strategi
penyelesaian konflik Maryono et al. 2005; UNICEF 1998; ODA 1995.
Definisi Stakeholders Istilah stakeholders atau parapihak sudah banyak digunakan dalam
hubungannya dengan proses pengambilan keputusan. Pengertian stakeholders tidak sama dengan publik karena publik mengandung arti semua warga negara
umum yang bukan pemerintah Diknas 2005:902. Sedangkan stakeholders mengandung semua pihak, termasuk instansi pemerintah didalamnya, yang terkait
dengan persoalan atau rencana tertentu Maryono et al. 2005:52. Menurut Healey 1997 dalam Ladkin dan Bertramini 2002 secara umum konsep
stakeholder menggambarkan antara yang vokal vs yang tidak mampu bersuara, yang memiliki kekuatan versus pihak yang lemah, tokoh elit politik versus
masyarakat umum. Stakeholders,
menurut Maryono
et al. 2005:48, bukan hanya kumpulan para pihak tapi “pelaku yang memiliki kewenangan dan kepentingan dalam
pengambilan keputusan”. Sementara Dick 1997 dan Freeman 1984 dalam Maryono et al. 2005 mendeskripsikan stakeholders sebagai “kelompok atau
individu yang dapat mempengaruhi danatau dipengaruhi oleh suatu pencapaian tujuan tertentu”. Gray 1985 dalam Ladkin Bertramini 2002 menyebutkan
bahwa stakeholders adalah siapapun yang mempunyai hak dan kemampuan untuk berpartisipasi karena terkena dampak oleh aksi yang dilakukan oleh stakeholder
lainnya. Perlunya stakeholder memiliki kemampuan berpartisipasi kembali ditekankan oleh Ladkin dan Bertramini 2002. Lebih jauh Overseas
Development Administration – ODA dalam Maryono et al. 1995 menegaskan bahwa stakeholder dapat individu, kelompok atau lembaga.
Berdasarkan uraian diatas, maka definisi stakeholder yang digunakan dalam penelitian ini ialah: semua pihak, baik masyarakat maupun lembaga
pemerintah, yang mempunyai hak, kemampuan, kewenangan, dan kepentingan untuk berpartisipasi, termasuk dalam pengambilan keputusan, karena terkena
dampak oleh aksi yang dilakukan oleh stakeholder lainnya. Definisi ini merupakan gabungan dari konsep-konsep stakeholder yang dikemukakan
sebelumnya.
Kategorisasi Stakeholders Menurut Freeman 1984 dan Grimble dan Wellard 1996, keduanya
dalam Maryono et al. 2005, stakeholders dapat diidentifikasikan berdasarkan kepentingan, kekuatan pengaruh terhadap keputusan, cara kerja, asal usul sosial
dan relasi antar stakeholders. Berdasarkan karakteristik ini stakeholders dibagi menjadi 3 kategori yaitu stakeholder utama primer, pendukung sekunder, dan
kunci ODA dalam Maryono et al. 2005. Adapun penjelasan mengenai ke-3 kategori tersebut ialah Maryono et al. 2005:
1. Stakeholders utama primer : merupakan stakeholders yang terkena dampak langsung baik positif maupun negatif oleh suatu rencana atau proyek serta
mempunyai kaitan kepentingan langsung dengan kegiatan tersebut. Stakeholders kategori ini karenanya harus ditempatkan sebagai penentu utama
dalam pengambilan keputusan. Contoh: masyarakat lokal, tokoh masyarakat. 2. Stakeholders pendukung sekunder : merupakan stakeholders yang tidak
memiliki kepentingan langsung terhadap proyek tapi memiliki kepedulian. Mereka dapat menjadi intermediaries atau fasilitator dalam proses dan cukup
berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Contoh: LSM, perguruan tinggi, peneliti.
3. Stakeholders kunci : merupakan stakeholders yang memiliki kewenangan legal dalam hal pengambilan keputusan. Contoh: pemerintah dan DPR.
Tahapan Analisis Stakeholders Berikut tahapan analisis stakeholder:
1. Identifikasi isu atau persoalan yang ingin diselesaikan dan menetapkan batasan lokasi;
2. Membuat tabel identifikasi yang terdiri dari kolom yang berisi: a daftar stakeholder : sumber data yang dapat digunakan untuk membuat list
stakeholders diantaranya: daftar keanggotaan; kehadiran dalam konsultasi publik sebelumnya; pengamatan; berbagai sumber masyarakat; dan hasil
survai Maryono et al. 2005.
b dampak kegiatan terhadap stakeholder : parameter yang dapat digunakan diantaranya : langsung, tidak langsung atau tidak tahu Dick 1997;ODA
1995 dalam Maryono et al. 2005. c kepentingan : kepentingan dapat diidentifikasi diantaranya melalui apa
yang diharapkan atau manfaat yang dapat diperoleh stakeholder ODA 1995 dalam Maryono et al. 2005.
d pengaruh stakeholder terhadap sukses tidaknya kegiatan yang diukur dengan menggunakan parameter berikut ini Dick 1997: tinggi jika
stakeholder punya kemampuan memveto keputusan, sedang jika pengaruh stakeholder masih dapat ditangani melalui negosiasi, dan kecil
jika stakeholder tidak memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pencapaian tujuan.
e estimasi mengenai perilaku stakeholder terhadap program yang diusulkan dengan range estimasi mulai dari mendukung sampai tidak mendukung
atau oposisi Dick 1997. 3. Hasil analisis stakeholders berupa strategi pelibatan stakeholder dengan
menentukan tipe partisipasi yang sesuai. Dick 1997 merekomendasikan bentuk partisipasi mulai dari dilibatkan cukup hanya sebagai informan,
dikonsultasi, langsung terlibat dalam pengambilan keputusan, danatau diposisikan sebagai mitra kerja. Strategi ini dapat ditempatkan pada kolom
terakhir dalam tabel analisis stakeholders.
Keterwakilan dalam Analisis Stakeholder Masalah keterwakilan dalam analisis stakeholder sangat penting. Hal ini
sering menjadi alasan bagi beberapa pihak untuk mempertanyakan masalah sah tidaknya proses yang sudah dilakukan. Untuk menghindari hal tersebut, Maryono
et al. 2005 menyarankan beberapa teknik menjaga keterwakilan yang dapat digunakan diantaranya:
a mempelajari jumlah anggota kelompok yang harus diwakili melalui daftar keanggotaan;
b mengidentifikasi jumlah orang yang hadir mewakili pada konsultasi publik; c mempelajari proses perwakilan yang umumnya berlaku dalam masyarakat;
d mengamati bagaimana keanggotaan dan kehadiran bertahan dalam rangkaian pertemuan;
e menggunakan prosedur pengambilan keputusan yang demokratis, transparan dan terbuka;
f memperhatikan dan mendokumentasikan surat menyurat yang disampaikan oleh masyarakat;
g memperhatikan komentar dan keberatan yang disampaikan pada berbagai media; dan
h mempertimbangkan hasil survai. Disisi lain, Ladkin dan Bertramini 2002 menyebutkan ada empat faktor
yang perlu diperhatikan dalam mengidentifikasi siapa saja yang menjadi stakeholders. Keempat faktor tersebut ialah kekuatan ekonomi dan politik;
keterkaitannya dengan klaim yang diajukan; penting tidaknya klaim; dan kemauan untuk dilibatkan.
B. Analisis Kebijakan Analisis Asumsi
Analisis kebijakan adalah aktivitas untuk dapat memahami proses kebijakan melalui penelitian terhadap sebab, akibat dan kinerja kebijakan dan
program publik Dunn 2003: 1. Ada lima prosedur yang digunakan dalam analisis kebijakan yaitu Dunn 2003: 21:
1 perumusan masalah definisi: menghasilkan informasi mengenai kondisi- kondisi yang menimbulkan masalah kebijakan.;
2 peramalan prediksi memberikan informasi mengenai konsekuensi di masa mendatang dari penerapan alternatif kebijakan;
3 rekomendasi preskripsi menyediakan informasi mengenai nilai atau kegunaan relatif dari konsekuensi di masa mendatang dari pemecahan
masalah; 4 pemantauan deskripsi menghasilkan informasi tentang konsekuensi
sekarang dan masa lalu dari diterapkannya alternatif kebijakan; dan 5 evaluasi : menyediakan informasi mengenai nilai atau kegunaan dari
konsekuensi pemecahan atau pengatasan masalah. Sesuai dengan tujuan penelitian untuk memahami dan mengidentifikasi
sumber permasalahan yang menimbulkan konflik maka perumusan masalah
adalah prosedur analisis kebijakan yang digunakan dalam penelitian ini. Mengacu pada delapan teknik perumusan masalah
68
menurut William Dunn 2003, analisis
asumsi merupakan teknik yang dianggap paling relevan dengan tujuan studi.
Teknik ini merupakan satu-satunya teknik perumusan masalah yang menggunakan konflik sebagai kriteria kinerja kebijakan. Secara eksplisit analisis asumsi
menganalisis gambaran positif maupun negatif dari konflik dan komitmen. Konflik digunakan untuk menunjukan keberadaan asumsi yang bertentangan
dengan kebijakan yang dibuat. Di sisi lain, komitmen digunakan sebagai bukti untuk mendukung pokok pandangan pihak yang bertentangan. Analisis asumsi
meliputi lima tahap prosedur sebagai berikut: 1 identifikasi pelaku kebijakan : pelaku kebijakan diidentifikasi,diurutkan, dan
diprioritaskan didasarkan pada penilaian tentang seberapa jauh masing-masing mempengaruhi dan dipengaruhi oleh proses kebijakan. Pada penelitian ini,
identifikasi pelaku menggunakan hasil analisis stakeholder. 2 memunculkan asumsi : seleksi data yang mendukung dan mendasari asumsi-
asumsi para pihak. 3 mempertentangkan asumsi: membandingkan dan mengevaluasi asumsi-
asumsi. Asumsi diuji untuk menentukan kemungkinan untuk dipakai sebagai landasan bagi konseptualisasi baru terhadap masalah dan solusinya secara
menyeluruh. 4 mengelompokkan asumsi : disini asumsi-asumsi lebih dari rekomendasi
diurutkan berdasarkan prioritaskan asumsi-asumsi dari segi kepastian dan kepentingannya bagi para pelaku kebijakan yang berbeda.
5 sintesis asumsi : suatu satuan gabungan asumsi yang diterima dapat menjadi basis untuk menciptakan konseptualiasi baru dari masalah. Ketika isu-isu
seputar konseptualisasi masalah dan potensi pemecahannya telah mencapai titik ini, aktivitas-aktivitas dari para pembuat kebijakan dapat menjadi
kooperatif dan secara kumulatif produktif. Secara praktikal, analisis asumsi dilakukan oleh Dewar et al. 1993 dan
1996. Dalam studi tersebut, analisis asumsi atau assumption based planning
68
Delapan teknik analisis perumusan masalah kebijakan : analisis batas, analisis klasifikasi, analisis hirarki, synecties, brainstorming, analisis perspektif berganda, analisis asumsi, dan pemetaan argumentasi Dunn 2003: 247-277.
ABP digunakan untuk mengevaluasi kinerja organisasi angkatan bersenjata di Amerikan Army’s Force XXI. Tujuan dari ABP diantaranya untuk
mengidentifikasi asumsi-asumsi yang dapat menjadi landasan bagi sebuah organisasi untuk memperbaiki rencana maupun program kerjanya Dewar et al.
1993. Dalam literature tersebut dijelaskan bahwa asumsi adalah sebuah
pernyataan mengenai karakteristik dari masa depan yang dihasilkan atau berdasarkan pada perencanaan atau pelaksanaan organisasi saat ini diterjemahkan
dari Dewar et al. 1993:5. Pernyataan tersebut dapat berupa fakta atau penilaian. Asumsi juga dapat bersifat deskriptif, evaluatif, prediksi, atau penjelasan yang
dinyatakan secara eksplisit ataupun implisit. Asumsi dapat diidentifikasi dari berbagai sumber. Salah satu contoh
dimana asumsi dapat diperoleh secara eksplisit ialah dari dokumen arahan guideline dari organisasi yang membawahi organisasi lainnya. Selain itu, asumsi
juga dapat diperoleh dengan cara wawancara, danatau catatan proses pertemuan Dewar et al. 1993.
Dari berbagai sumber informasi tersebut, Dewar et al. 1993 menyarankan untuk mengidentifikasi hanya asumsi yang penting saja. Untuk
dapat dikategorikan penting, asumsi harus merupakan pernyataan yang dapat membawa kepada perubahan yang lebih baik. Salah satu contoh asumsi yang
penting tersebut adalah bagaimana tugas dan kewajiban dibagi dalam sebuah organisasi Dewar et al. 1993.
Ada lima tahap dalam melakukan ABP Dewar et al. 1993; 1996. Pertama ialah mengidentifikasi asumsi. Kedua mengidentifikasi asumsi yang rapuhtidak
kuat vulnerable. Ketiga adalah menentukan peristiwa yang dapat menjadi indikasi perubahan dari asumsi yang lemah. Dalam literatur, tahap ini disebut
signposts. Tahap keempat ialah shaping action atau langkah-langkah yang perlu dilakukan organisasi untuk mengontrol asumsi-asumsi yang lemah. Tahap terakhir
adalah hedging action atau aksi penguatan program yang dilakukan oleh organisasi.
Berdasarkan kedua literatur di atas, tahapan analisis asumsi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1 Identifikasi pelaku kebijakan yang terkait dengan kebijakan penetapan taman nasional dan pengembangan ekowisata di TNGHS;
2 asumsi penting diidentifikasi dari peraturan perundangan yang mengatur pembagian peran para pelaku dalam penetapan taman nasional dan
pengembangan ekowisata; 3 asumsi yang dipertentangkan ialah asumsi yang tertulis dalam peraturan
perundangan yang sifatnya umum dengan asumsi pelaksanaan peraturan perundangan di lokasi studi. Sumber data yang digunakan untuk asumsi yang
tertulis ialah dokumen peraturan perundangan dengan hirarki peraturan perundangan yang dapat diacu oleh semua lokasi. Sedangkan sumber data
untuk asumsi pelaksanaan kebijakannya digunakan berasal dari dokumen peraturan perundangan tertulis yang dikeluarkan oleh instansi pemerintah
daerah dan BTNGH serta dari hasil pengumpulan data primer; 4 kedua asumsi dikelompok dan dianalisis sejauh mana gap antara keduanya;
5 sintesis masalah dirumuskan berdasarkan tahapan sebelumnya.
C. Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan adalah seperangkat prosedur yang sistematis yang digunakan untuk menentukan prioritas dan pengambilan keputusan sebuah
organisasi atau program dan alokasi sumberdaya. Prioritas ditentukan oleh kebutuhan yang teridentifikasi Witkin Altschuld 1995 dalam Grayson 2002.
Analisis kebutuhan juga dapat didefinisikan sebagai suatu proses untuk mengidentifikasikan ada tidaknya faktor, kondisi, sumberdaya dan peluang untuk
mencapai tujuan yang sesuai dengan misi dari sebuah institusi Upcraft dan Schuh 1996 dalam Grayson 2002. Sementara sumber lain menyebutkan bahwa Analisis
kebutuhan need assessment merupakan sebuah proses atau cara yang sistematis untuk mengeksplorasi dan mengidentifkasi gap antara kondisi saat ini dan kondisi
yang seharusnya Rouda dan Kusy 1995; Palacios 2003.
Tujuan dan Manfaat Analisis Kebutuhan Tujuan dan manfaat dari analisis kebutuhan dalam penelitian ini
diantaranya untuk mengetahui karakteritik kesenjangan antara kondisi aktual dan
kondisi yang diharapkan Palacios 2003. Analisis kebutuhan juga digunakan untuk tujuan mendapatkan informasi yang dapat mendukung atau memilih
berbagai alternatif dalam pengambilan keputusan yang sesuai Grayson 2002.
Definisi Kebutuhan Need Menurut Grayson 2002 kebutuhan dapat dilihat sebagai kata benda atau
kata kerja. Kebutuhan sebagai kata benda dilihat dari definisi kebutuhan sebagai sesuatu yang dibutuhkan dan harus dipenuhi Depdikbud 2005:182. Sedangkan
kebutuhan sebagai kata kerja dapat dilihat dari pengertian bahwa kebutuhan adalah kondisi yang diperlukan atau harus dilakukan untuk mengisi kekosongan
tersebut Grayson 2002. Definisi lainnya menguraikan bahwa kebutuhan ialah sebuah gap
69
antara kondisi saat ini dan kondisi seharusnya Witkin Altschuld 1995 dalam Grayson 2002 atau suatu kondisi yang memerlukan masukan untuk
bertahan hidup
70
. Kebutuhan menurut Teori Maslow ada lima. Berikut ini kebutuhan
menurut Maslow dari hirarki yang terendah: psikis, keamanan, kepemilikan dan kasih sayang, kepercayaan diri dan aktualisasi diri. Brenner 2007
menganalogikan hirarki kebutuhan Maslow ini kedalam kebutuhan suatu proyek atau program. Menurut Brenner dalam suatu program juga terdapat lima
kebutuhan yaitu: sumberdaya, stabilitas, tujuan yang terkait dengan program lainnya, perencanaan yang meyakinkan; dan pelaksanaan yang berjalan dengan
baik Hal yang penting diperhatikan dalam analisis kebutuhan adalah untuk
mendapatkan informasi yang lengkap dan akurat mengenai kelompok sasaran yang dikehendaki. Data dan informasi dapat diperoleh dengan cara meyebarkan
kuesioner, atau melakukan observasi, wawancara, fokus grup dan survey Grayson 2002; Palacios 2003. Sedangkan kelompok sasaran ditentukan
berdasarkan kelompok yang memiliki interaksi. Kelompok ini juga menentukan level dari kebutuhan Grayson 2002:
a Level pertama : adalah kelompok penerima jasa;
69
Gap adalah perbedaan antara yang adasudah terjadi dengan apa yang diharapkan Grayson 2002
70
Sumber: http:www.meriam-webster.comdictionaryneed
diakses tanggal 2 February 2007 jam 7:40 AM
b Level kedua ialah penyedia jasa dan pembuat kebijakan; dan c Level ketiga ialah kelompok yang dapat memberikan sumberdaya dan solusi
Tahap analisis kebutuhan Rouda dan Kusy 1995; Grayson 2002: Ada lima tahap analisis kebutuhan yaitu:
a identifikasi para pihak yang terkait; b tahap eksplorasi dengan mengidentifikasi kondisi aktual saat ini dan kondisi
yang diinginkan gap analisis; c identifkasi kondisi yang dibutuhkan para pihak untuk mengurangi gap;
d menentukan prioritas dan tingkat kepentingan importance berdasarkan efektifitas biaya, peluang pelaksanaannya dari segi hukum, penerimaan dari
stakeholders, keterlibatan dari stakeholders, dan pengaruhnya terhadap pencapaian tujuan keseluruhan; dan
e identifikasi sumber permasalahan berdasarkan prioritas yang telah disusun. Hal ini penting untuk menentukan aksi yang paling tepat sasaran.
Mengidentifikasi peluang penyelesaiannya: berdasarkan hasil investigasi terhadap sumber permasalahan secara detail, maka peluang penyelesaian akan
disusun. Hasil ketiga sub-analisis institusi kemudian digunakan untuk
mensintesiskan analisis institusi dengan menggunakan konsep ITS. Konsep ini menyarankan peneliti untuk menganalisis keterkaitan antara institusi dan politik
dari tenure security, seperti politik akses terhadap sumberdaya, serta kontrol diantara aktor-aktor sosialnya. Pertimbangan yang diacu oleh aliran ini ialah
proses perubahan lingkungan sebagai hasil dari negosiasi atau lobi antara aktor- aktor sosial yang dapat memiliki perbedaan-perbedaan prioritas dalam
pengelolaan sumberdaya alam.
3.2.4.3 Analisis Kriteria Kecukupan Ekowisata
Analisis Ekowisata ecotourism assessment adalah suatu prosedur analisis terhadap kawasan wisata yang sudah berjalan yang dapat menghasilkan informasi
yang diperlukan untuk pengelolaan kawasan Moyini 2006; Lee Snepenger 1991. Definisi lain menyebutkan bahwa analisis penilaian ekowisata ialah alat
yang dapat membantu untuk identifikasi kawasan wisata prioritas Lash Austin 2003.
Analisis ekowisata dilakukan untuk beragam tujuan. Misalnya, analisis yang dilakukan oleh Lee and Snepenger 1991 bertujuan untuk mendapatkan
informasi yang diperlukan dalam meningkatkan kinerja pengelolaan kawasan wisata. Analisis yang dilakukan di Uganda oleh Moyini 2006 bertujuan untuk
mendapatkan gambaran umum permasalahan ekowisata ditinjau dari aspek ekonomi, sosial, lingkungan dan teknis. Untuk tujuan yang sama, analisis
penilaian kecukupan ekowisata juga dilakukan oleh McLaughlin et al. 2002 di Bolivia pada empat taman nasional yaitu ChakoKaa-Iya del Gran Chco National
Park, Amboro National Park, ChapareCarraco National Park, dan The Yungas Regions.
Dalam penelitian ini, ada dua tujuan analisis ekowisata. Pertama ialah untuk mengidentifikasi sejauh mana konsep ekowisata yang digunakan di lokasi
studi memenuhi kriteria ideal dalam literatur dan kebijakan yang ditetapkan oleh institusi yang berwenang. Tujuan kedua ialah untuk mengetahui implikasi
pengembangan ekowisata dalam konflik di lokasi studi. Berdasarkan kedua tujuan tersebut analisis ekowisata dalam penelitian ini disebut sebagai analisis kriteria
kecukupan ekowisata.
Definisi Ekowisata Definisi ekowisata yang digunakan sebagai dasar dalam melakukan
analisis kecukupan ekowisata. Dalam penelitian ini, definisi ekowisata yang digunakan merupakan intisari dari hasil penelusuran pustaka yang disajikan pada
Bab 2. Sebagai bagian dari industri wisata, analisis ekowisata dalam penelitian ini ditinjau juga dari aspek atau sisi penyedia supply. Adapun definisi ekowisata
yang dimaksud ialah: konsep pengembangan dan penyelenggaraan kegiatan pariwisata yang memanfaatkan lingkungan dengan tujuan konservasi melalui
pengembangan ekonomi lokal yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat lokal dan penyajian produk wisata yang bermuatan pendidikan dan pembelajaran serta
berdampak negatif minimal terhadap lingkungan.
Tahapan Analisis Kriteria Kecukupan Ekowisata Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Moyini 2006, Lash Austin
2003, McLaughlin et al. 2002, Lee Snepenger 1991, analisis kriteria kecukupan ekowisata dapat dilakukan melalui beberapa tahapan. Berikut ini
tahapan analisis ekowisata yang dilakukan dalam penelitian ini: 1. melakukan telaah literatur untuk menentukan faktor danatau variabel
ekowisata yang akan dianalisis ; 2. menetapkan parameter analisis untuk setiap faktor dan variabel yang diteliti;
3. menentukan target group; 4. mengumpulkan data primer dan sekunder.
5. melakukan analisis data; dan 6. membandingkan antara kondisi yang ada dengan kondisi ideal menurut kajian
literatur.
Teknik Pengumpulan Data Berdasarkan studi yang sudah dilakukan sebelumnya Moyini 2006; Lash
Austin 2003; Lee Snepenger 1991; McLaughlin et al. 2002; Moyini 2006, setidaknya ada empat teknik pengumpulan data yang dapat digunakan dalam
analisis ekowisata. Keempat teknik tersebut ialah analisis dokumen, survai, diskusi terfokus atau observasi langsung.
Faktor dan Variabel yang diamati Berdasarkan definisi ekowisata yang dikemukakan sebelumnya, ada lima
faktor yang akan diteliti dalam analisis kriteria kecukupan ekowisata. Kelima faktor tersebut ialah: 1 tujuan pengelolaan; 2 partisipasi masyarakat; 3
pengembangan ekonomi lokal; 4 produk wisata;dan 5 Dampak Lingkungan. Faktor pertama, secara ideal tujuan dari pengembangan ekowisata adalah
pemanfaatan sumberdaya alam untuk mendukung usaha konservasi kawasan dengan melindung dan menjaga keberlanjutan sumberdaya alam yang merupakan
aset atau obyek wisatanya Ceballos-Lascurain 1996; Wall dan Ross 1998. Ada dua variabel yang digunakan untuk mengidentifikasi tujuan pengelolaan yang
digunakan dalam pengembangan ekowisata. Pertama, definisi ekowisata yang
digunakan dalam dokumen-dokumen resmi yang dikeluarkan oleh instansi terkait dengan TNGH; dan yang dipahami stakeholders masyarakat lokal, LSM
pendamping, aparat pemerintah, narasumber seperti akademisi dan peneliti. Kedua, tujuan pengembangan ekowisata yang tercantum dalam dokumen-
dokumen resmi dan yang dipahami stakeholders. Faktor kedua, partisipasi masyarakat adalah suatu usaha untuk
memberdayakan masyarakat agar mampu memobilisasi kapasitas mereka sendiri, menjadikannya aktor sosial daripada subyek pembangunan yang pasif, mengelola
sumberdaya, membuat keputusan, dan mengontrol aktifitas yang berdampak terhadap mereka Cernea 1985; Drake 1991. Untuk mengetahui sejauh mana
masyarakat dilibatkan dalam kegiatan ekowisata di lokasi studi diperlukan identifikasi level partisipasi keterlibatan masyarakat. Menurut Perez 1997 serta
Kraus dan Allen 1997, ada lima level partisipasi masyarakat. Berikut ini urutan kelima level partisipasi tersebut dimulai dari level terendah: berbagi informasi,
proses nominal, konsultasi, pengambilan keputusan, dan inisiasi aksi. Untuk mengidentifikasi level keterlibatan masyarakat, diperlukan dua
parameter lain yaitu: bentuk keterlibatan dalam kegiatan ekowisata dan inisiatif partisipasi. Bentuk keterlibatan dalam ekowisata diidentifikasi selain untuk
memastikan apakah dilibatkan atau tidaknya masyarakat, juga mencerminkan level partisipasi yang ikuti oleh masyarakat. Sedangkan, variabel inisiatif
partisipasi, diidentifikasi untuk mengetahui siapakah yang berinisiatif untuk berpartisipasi. Hal ini dapat digunakan sebagai indikasi apakah program yang
dijalankan murni dari masyarakat atau dorongan dari pihak luar. Parameter lain yang digunakan untuk mengidentifikasi partisipasi
masyarakat ialah representasi yang masyarakat yang dilibatkan. Menurut Pratiwi 2000, Chambers 1995, Peters 1994, dan Rahnema 1992, partisipasi
masyarakat dapat berhasil jika melibatkan representasi dari semua unsur masyarakat. Sesuai dengan karakteristik lokasi studi, variabel yang akan
diidentifikasi untuk mengetahui representasi masyarakat yang dilibatkan ialah : karakteristik masyarakat dan siapa saja yang terlibatdilibatkan. Karakteristik
masyarakat diidentifikasikan melalui dua sub-variabel yaitu: kategori masyarakat
adat atau non-adat dan karakteristik lokasi pemukimannya di dalam atau di luar kawasan TNGH.
Sedangkan sub-variabel untuk mengidentifikasi variabel siapa saja yang dilibatkan ada empat sub-variabel yang digunakan. Pertama, karakteristik intitusi
lokal yang dilibatkan seperti lingkup wilayahnya kampung atau desa dan jenis institusi yang diwakili organisasi, pemuda, institusi pendidikan, pemerintahan
desa, atau lainnya. Sub-variabel kedua adalah status ekonomi masyarakat yang dilibatkan apakah berasal dari masyarakat berpendapatan tinggi, menengah, atau
rendah. Sub-variabel ketiga ialah gender. Sub-variabel yang terakhir ialah lokasi dimana masyarakat yang terlibat bermukim.
Faktor ketiga ialah produk wisata. Secara ideal produk ekowisata ialah kegiatan yang mengandung unsur pendidikan dan pembelajaran. Menurut
Lindberg et al. 1998 serta Sekartjakrarini dan Legoh 2003, interpretasi adalah produk wisata yang memiliki kriteria tersebut. Interpretasi dapat dilihat sebagai
suatu produk atau proses Sekartjakrarini Legoh, 2003; Ceballos-Lascurain 1996. Sebagai produk wisata, interpretasi adalah suatu produk dengan muatan
nilai-nilai substantif sumber-sumber alambudaya, pengetahuan dan pembelajaran tentang lingkungan setempat Sekartjakrarini Legoh. 2003. Sebagai proses,
kegiatan interpretasi seperti ini diharapkan dapat memberikan pemahaman, dengan pemahaman akan ada apresiasi, dan dari apresiasi menimbulkan kecintaan
dan kepedulian yang tinggi terhadap alam Sudarto 1999; Lindberg et al. 1998. Hal ini dapat diidentifikasikan melalui aktivitas wisata yang ditawarkan dan
tujuan kedatangan wiatawan ke lokasi studi. Faktor keempat, pengembangan ekonomi lokal. Mengacu pada Loomish
dan Walsh 1997 serta Linberg 1998, ada dua dampak pengembangan ekowisata terhadap pengembangan ekonomi lokal. Kedua dampak tersebut yaitu
dampak langsung dan tidak langsung. Dampak langsung diidentifikasi dari adanya 1 peluang kerja; 2 peningkatan pendapatan; dan 3 pendapatan daerah.
Sedangkan dampak tidak langsung dilihat dari ada tidaknya diversifikasi kegiatan ekonomi serta pemasukan terhadap BTNGH dan Pemda Desa dan Kabupaten.
Faktor kelima yaitu dampak Lingkungan. Dampak yang diobservasi ialah dampak terhadap bio-fisik dan sosial budaya. Ada tujuh dampak bio-fisik yang di
identifikasi yaitu: formasi geologi dan batuan, tanah, air, vegetasi, hidupan liar dan ekosistemnya, sistem sanitasi, dan estetika lansekap Sekartjakrarini Legoh
2004; Barrow 2000; Gartner 1996; Ceballos-Lascurain 1996. Sedangkan dampak sosial budaya dilihat apakah ada perubahan terhadap beberapa parameter sosial
budaya misalnya sistem nilai, standard hidup, pola migrasi, dan lain sebagainya Sekartjakrarini dan Legoh 2004; Ceballos-Lascurain 1996.
Secara ringkas metode penelitian ini disajikan pada Gambar 6.
Faktor-faktor
Data Sekunder
Primer Teori
Konflik Dilema
Sosial Penetapan
Taman Nasional
Analisis Konflik
Hubungan antar
Manusia
Kepentingan
Perbedaan Data
Sistem Nilai
Struktural Karakteritik
Konflik Analisis
Institusi TN
Analisis Institusi
Ekowisata Sejarah
Pengelolaan Demografi
Budaya
Organisasi Sistem Nilai
Kebijakan
Analisis Kriteria
Kecukupan Ekowisata
Tujuan Ekowisata
Produk Ekowisata
Dampak LH Ekonomi
Lokal Partisipasi
Masyarakat Stakeholder
Analysis
Analisis Kebutuhan
Analisis Asumsi
Model Institusi Ekowisata
Berkelanjutan Implikasi
Ekowisata terhadap
konflik Faktor-faktor
Pengolahan Data dan Analisis Konsep Pendekatan
Hasil
Analisis Data
Data Sekunder
Primer
Gambar 6 Metode penelitian
Feedback
Teori Akses Teori
Partisipasi Teori
Institusi
Data Sekunder
Primer Konsep Pendekatan
88
IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN