yang terlibat atau berkaitan dengan konflik ini termasuk kelompok-kelompok kecil dan pihak-pihak eksternal? Apa hubungan di antara semua pihak itu dan
bagaimana caranya pihak-pihak itu terwakili dalam peta konflik? Aliansi apa saja yang terbentuk? Adakah hubungan-hubungan yang retak? Pihak-pihak yang
berkonfrontasi? Apakah ada isu-isu pokok di antara pihak-pihak yang harus disebutkan dalam peta? Apa hubungan antara organisasi dengan pihak-pihak ini?
Apakah ada hubungan khusus yang mungkin mempunyai peluang untuk mengatasi situasi konflik ini?
2.2.7 Konflik Penetapan dan Pengelolaan Taman Nasional
Kebijakan penetapan dan pengelolaan taman nasional sampai saat ini cenderung menyebabkan kondisi tenurial insecurity atau ketidakpastian tenurial
bagi masyarakat lokal yang hidup baik di dalam maupun luar kawasan. Kondisi ini disebabkan diantaranya karena tidak optimalnya implementasi peraturan
perundangan yang ada dalam menyeimbangkan ketiga fungsi kawasan yaitu pelestarian, pengawetan, dan pemanfataan. Hal ini dapat dilihat dari diabaikannya
eksistensi dan kebutuhan masyarakat lokal yang menggantungkan hidup mereka kepada sumberdaya alam yang ada di dalam kawasan taman nasional tersebut
Hendarti 2004; Hidayati 2004; Santosa 2006; Galudra 2003; Santos dan de Jesus 2003;dan Adimihardja 1992.
Faktor lain yang menyebabkan kondisi ketidakpastian tenurial ialah adanya perbedaan dalam menyepakati aturan main pengelolaan sumberdaya alam yang
digunakan sebagai landasan Kartodihardjo dan Jhamtani 2006: 173-209; Affif 2005; Lynch dan Harwell 2002:8. Pemerintah, disatu sisi, membuat kebijakan
dengan tujuan keadilan dan kesejahteraan masyarakat namun menggunakan pendekatan ekonomi dan sistem pasar
37
sebagai dasar. Sumberdaya alam dilihat sebagai aset ekonomi Malik et al. 2003; Kartodiharjo dan Jhamtani 2006. Di sisi
lain, masyarakat membangun aturan main berdasarkan kesepakatan sosial dimana hubungan masyarakat dan sumberdaya bersifat sosial, kultural, spiritual, ekonomi
dan politik Adimihardja 1994; Hidayati 2004; Santosa 2006, Kartodiharjo dan Jhamtani 2006. Sistem ekonomi yang digunakan masyarakat lokal di sekitar
37
Konsep ekonomi dan sistem pasar merubah sistem penguasaan dan akses pada SDA dari milik bersama common sense menjadi milik negara state property atau milik pribadi private property. Posisi sumberdaya alam menjadi komoditas
Kartodihardjo dan Jhamtani 2006:187.
hutan, terutama di Jawa, dalam memanfaatkan sumberdaya alam umumnya ialah ekonomi pertanian subsistence
38
. Masyarakat hanya memanfaatkan alam untuk menyambung hidupnya atau memenuhi kebutuhan dasar saja. Karakteristik
perbedaan ini dirangkum dalam Tabel 1. Perbedaan pandangan atau persepsi
39
dalam menetapkan aturan main tersebut berimplikasi pada timbulnya konflik pengelolaan dan pemanfaatan
sumberdaya alam. Contoh konflik dalam pengelolaan sumberdaya alam ialah bentuk kelembagaan. Dalam masyarakat Indonesia, dengan kultur budaya dan
kondisi geografis yang sangat beragam, tumbuh kelembagaan adat dan kearifan tradisional
40
sebagai aturan main yang diikuti dan dipatuhi oleh masyarakat setempat Bappenas 2003; KLH 2001. Dalam kehidupan bernegara sayangnya
institusi lokal seperti ini tidak diberdayakan. Untuk kemudahan birokrasi, pemerintah membuat penyeragaman dan sentralisasi. Karena pembentukan
institusi baru ini bertentangan dengan kesadaran hukum masyarakat lokal maka timbulah konflik sebagai bentuk penolakan masyarakat disatu sisi dan sebagai
bentuk supremasi dan dominasi pemerintah disisi lainnya. Contoh konflik dalam pemanfaatan sumberdaya alam dapat dilihat pada
konflik pemanfaatan tanah dan hutan. Konflik tanah umumnya dipicu oleh adanya perbedaan kepentingan dalam peruntukan kawasan antara masyarakat dengan
pemerintah, militer, perusahaan negara, dan swasta Kartodihardjo dan Jhamtani 2006: 198-199. Sedangkan konflik kehutanan diantaranya karena kebijakan
penetapan tata batas Wulan et al. 2004, pengurangan akses dan kontrol masyarakat lokal terhadap sumberdaya hutan Wulan et al. 2004; Santosa 2006;
Galudra 2003; Peluso 1994, dan kegagalan pemerintah baik secara struktural, administrastif maupun kualitas sumberdaya manusia Peluso 1994.
Amerika memiliki beberapa contoh kasus suksesnya penyelesaian konflik pengelolaan SDA yang dibangun berdasarkan konsensus, dispute resolution dan
negosiasi Wondolleck dan Yaffee 2000. Pada tahun 1980an, negara ini mengalami banyak konflik dalam pengelolaan hutan negaranya seperti di Mill
38
Subsistence farming adalah pertanian untuk penyambung hidup Echols dan Shadily 1992:565
39
Perception “is an awareness of environment through physical sensation” atau sebuah bentuk kesadaran terhadap lingkungan yang diwujudkan melalui sensasi fisik Woolf et al. 1976.
40
Kearifan tradisional ialah sebuah sistem yang mengintegrasikan pengetahuan, budaya dan kelembagaan serta praktik mengelola sumberdaya alam Kartodiharjo dan Jhamtani 2006:175.
Creek Canyon, di Salt Lake County, dan Utah; The Deerlodge National forest di Montana, dan Huron-Manistee National Forest di Lower Peninsula, Michigan.
Permasalahan dapat diredam dengan membuat Memorandum of Understanding MoU yang disepakati para pihak.
Tabel 1 Karakteristik perbedaan konsep penguasaan atas sumberdaya alam
Masyarakat Adat Pemerintah
Konsep Penguasaan atas SDA Resource Tenure
41
Property Rights
42
Dasar relasi • antara anggota masyarakat
• konsep sosial, kultural, spiritual, ekonomi
subsistence dan politik • antara individu dengan
negara • konsep ekonomi dan
sistem pasar Syarat kepemilikan
Ditentukan oleh masyarakat berdasarkan kesepakatan atau
kebiasaan yang dipraktekan oleh masyarakat. Diantaranya :
1. Dapat diperjual belikan tradable.
2. Dapat dipindah tangankan transferable.
3. Dapat mengeluarkan pihak yang tidak berhak
excludable. 4. Dapat ditegakkan hak-
haknya enforceable. Bentuk aturan
Tertulis dan lisan Tertulis
Dasar hukum
Hukum legal formal dan norma yang berkembang
Hukum legal formal Status hukum
de facto de jure
Cara membuktikan klaim cerita, tanda-tanda alam dan
bukti fisik Kontrak legal formal contoh:
sertifikat, dokumen kontrak Lingkup aturan main
Kelompok Negara Sumber: Kartodiharjo dan Jhamtani 2006: 173-209; Affif 2005; Lynch dan Harwell 2002:8;
Adimihardja 1994; Hidayati 2004; Santosa 2006.
Pelajaran penting dalam kasus penyelesaian konflik melalui negosiasi dan konsensus building antara pemerintah dengan suku-suku asli juga dilihat pada
41
Tenure adalah suatu aksi atau fakta mengenai kepemilikan atas sesuatu yang bersifat materi atau non materi diterjemahkan dari Ellsworth 2002:5; adalah hubungan sosial hubungan antara setiap individu dengan individu lain
dalam suatu komunitas, hubungan antar komunitas dan hubungan antar rakyat dengan pemerintah Kartodihardjo Jhamtani 2006:64; adalah peristilahan tentang pengaturan yang terkait dengan akses dan kontrol atas tanah, pohon, air,
dan sumberdaya alam lainnya Afiff 2005: 228. Dalam aliran resorce tenure, properti dibagi kedalam empat kategori umum kepemilikan yaitu kepemilikan privat, komunal, open access dan kepemilikan publik atau negara FAO 2002 dalam
Afiff 2005.
42
“property” ialah relasi sosial yang terkait dengan kepemilikan atau penguasaan atas suatu obyek atau benda Bruce 1993 dalam Affif 2005. Dalam aliran Property Rights, property dibagi kedalam empat tipe yaitu: private, commons, state, dan
open access Lynch Harwell 2002:8.
proses perjuangan panjang suku-suku asli di Alaska. Negosiasi ini menghasilkan 2 kesepakatan penting yaitu the Alaska Native Claims Settlement Act pada tahun
1971 dan the Alaska Lands Bill pada tahun 1980 Everhart 1983; Runte 1992. Contoh lainnya ialah suku Massai dalam membangun kegiatan ekowisata di
Taman Nasional Serengeti, Kenya Gakahu 1992; Olindo 1991.
2.3 Institusi : Definisi, Fungsi, dan Konsep