2.4.4 Hasil-hasil Penelitian Mengenai Ekowisata
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk memahami sejauh mana konsep ekowisata dapat diimplementasikan. Sebagai contoh, studi yang dilakukan oleh
Jones 1997 telah memberikan kontribusi dengan membuat suatu konseptual model perencanaan ekowisata bersama masyarakat lokal di Calakmul Region,
Mexico. Penelitian yang dilakukan oleh Reimer 1994 memberikan kontribusi dalam pengembangan metodologi penelitian partisipatif. Studi mengenai
kesetaraan, kekuasaan dan proses dalam partisipasi masyarakat juga telah dilakukan oleh Peter 1997. Indikasi adanya gap atau kesenjangan antara teori
dan kenyataan dalam penyusunan rencana aksi bersama masyarakat dapat dilihat pada penelitian yang sudah dilakukan oleh Tasosa 1993. Menurut hasil
penelitian tersebut, keterbatasan dalam berpartisipasi dapat menimbulkan masalah terutama jika hal tersebut disebabkan karena kurangnya representasi atau
keterwakilan para pihak. Penelitian mengenai partisipasi masyarakat juga dilakukan oleh Pratiwi 2000. Hasil penelitian ini menunjukan adanya gap antara
level partisipasi masyarakat yang dikonseptualisasikan dalam literatur dengan fakta empiris dilapangan.
Agrawal dan Redford 2006 melakukan identifikasi terhadap 12 duabelas penelitian empiris mengenai ekowisata di negara berkembang,
termasuk Indonesia. Mereka mengidentifikasi peran ekowisata dalam isu konservasi dan kemiskinan. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa penelitian
ekowisata lebih banyak terfokus pada program ekowisata tidak pada pengaruhnya terhadap kondisi nyata di lapangan. Dari 12 penelitian empiris, hanya 4 penelitian
mengindikasikan adanya pengaruh ekowisata terhadap isu konservasi dan kemiskinan. Dua studi menunjukan pengaruh yang terbatas sedangkan dua studi
lainnya menunjukan pengaruh yang nyata. Ekowisata berperan setidaknya terhadap empat indikator konservasi, yaitu: pembiayaan konservasi, pendidikan
konservasi, etika konservasi, dan konservasi sumberdaya. Sedangkan untuk isu kemiskinan, kontribusi ekowisata diantaranya peningkatan level pendapatan
masyarakat lokal, peningkatan jumlah yang bekerja, perbaikan infrastruktur, partisipasi lokal, dan pembagian keuntungan yang adil.
Di kawasan TNGH sudah ada beberapa penelitian mengenai ekowisata.
Sebagai contoh, penelitian yang dilakukan oleh Rosdiana 1994 memberikan kontribusi dalam hal metode pengembangan wisata alam melalui pemahaman
akan keterkaitan antara ketersediaan sumberdaya dan potensi permintaan. Hasil dan kesimpulan yang diperoleh diantaranya menyebutkan bahwa potensi wisata di
TNGH cukup besar, karena letaknya yang strategis namun kurang didukung oleh sarana perhubungan dan fasilitas wisata, sehingga umumnya belum berfungsi
sebagai tempat wisata. Pada tahun 2002, Nugraheni melakukan penelitian lanjutan mengenai
sistem pengelolaan ekowisata yang berbasis masyarakat di TNGH. Hasil analisis yang dilakukan ialah : 1 Proses pengembangan ekowisata di TNGH dilakukan
dengan perencanaan yang didasarkan pada konsep ekowisata yang menggabungkan wisata alam, konservasi alam dan lingkungan, partisipasi dan
manfaat terhadap masyarakat lokal; dan 2 persepsi masyarakat sebagian besar positif terhadap pengembangan kegiatan ekowisata; dan 3 partisipasi masyarakat
sudah terbentuk sejak dimulainya kegiatan ekowisata melalui pembentukan kelompok swadaya masyarakat KSM, namun partisipasi yang ada masih bersifat
fungsional. Ambinari 2003 mengkaji strategi promosi kegiatan wisata di TNGH.
Kajian ini dilakukan melalui evaluasi terhadap kegiatan promosi yang telah dilaksanakan. Hasil kajian ini menyimpulkan bahwa promosi telah dilakukan oleh
Balai TNGH adalah dengan media iklan, humas, kunjungan, dan promosi penjualan, namun belum optimal karena masih bersifat umum dan tidak secara
aktif dan langsung kepada sasaran ekowisata TNGH dengan strategi bauran promosi.
Widada 2004 melakukan penelitian mengenai nilai manfaat ekonomi dan pemanfaatan TNGH, termasuk diantaranya pemanfaatan untuk ekowisata. Dengan
menggunakan Analisis Nilai Ekonomi Total NET diperoleh hasil bahwa diasumsikan ekowisata dapat menyumbang 12,7 atau Rp. 1,27 milyar dari total
nilai manfaat TNGH per tahun. Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi pengembangan ekowisata ialah promosi, pemeliharaan sarana dan prasarana,
kerjasama antar lembaga, dan peningkatan kapasitas sumberdaya manusia staf BTNGH.
2.5 Teori