Partisipasi Masyarakat Analisis Kriteria Kecukupan Ekowisata

Tabel 42 Tujuan ekowisata Hasil Analisis Tujuan Ekowisata di TNGH Dokumen 1 Responden 2 a. Pengenalan alam dan pendidikan LH bagi wisatawan 13,2 0,0 b. Konservasi dan pemberdayaan masyarakat sekitar 31,6 0,0 c. Meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat 10,5 0,0 d. Sumber income bagi kawasan konservasi 0,0 e. Konservasipelestarian 7,9 23,5 f. Penelitian 5,3 g. Pemicu pertumbuhan ekonomi kawasan sekitar 2,6 52,9 h. Mengurangi tekanan penduduk terhadap TNGH 18,4 i. Tidak ada informasi 10,5 23,5 Sumber: hasil analisis Keterangan: 1 dari 38 dokumen Lampiran 4; 2 60 responden. Dari hasil analisis dua parameter tujuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa belum ada kesamaan persepsi mengenai konsep ekowisata antara dokumen, yang kebanyakan ditulis oleh instansi pemerintah atau tenaga ahli, dengan konsep yang dipahami oleh masyarakat. Hasil interview dengan narasumber juga menunjukan hanya 8,3 responden LSM dan Diparda Bogor yang dapat menjelaskan konsep ekowisata.

2. Partisipasi Masyarakat

Ada tiga variabel yang digunakan untuk mengukur partisipasi masyarakat. Ketiga variabel tersebut ialah karakteristik masyarakat, level keterlibatan masyarakat, dan inisiatif partisipasi dalam pengembangan ekowisata Pratiwi 2000; Furze et al. 1997, Reimer 1994; Rahmena1992; Gakahu 1992. Secara ideal partisipasi masyarakat harus melibatkan semua unsur masyarakat pada semua level partisipasi dari inisiasi sampai pengambilan keputusan. Inisiatif partisipasi sebaiknya berasal dari masyarakat. Partisipasi masyarakat di tiga lokasi pengembangan ekowisata sebenarnya cukup baik. Mereka dilibatkan sebagai: pengelola guest house, dan dilatih sebagai pemandu wisata, porter dan kader konservasi. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, pendekatan yang dilakukan awalnya dengan membentuk Kelompok- kelompok Swadaya Masyarakat KSM. Struktur KSM terdiri dari Badan Pengawas Penasehat dan Badan Pelaksana. Badan PengawasPenasehat terdiri dari wakil-wakil Kampung, PEMDA, Pemerintah Desa, LSM dan BTNGH. Sedangkan Badan Pelaksana terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, manager pondok wisata, manager dapur, manager pemandu, dan manager kerajinan. Kelompok ini diarahkan untuk menjadi cikal bakal koperasi wisata alam Hartono 1999. Jumlah anggota KSM di masing-masing lokasi berbeda yaitu: 15 orang di KSM Sinar Wangi Pangguyangan, 30 orang di KSM Warga Saluyu Citalahab, dan 55 orang di KSM Pada Asih Leuwijamang. Masyarakat dilibatkan mulai proses perencanaan, pelaksanaan dan penentuan kebijakan atau aturan main. Sebagai contoh, dalam proses perencanaan KSM turut menentukan siapa saja yang duduk menjadi di Badan Pelaksana sampai dengan penentuan lokasi pembangunan wisma tamu. Pelaksanaan pembangunan wisma tamu berikut pengaturan pengurusannya juga ditentukan oleh masyarakat. KSM melalui musyawarah kemudian membuat aturan pembagian hasil. Komponen dan rincian persentasenya pada masing-masing KSM dapat dilihat pada Tabel 43. YEH, KSM dan TNGH juga membuat surat kesepakatan saling pengertian dan kerjasama. Isi kesepakatan tersebut diantaranya menyebutkan bahwa Hartono 1999: - BTNGH selaku wakil pemerintah tetap memberikan komitmennya mendukung usaha-usaha ekowisata yang berbasis masyarakat agar terus berjalan; - KSM-KSM sebagai salah satu ujung tombak yang ada di lapangan akan berkomitmen untuk terus mendukung konservasi di TNGH dan menjalankan usaha ekowisata; - YEH sebagai LSM yang mengkhususkan diri dalam pengembangan ekowisata di TNGH akan tetap berupaya menjadi fasilitator, mediator, dan komunikator dengan pihak luar agar program ekowisata tetap berjalan. Tabel 43 Persentase pembagian hasil KSM Komponen KSM Pada Asih Desa Cisarua KSM Warga Saluyu Desa Malasari KSM Sirna Wangi Desa Sirnarasa RetribusiPajak 5,0 5,0 5,0 Perawatan 15,0 15,0 15,0 Konservasi 10,0 15,0 10,0 Pemilik Tanah 6,7 - 12,5 Gaji 30,0 30,0 30,0 Sosial 13,3 15,0 10,0 Pendidikan 10,0 10,0 7,5 Kas 10,0 10,0 10,0 Sumber: Hartono 1999; Sproule Suhandi 1998. Keterangan: - Retribusipajak adalah anggaran yang disisihkan untuk kepentingan pajakretribusi ke PEMDADesa. - Perawatan adalah anggaran untuk memperbaiki sarana yang dimiliki KSM. - Konservasi adalah anggaran yang disisihkan KSM untuk monitoring kondisi biologi, kebersihan, dan perbaikan jalur jalan setapak. - Pemilik tanah ialah anggaran yang dialokasikan untuk membayar sewa tanah dimana Guesthouse didirikan seperti di Pangguyangan dan Leuwijamang. - Gaji adalah hak bonus bagi penasehat, ketua, sekretaris, bendahara, manager dan anggota aktif KSM yang dibayarkan setiap setahun sekali atau sebulan sekali tergantung kesepakatan. - Sosial adalah anggaran yang disisihkan untuk kepentingan sosial masyarakat, setiap tahun, dimusyawarahkan kampung mana yang mendapat giliran untuk dibantu misalnya untuk perbaikan jembatan, masjid atau turbin listrik. - Pendidikan adalah anggaran yang disisihkan untuk mengikuti atau melakukan pelatihan-pelatihan. - Hasil bersih adalah pendapatan KSM setelah dikurangi biaya-biaya produksi per kunjungan, disimpan di bank terdekat. Untuk mengukur kriteria kecukupan partisipasi masyarakat di lokasi studi, ada empat parameter yang digunakan untuk menilai partisipasi masyarakat. Keempat parameter tersebut ialah: karakteristik masyarakat, level keterlibatan masyarakat, dan inisiatif partisipasi. Rangkuman hasil analisis partisipasi masyarakat disajikan pada Tabel 44 dan 45. Berdasarkan hasil analisis yang disajikan pada tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa keterlibatan masyarakat secara konsisten diindikasikan baik oleh dokumen 76,3 maupun responden 64,7. Namun demikian, sebagian besar informasi yang disampaikan dalam dokumen tidak membahas karakteristik masyarakat yang terlibat atau dilibatkan. Sementara informasi yang diperoleh dari responden menyebutkan bahwa karakteristik masyarakat yang terlibat menurut responden adalah kebanyakan masyarakat Non-Kasepuhan 82,4 yang bermukim di daerah enclave 58,8 maupun di dalam dan luar kawasan TNGH 41,2. Sekitar 47,1 responden sepakat bahwa semua unsur masyarakat terlibat namun 29,4 menyebutkan hanya tokoh masyarakat saja yang dilibatkan. Sebanyak 58,8 responden juga menyebutkan bahwa baik perempuan maupun laki-laki dilibatkan. Tabel 44 Karakteristik partisipasi masyarakat Hasil Analisis Parameter Partisipasi Dokumen 1 Responden 2 1. Keterlibatan Masyarakat 76,3 64,7 2. Inisiatif partisipasi a. BTNGH 42,1 b. Masyarakat dan LSM 64,7 3. Karakteristik masyarakat a. Lokasi pemukiman • Tidak ada informasi 50,0 • Enclave 58,8 b. status sosial • Semua unsur masyarakat 47,1 • Tidak ada informasi 68,8 c. status ekonomi • Tidak ada informasi 92,1 • Menengah 76,5 d. Gender • Tidak ada informasi 92,1 • Laki-laki dan perempuan 58,8 Sumber: hasil analisis Keterangan: 1 dari 38 dokumen Lampiran 4; 2 60 responden. Sementara pada variabel level partisipasi dimana masyarakat dilibatkan Tabel 45, terjadi inkonsistensi antara informasi dari dokumen dengan responden. Sekitar 34,2 dokumen mengindikasikan masyarakat terlibat hanya pada proses nominal sementara sekitar 47,1 responden percaya bahwa mereka dilibatkan sampai pada level pengambilan keputusan. Jika 42,1 dokumen tidak memberikan informasi mengenai level dimana masyarakat dilibatkan, sekitar 35,3 responden tidak yakin atau tidak tahu level keterlibatan mereka dalam pengembangan ekowisata. Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan walaupun masyarakat dilibatkan dalam proses pengembangan ekowisata namun beberapa indikator keberhasilan pelaksanaan partisipasi seperti karakteristik masyarakat yang dilibatkan belum menjadi perhatian. Hasil wawancara dengan narasumber mengindikasikan adanya bias dalam pelaksanaan partisipasi. Dimana hanya sekelompok masyarakat tertentu saja, kelompok elit elit bias dan kelompok yang berada dekat lokasi obyek wisata by the road bias saja yang dilibatkan. Karena itu, pengembangan ekowisata walaupun partisipatif masih menimbulkan konflik horisontal. Tabel 45 Level partisipasi Hasil Analisis Level Partisipasi Dokumen 1 Responden 2 a. Berbagi informasi 0,0 0,0 b. Proses nominal 34,2 17,6 c. Konsultasi 0,0 0,0 d. Pilihan gabungan jawaban ab 0,0 0,0 e. Pilihan gabungan jawaban ac 0,0 0,0 f. Inisiasi aksi gabungan a,b,c, 10,5 0,0 g. Pengambilan keputusan a,b,c,d 13,2 47,1 h. Tidak tahu tidak ada informasi 42,1 35,3 Sumber: hasil analisis Keterangan: 1 38 dokumen Lampiran 4; 2 60 responden. Indikator lain dari partisipasi masyarakat ialah level dimana masyarakat harus dilibatkan. Indikator ini juga tidak menjadi perhatian yang dibahas dalam dokumen. Disisi lain, masyarakat, meskipun dilibatkan secara aktif dalam pelaksanaannya ditingkat lokal saja, namun memiliki persepsi bahwa mereka sudah dilibatkan pada level yang lebih tinggi. Padahal seharusnya mereka dilibatkan dalam proses perencanaan yang lebih makro serta proses evaluasinya. Dokumentasi sejarah pengembangan ekowisata Lampiran 8 menunjukan bahwa BTNGH tidak melibatkan masyarakat pada level tersebut. Sebagai contoh, dalam hal penyusunan dokumen ecotourism action plan dan workshop masterplan ekowisata yang baru, tidak ada perwakilan dari masyarakat. Masyarakat diposisikan hanya sebagai narasumber yang pasif pada level berbagi informasi. Informasi dari dokumen, responden dan narasumber mengindikasikan bahwa partisipasi masyarakat dalam pengembangan ekowisata di TNGH didasari oleh adanya kondisi yang saling menguntungkan. Hal ini mendukung salah satu teori partisipasi yaitu social exchange theory yang menyebutkan bahwa masyarakat biasanya terlibat dalam aktivitas sosial untuk mendapatkan manfaat Homans 1961 and Blau 1964 dalam Howell et al. 1987. Supaya partisipasi dapat bertahan, teori ini menyarankan tiga faktor penting yang perlu dibangun yaitu meminimalisasi ongkos, memaksimalkan penghargaan, dan membangun rasa saling percaya antar para pihak yang terlibat Howell et al. 1987. Namun, berdasarkan observasi dan wawancara dengan narasumber, mekanisme untuk penghargaan dan membangun rasa saling percaya di lokasi studi tidak ditemukan. Padahal ‘ongkos’ yang sudah dikeluarkan masyarakat baik berupa tenaga, pikiran, waktu dan dana sudah sangat besar.

3. Produk Wisata