dampak ini sepenuhnya berasal dari aktifitas wisata atau aktifitas lainnya mengingat jalur lintas alam juga merupakan jalur lintas penduduk dalam
menjalankan aktifitasnya sehari-hari.
2 Air
Seperti juga tanah, pencemaran air disebabkan oleh limbah padat dan cair. Sampah padat dan cair yang mencemari sungai dapat dilihat di Kampung
Cibedug, Desa Citorek, Kampung Pangguyangan, Desa Sirnarasa dan Kampung Citalahab Central. Menurut Naibaho 2002 kondisi ini disebabkan belum adanya
sistem sanitasi yang memadai. Sedangkan di Leuwijamang, walaupun air sungai terlihat sangat bersih menurut informasi dari beberapa narasumber sungai tersebut
tercemar limbah olahan emas dari aktifitas PETI.
3 Vegetasi dan Hidupan Liar
Studi yang dilakukan Widada 2004: 159-160 menyebutkan terjadi degradasi keanekaragaman hayati seperti rusaknya tanaman perdu dan anggrek
hutan disepanjang jalur lintas alam. Studi ini juga menyebutkan adanya gangguan terhadap hidupan liar. Hal ini dapat diidentifikasi dari jalur lintas satwa yang
menjauh dari jalur lintas alam.
B. Dampak Sosial Budaya
Pengembangan ekowisata dapat berdampat positif maupun negatif terhadap kondisi sosial budaya masyarakat Sekartjakrarini dan Legoh 2004 dan
Ceballos-Lascurain 1996. Berdasarkan hasil observasi dan penelusuran literatur berikut perkiraan dampak ekowisata terhadap sosial budaya masyarakat di lokasi
studi:
1 Dampak positif
Sekitar 57,9 literatur menyebutkan bahwa pengembangan ekowisata dilokasi studi menimbulkan peluang kerja baru. Kesimpulan ini juga didukung
oleh 94,1 responden yang menyebutkan hal yang sama. Salah satu peluang kerja tersebut ialah sektor jasa. Hal ini mengindikasikan adanya perubahan mata
pencaharian terutama disektor jasa. Sebagian besar penduduk yang tadinya hanya
sebagai buruh tani kini merperoleh peluang pekerjaan baru seperti porter, penunjuk jalan guide, kebersihan, keamanan dan lain sebagainya.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara diperkirakan ada perubahan sistem ekonomi masyarakat. Pada awalnya, jasa pelayanan wisata dibayar dengan
sistem pembayaran sukarela dari pengunjung. Namun kini sistem pembayaran lebih terukur karena sudah ditentukan oleh KSM. Masyarakat belajar dari LSM
pendamping untuk menyepakati dan menetapkan biaya pelayanan sehingga lebih terukur bagi kedua belah pihak penyedia dan pengguna. Perubahan juga terjadi
pada sistem nilai dalam memandang orang baru atau pengunjung. Sebelum ekowisata dikembangkan, masyarakat awalnya takut bertemu dengan orang luar,
kini berani bahkan mau berkomunikasi. Selain itu, perubahan juga terjadi pada gaya hidup masyarakat. Tuntutan
pengunjung untuk tersedianya sistem sanitasi yang lebih permanen dan terjaga kebersihannya dapat merubah kebiasaan sebagian masyarakat untuk hidup lebih
sehat dengan memperbaiki sistem sanitasi.
2 Dampak negatif
Pengembangan ekowisata di TNGH saat ini baru melibatkan sebagian kecil masyarakat di lokasi studi. Masyarakat di Kampung Cibedug, dimana salah
satu obyek ekowisata unggulan berada, bahkan tidak pernah dilibatkan sama sekali. Jadi, manfaat ekonomi dari ekowisata baru dapat dirasakan oleh
sekelompok masyarakat saja. Kondisi ini menimbulkan kecemburuan sosial sehingga menimbulkan konflik horisontal di masyarakat. Kesimpulan ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Widada 2004: 160. Dampak negatif wisata lainnya yang teridentifikasi ialah adanya
perubahan tata nilai dan kebudayaan. Sebagai contoh, kebutuhan atraksi wisata untuk menarik pengunjung menyebabkan beberapa ritual budaya dijadikan
sebagai komoditas komersial. Namun disisi lain, kondisi ini juga dapat dijadikan sebagai jalan untuk menghidupkan kembali budaya yang hampir punah.
Kedatangan pengunjung yang dapat memberikan keuntungan finansial juga menimbulkan kriminalitas terhadap wisatawan. Sebagai contoh, modus
kriminalitas terhadap pengunjung yang ditemukan penulis selama observasi
berupa penyesatan informasi jalur jalan untuk mencapai lokasi. Pengunjung digiring untuk menggunakan jasa transportasi lokal dan jalur jalan tertentu dengan
biaya yang ditetapkan sepihak. Berdasarkan uraian mengenai analisis kriteria kecukupan ekowisata, dapat
disimpulkan bahwa pengembangan ekowisata di lokasi studi saat ini belum memenuhi kriteria kecukupan idealnya. Dari lima kriteria, hanya kriteria produk
wisata yang cukup relevan dengan kriteria ekowisata. Sedangkan kriteria dampak ekowisata terhadap ekonomi lokal sebenar cukup positif namun belum optimal.
Namun demikian perlu penelitian lebih lanjut mengenai sejauh mana produk ini dapat mengubah persepsi dan perilaku behaviour pengunjung maupun
masyarakat terhadap program konservasi di TNGH.
5.3.3 Institusi Pengembangan Ekowisata