Lembaga Swadaya Masyarakat LSM

Lembaga Swadaya Masyarakat, Institusi Pendidikan dan Lembaga Penelitian, Swasta, Lembaga Donor, Individu, dan Forum Komunikasi atau Organisasi Masyarakat.

A. Lembaga Swadaya Masyarakat LSM

Berdasarkan hasil observasi dan penelusuran literatur Lampiran 2, setidaknya ada enam LSM yang beraktivitas di lokasi studi. Keenam LSM tersebut yaitu RMI, LATIN, PEKA, ABSOLUT, dan Yayasan Ekowsisata Halimun. RMI mulai melakukan kegiatan di TNGH pada tahun 1992 di Desa Malasari dan Curug Bitung, mereka mengembangkan program kebun energi. Pada tahun 2003, RMI mulai menjalin kerjasama dengan masyarakat Kasepuhan di Desa Citorek untuk memperjuangkan pengakuan adat dari pemerintah daerah. LATIN mulai melakukan kegiatannya di TNGH pada tahun 2000. Desa Sirnarasa merupakan salah satu desa sasaran dalam mengembangkan kegiatan hutan kemasyarakatan di kawasan lindungkonservasi. Program utama yang dikembangkan di desa ini ialah penguatan kelembagaan. Kegiatan pengembangan ekowisata merupakan salah satu agenda program penguatan kelembagaan ini. Dalam melaksanakan kegiatannya, LATIN bekerjasama dengan Perhutani dan Dinas Kehutanan setempat Hasil wawancara dengan staf LATIN-Sukabumi: Bapak Ahmad Suwarno dan Denni pada 19 Februari 2007. Hasil wawancara dilengkapi dengan hasil dokumentasi catatan lapangan LATIN di lokasi studi. PEKA mulai beraktivitas di kawasan TNGH pada tahun 1997. Program yang dikembangkan diantaranya mengenai pendidikan lingkungan hidup melalui pendirian perpustakaan dan penguatan organisasi masyarakat melalui kelompok tani di Desa Cisarua, Sirnarasa dan Cipeuteuy. ABSOLUT awalnya adalah kelompok pemuda dan pemudi yang berasal dari Desa Cipeteuy dan sekitarnya dengan tujuan membuat kegiatan yang dapat mengisi waktu. Tujuan ini berkembang sejalan dengan banyaknya LSM yang beraktivitas di desa mereka dan dikembangkannya ekowisata di Citalahab. LSM ini mulai mengembangkan kapasitas anggota dengan berpartisipasi dalam berbagai pelatihan seperti: guide dan interpreter. Tabel 29 Stakeholders kunci dalam proses penetapan taman nasional STAKEHOLDERS KEWENANGAN 1 PENGARUH ESTIMASI SIKAP 1. Pemerintah Pusat a. Departemen Kehutanan 127 Koordinator, Pembuat Kebijakan, Pengambil Keputusan, Mediator Konflik, Fasilitator, dan Evaluator Tinggi Mendukung b. Menteri Koordinator Tata Ruang Nasional 128 Koordinator tata ruang dalam proses penunjukan dan Penataan Batas; membuat peta tata ruang nasional; Mediator konflik Tinggi Mendukung c. Departemen Dalam Negeri 129 Membentuk Tim Penetapan dan Penegasan Batas Daerah PPBD Tingkat Pusat dan menandatangani peta batas daerah Tinggi Mendukung 2. Pemerintah Provinsi 130 Membuat pedoman penyelenggaraan inventarisasi dan tata batas; memberikan pertimbangan dalam penunjukan kawasan; membuat peta tata ruang daerah; menetapkan kawasan lindung melalui PERDA Tinggi Mendukung 3. Pemerintah Kabupaten 131 Membentuk panitia, menyelenggarakan dan menandatangani persetujuan dalam proses penataan batas;membuat peta tata ruang daerah dan menjabarkan penetapan kawasan lindung kedalam peta skala 1:100.000 Tinggi Mendukung 4. DPRD Memberikan persetujuan dan mengawasi rencana pemerintah daerah Tinggi Mendukung 5. Kepala DesaKecamatan 132 Memberikan pengakuan bebas hak- hak pihak ketiga dan menandatangani persetujuan dalam proses penataan batas Sedang Mendukung Keterangan: 1 diidentifikasi dari 47 kebijakan terkait Lampiran 3. 127 UU No. 51967 Pasal 15, 7, 9, 102, 112; UU No.411999 Pasal 5, 8, 132, 14, 682c; UU No.51990 Pasal 8, 29; UU No. 241992 Pasal 8, 10, 12, 19, 29;PP No. 331970 Pasal 31-3, 5, 8; PP No. 681998 Pasal 10; PP No. 691996 Pasal 12b,c, 15a,b,d dan 18a; PP No.252000 Pasal 23, 35; Keppres No. 1022001 Pasal 29 b, j dan o; Kepmenhut No. 32Kpts-II2001 Pasal 7, 11, 20, 21; Kepmenhut No. 282Kpts-II1992 No. 3; Kepmenhut No. 175Kpts-II2003 Pasal 3,4. 128 UU No. 241992 Pasal 19; UU No. 322004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 13, 189; Keppres No. 321990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung Pasal 35. 129 Permendagri No. 12006 tentang Pedoman Penegasan Batas Daerah; Surat Edaran Menteri Dalam Negeri 1262742SJ2002 tentang Pedoman Penetapan dan Penegasan Batas Daerah. 130 Pemerintah Provinsi yang masuk dalam lokasi studi ialah Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten. Landasan hukum UU No. 322004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 13, 189; UU No. 241992 Pasal 8, 19, 27; PP No.252000 Pasal 35; PP No. 681998 Pasal 10; PP No.621998 Pasal 2; PP No.252000 Pasal 3; Keppres No. 321990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung Pasal 34, 36, 40 ;Kepmenhut No. 32Kpts-II2001 Pasal 11. 131 Pemerintah Kabupaten yang masuk dalam lokasi studi ialah Kabupaten Lebak, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Bogor. Landasan hukum: UU No. 322004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 1, 14; UU No. 241992 Pasal 19; Keppres No. 321990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung Pasal 36, 40 ;Kepmenhut No. 32Kpts-II2001 tentang Kriteria dan Standar Pengukuhan Kawasan Hutan Pasal 8, 9, 12, 14, 16. 132 Kepmenhut No. 32Kpts-II2001 tentang Kriteria dan Standar Pengukuhan Kawasan Hutan Pasal 8, 9, 12, 14. Yayasan Ekowisata Halimun YEH didirikan oleh beberapa staf yang terlibat dalam Konsorsium Program Pengembangan Ekowisata TNGH KPPETNGH. Yayasan ini didirikan setelah aktivitas KPPETNGH berakhir seiring dengan berakhirnya proyek yang didanai oleh BSPBCN pada tahun 1998. Tujuan didirikannya YEH adalah untuk menjaga komitmen dan hubungan moril yang sudah dibangun dengan anggota KSM di Desa Cisarua, Desa Malasari dan Desa Sirnarasa. Kepentingan lembaga ini di TNGH umumnya untuk melaksanakan program pendampingan dan pengembangan masyarakat lokal. Dalam melakukan pendampingan masyarakat, LSM umumnya berkolaborasi dengan lembaga lain seperti lembaga penelitianpendidikan CIFOR, ICRAF, dan IPB, LSM lainnya, dan lembaga donor Yayasan KEHATI, Yayasan Kemala, dan JICA. LSM juga berkonsultasi dengan beberapa narasumber dari instansi pemerintah, swasta dan masyarakat sendiri. Namun demikian, LSM yang beraktifitas di lokasi studi walaupun mempunyai lokasi kerja yang sama namun karena tema program yang berbeda maka mereka bekerja sendiri-sendiri. Berbeda dengan institusi pemerintah, keberadaan LSM di TNGH tidak diikat oleh suatu kewajiban baik untuk jangka panjang maupun pendek. Lembaga ini secara legal formal tidak mempunyai kewenangan maupun hak veto dalam pengambilan keputusan. Namun demikian, karena kedekatan dan keterlibatannya secara langsung dengan persoalan masyarakat, mereka mempunyai pengaruh yang cukup besar untuk mempengaruhi pendapat masyarakat dan merubah keputusan. Salah satunya dengan memobilisasi masyarakat lokal. Terbentuknya Forum Komunikasi Masyarakat Halimun Jawa Barat-Banten FKMHJBB merupakan salah satu contoh yang diinisiasi RMI dan beberapa LSM lainnya. Berdasarkan kepentingan dan pengaruhnya tersebut, stakeholder ini perlu dilibatkan setidaknya dalam pengumpulan informasi, dan konsultasi. Lembaga ini dapat dilibatkan sebagai mitra kerja dan pada tahap evaluasi kontrol jika LSM tersebut cukup mengakar di masyarakat.

B. Institusi Pendidikan atau Penelitian