hidupan liar, dan sosial budaya. Data untuk analisis ini diperoleh dari hasil identifikasi data sekunder dan observasi lapangan secara langsung. Untuk data
sekunder, tidak semua variabel diperoleh informasinya dari hasil content analysis. Hal ini karena terbatasnya jumlah dokumen yang membahas variabel tersebut.
Berikut hasil analisis dampak lingkungan pengembangan ekowisata di TNGH:
A. Dampak Bio-fisik
Untuk mengantisipasi dampak terhadap bio-fisik kawasan akibat kedatangan pengunjung, pihak BTNGH sudah menyiapkan beberapa aturan untuk
memasuki kawasan TNGH
154
. Peraturan tersebut diantaranya tidak boleh membawa hewan peliharaan atau binatang lainnya; tidak diperkenankan
membawa radio atau barang elektronik; pejalan kaki hanya diperbolehkan melintas dijalur yang sudah disediakan dan tidak diperbolehkan membuka jalur
baru; beristirahat hanya ditempat yang sudah ditentukan; dan membawa kembali semua sampah ke Stasiun Penelitian Cikaniki. Namun demikian, sampai dengan
penelitian lapangan dilakukan Maret 2007 ditemukan beberapa indikasi dampak lingkungan baik di dalam maupun disekitar obyek wisata sebagai berikut:
1 Tanah
Dampak terhadap tanah yang dapat terlihat langsung akibat aktifitas manusia dimana ekowisata salah satunya terhadap tanah ialah pemampatan
tanah di beberapa jalur lintas alam dan pencemaran. Pemampatan tanah dapat disebabkan banyaknya pemanfaatan jalur baik segi kualitas frekuensi maupun
kuantitas jumlah pemakai jalur. Persoalannya apakah hal tersebut disebabkan oleh aktifitas ekowisata atau aktivitas lainnya mengingat dari data jumlah
kunjungan yang relatif sedikit ke lokasi studi Tabel 40. Pencemaran tanah adalah dampak lain yang dapat diamati langsung di
lokasi studi terutama di Kampung Cibedug, Jalur menuju Kampung Ciptarasa Pangguyangan, dan Kampung Citalahab Central, Desa Malasari. Pencemaran
tanah disebabkan baik oleh limbah padat seperti plastik dan kaleng bekas pembungkus makanan, maupun limbah cair seperti sabun, shampo dan odol. Hasil
pengamatan ini didukung oleh dua penelitian sebelum yaitu Widada 2004 dan Naibaho 2002. Namun demikian, diperlukan penelitian lebih lanjut apakah
154
Informasi diperoleh dari situs resmi TNGH: www.tnhalimun.go.id
dan Triono et al. 2002
dampak ini sepenuhnya berasal dari aktifitas wisata atau aktifitas lainnya mengingat jalur lintas alam juga merupakan jalur lintas penduduk dalam
menjalankan aktifitasnya sehari-hari.
2 Air
Seperti juga tanah, pencemaran air disebabkan oleh limbah padat dan cair. Sampah padat dan cair yang mencemari sungai dapat dilihat di Kampung
Cibedug, Desa Citorek, Kampung Pangguyangan, Desa Sirnarasa dan Kampung Citalahab Central. Menurut Naibaho 2002 kondisi ini disebabkan belum adanya
sistem sanitasi yang memadai. Sedangkan di Leuwijamang, walaupun air sungai terlihat sangat bersih menurut informasi dari beberapa narasumber sungai tersebut
tercemar limbah olahan emas dari aktifitas PETI.
3 Vegetasi dan Hidupan Liar
Studi yang dilakukan Widada 2004: 159-160 menyebutkan terjadi degradasi keanekaragaman hayati seperti rusaknya tanaman perdu dan anggrek
hutan disepanjang jalur lintas alam. Studi ini juga menyebutkan adanya gangguan terhadap hidupan liar. Hal ini dapat diidentifikasi dari jalur lintas satwa yang
menjauh dari jalur lintas alam.
B. Dampak Sosial Budaya