Institusi Pendidikan atau Penelitian Swasta

Yayasan Ekowisata Halimun YEH didirikan oleh beberapa staf yang terlibat dalam Konsorsium Program Pengembangan Ekowisata TNGH KPPETNGH. Yayasan ini didirikan setelah aktivitas KPPETNGH berakhir seiring dengan berakhirnya proyek yang didanai oleh BSPBCN pada tahun 1998. Tujuan didirikannya YEH adalah untuk menjaga komitmen dan hubungan moril yang sudah dibangun dengan anggota KSM di Desa Cisarua, Desa Malasari dan Desa Sirnarasa. Kepentingan lembaga ini di TNGH umumnya untuk melaksanakan program pendampingan dan pengembangan masyarakat lokal. Dalam melakukan pendampingan masyarakat, LSM umumnya berkolaborasi dengan lembaga lain seperti lembaga penelitianpendidikan CIFOR, ICRAF, dan IPB, LSM lainnya, dan lembaga donor Yayasan KEHATI, Yayasan Kemala, dan JICA. LSM juga berkonsultasi dengan beberapa narasumber dari instansi pemerintah, swasta dan masyarakat sendiri. Namun demikian, LSM yang beraktifitas di lokasi studi walaupun mempunyai lokasi kerja yang sama namun karena tema program yang berbeda maka mereka bekerja sendiri-sendiri. Berbeda dengan institusi pemerintah, keberadaan LSM di TNGH tidak diikat oleh suatu kewajiban baik untuk jangka panjang maupun pendek. Lembaga ini secara legal formal tidak mempunyai kewenangan maupun hak veto dalam pengambilan keputusan. Namun demikian, karena kedekatan dan keterlibatannya secara langsung dengan persoalan masyarakat, mereka mempunyai pengaruh yang cukup besar untuk mempengaruhi pendapat masyarakat dan merubah keputusan. Salah satunya dengan memobilisasi masyarakat lokal. Terbentuknya Forum Komunikasi Masyarakat Halimun Jawa Barat-Banten FKMHJBB merupakan salah satu contoh yang diinisiasi RMI dan beberapa LSM lainnya. Berdasarkan kepentingan dan pengaruhnya tersebut, stakeholder ini perlu dilibatkan setidaknya dalam pengumpulan informasi, dan konsultasi. Lembaga ini dapat dilibatkan sebagai mitra kerja dan pada tahap evaluasi kontrol jika LSM tersebut cukup mengakar di masyarakat.

B. Institusi Pendidikan atau Penelitian

TNGH sudah menjadi lokasi penelitian bagi mahasiswa, peneliti dan pendidik dari tujuh instansi yang masuk dalam kategori Institusi Pendidikan dan lembaga penelitian. Ketujuh instansi ini adalah institusi pendidikan seperti Institut Pertanian Bogor IPB, Universitas Indonesia UI, Universitas Padjajaran UNPAD Indonesian Resource Center for Indigenous Knowledge INRIK, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI, ICRAF, dan Organisasi kemahasiwaan seperti Biological Science Club BScC dari Universitas Nasional UNAS. Hampir semua lokasi studi pernah menjadi obyek penelitian dari instansi ini. Sebagai pengguna kawasan TNGH baik untuk penelitian maupun pendidikan, stakeholder ini tidak memiliki hak veto dalam pengambilan keputusan. Penetapan TNGH juga berdampak tidak langsung terhadap mereka. Namun demikian, pemahaman dan kontribusi hasil penelitian mereka dapat dijadikan masukan untuk memperbaiki proses perencanaan dan kinerja pengelolaan kawasan. Karena itu stakeholder ini sebaiknya dilibatkan minimal pada tahap informasi dan konsultasi.

C. Swasta

Ada tiga perusahan swasta yang cukup besar yang beraktivitas di lokasi studi. Ketiga perusahan tersebut ialah PERUM PERHUTANI 133 , PT Perkebunan Nirmala Agung, dan PT Aneka Tambang ANTAM. Sebagai lembaga BUMN milik Departemen Kehutanan, Perhutani tidak memiliki hak veto terhadap kebijakan yang dibuat oleh negara. Namun demikian, mengingat kapasitas personil dan modal yang dimiliki, Perhutani dapat menggunakan jalur lobi untuk mempengaruhi keputusan. Disisi lain, berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat di empat lokasi studi 134 , citra Perhutani sangat buruk di mata masyarakat. Selain dipandang tidak melakukan tugasnya menjaga Cagar Alam dan membina masyarakat disekitarnya, oknum perhutani dilaporkan sering memungut hasil panen masyarakat secara paksa. Mereka mewajibkan masyarakat 133 PERUM PERHUTANI adalah Badan Usaha Milik Negara sebagaimana diatur dalam UU No.91969, yang bidang usahanya berada dalam lingkup tugas dan kewenangan Menteri, dimana seluruh modalnya dimiliki Negara berupa kekayaan Negara yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham PP No.302003 Pasal 1 ayat 1; Tugas dan kewenangan PERUM adalah menyelenggarakan kegiatan pengelolaan hutan yang mengacu pada RPH berdasarkan prinsip perusahaan dalam wilayah kerjanya PP No.302003 Pasal 3 ayat 1, 29 ayat 2. Pada rentang waktu tahun 1961-1978, Cagar Alam Gunung Halimun dikelola oleh Perum Perhutani Harada et al. 2001 dalam Widada 2004:46. 134 wawancara dilakukan dalam rentang waktu Januari-April 2007. yang menggarap lahan yang diasumsikan 135 lahan Perum untuk menyerahkan sebagian hasil panennya Hanafi et al. 2004; hasil wawancara. Sikap arogan petugas lapangannya semakin memperburuk hubungan mereka dengan masyarakat. Perlu waktu bagi Perhutani untuk memulihkan kepercayaan masyarakat. Berada di enclave TNGH dan berbatasan langsung dengan Desa Malasari, PT. Nirmala Agung adalah perkebunan di Kawasan TNGH yang sudah ada sejak zaman pemerintahan kolonial Belanda. Sejak dikembangkannya kegiatan ekowisata di TNGH, tahun 1997, perkebunan mulai membuka diri untuk menjadi salah satu obyek wisata. Program yang dikembangkan ialah pengenalan proses pengolahan dan pembuatan teh. Kerjasama juga dibangun dengan pemandu yang berasal dari masyarakat lokal. Kondisi ini merupakan peluang untuk menjadikan perkebunan teh sebagai mitra TNGH. PT ANTAM merupakan perusahaan yang sebagian besar sahamnya 65 dimiliki pemerintah Indonesia Hanafi et al. 2004. Sejarah dimulainya penambangan bijih emas di Kawasan Ekosistem Halimun dimulai sejak tahun 1916 di Cikotok dan beberapa lokasi lainnya Lampiran 7 Sejarah Pengelolaan TNGH. Pada 20 April 1992, PT ANTAM mendapat Kontrak Karya baru untuk waktu 30 tahun 136 . Wilayah kontrak kerja penambangan ini terdapat di Ciguha, Desa Malasari; Kubang Cicau di bagian tengah, dan Ciurug, bagian Selatan kawasan TNGH. Lokasi ini berada diantara Gn. Pongkor dan Gn. Butak di Sub- DAS Cikaniki yang merupakan kawasan TNGH Hanafi et al. 2004. Hubungan PT ANTAM dengan masyarakat sekitarnya relatif cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari beberapa program kemasyarakatan PT ANTAM seperti penyuluhan, pengobatan masal, pembentukan KUD dan pendidikan bagi 65 pengusaha kecil Hanafi et al. 2004. Pola hubungan yang sudah terbangun seperti ini merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan BTNGH untuk menjadikan PT ANTAM sebagai mitra kerja. 135 “diasumsikan” karena sebagian masyarakat, seperti di Cibedug, tidak sepakat bahwa lahan yang mereka garap adalah lahan Perum. Mereka beranggapan bahwa lahan tersebut adalah lahan warisan. 136 Menurut UU No. 111967 tentang Pertambangan, Kuasa ini diberikan oleh Menteri Pertambangan Pasal 2 dan 15.

D. Lembaga Donor