Taman Nasional Gunung Halimun. UPT ini dibentuk berdasarkan Surat Keputusan SK Menteri Kehutanan No. 185Kpts-II1997 dan bertanggung jawab
langsung kepada Direktur Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan BTNGH 2000a.
Tabel 20 Karakteristik budaya masyarakat di lokasi studi
No Lokasi Keterangan
1. Desa Citorek Masyarakat Kasepuhan Citorek dan Kasepuhan
Cibedug dan Non-Kasepuhan 2. Desa
Sirnarasa Masyarakat Kasepuhan Ciptarasa dan Non-
Kasepuhan 3. Desa
Malasari Non-Kasepuhan 4. Desa
Cisarua Non-Kasepuhan Sumber: hasil observasi lapangan
Struktur organisasi BTNGH berdasarkan SK menteri tersebut terdiri atas: 1 orang Kepala Balai, 1 orang Sub-Bagian Tata Usaha dan 1 orang Seksi
Konservasi yang membawahi 3 Sub Seksi Wilayah Konservasi Wilayah Konservasi I Bayah di Kabupaten Lebak, Wilayah Konservasi II Cigudeg di
Kabupaten Bogor, dan Wilayah Konservasi III Cikidang di Kabupaten Sukabumi. Masing-masing Sub-seksi dibantu oleh Jagawana dan Teknisi
Kehutanan Bidang Kawasan Hutan, Konservasi Jenis Sumberdaya Alam, dan Bidang Bina Wisata Alam. Status jagawana dan teknisi hutan ini ialah pegawai
fungsional.
b. Kelembagaan Lokal
Seperti yang sudah dijelaskan pada sub-bab sebelumnya, kawasan TNGH berbatasan langsung dengan kawasan pedesaan di tiga kabupaten yaitu Kabupaten
Sukabumi, Bogor dan Lebak. Kondisi ini menimbulkan adanya kebutuhan untuk bekerjasama antara BTNGH dengan institusi lokal.
Berdasarkan hasil penelusuran dokumen dan observasi lapangan, di lokasi studi terdapat dua struktur lembaga yang berpengaruh dalam kehidupan
masyarakat setempat. Lembaga tersebut ialah lembaga formal seperti kantor desa, kecamatan sampai dengan kabupaten. Lembaga lainnya ialah lembaga non-formal
seperti lembaga adat atau biasa disebut sebagai kasepuhan.
Lembaga desa dipimpin oleh kepala desa. Kepala desa dan perangkatnya dipilih secara demokratis oleh masyarakat. Disisi lain, lembaga adat dipimpin
oleh seorang sesepuh yang dibantu oleh perangkat lembaga adat yang biasa disebut baris kolot. Pemimpin adat berikut dengan perangkatnya dipilih secara
garis keturunan. Kedua lembaga formal dan non-formal ini memiliki fungsi yang berbeda
di tingkat lokal. Kelembagaan desa mengatur hal-hal yang bersifat administratif kepemerintahan seperti pencatatan kependudukan dan hubungan dengan lembaga
pemerintah di atasnya. Sementara kasepuhan mengatur tata cara kehidupan keseharian warganya yang terkait dengan cara bertani, ritual budaya, pengaturan
dan pemanfaatan ruang serta interaksi antar warga dengan anggota masyarakat lainnya.
Lembaga lain yang ada di desa umumnya lembaga formal seperti Lembaga Komunikasi Masyarakat Desa LKMD, lembaga pendidikan dan kesehatan.
Sedangkan lembaga non-formal lainnya yang ada bersifat pengembangan profesi seperti misalnya kelompok tani, PKK, dan karang taruna. Jenis kelembagaan lokal
di empat lokasi studi disajikan pada Tabel 21 berikut ini.
Tabel 21 Kelembagaan lokal
No Lokasi Studi
Kelembagaan Lokal 1. Kampung
Cibedug • Lembaga Formal: Kantor Desa Citorek, Kecamatan
Cibeber, Kabupaten Lebak • Lembaga Non-formal : Kasepuhan Cibedug dan
Kasepuhan Citorek 2. Kampung
Pangguyangan • Lembaga Formal: Kantor Desa Sirnarasa,
Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi • Lembaga Non-formal: Kasepuhan Ciptarasa
83
3. Kampung Citalahab
Central • Lembaga Formal: Kantor Desa Malasari, Kecamatan
Nanggung, Kabupaten Bogor • Lembaga Non-formal : -
4. Kampung Leuwijamang
• Lembaga Formal: Kantor Desa Cisarua, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor
• Lembaga Non-formal : - Sumber: Hasil observasi lapangan
83
Sejak tahun 2000 pusat kasepuhan berpindah ke Ciptagelar Dedi Andianto 2003
4.7 Sejarah Pengelolaan Kawasan TNGH