BERSIKAP LEMBUT KETIKA MENDIDIK ANAK

BERSIKAP LEMBUT KETIKA MENDIDIK ANAK

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah mengajarkan bagaimana cara mendidik seorang anak yang masih kecil, melalui sabda beliau:

"Wahai anak, apabila engkau makan, maka ucapkanlah Bismillah dan makanlah dengan menggunakan tangan kanan serta ambillah hidangan yang terdekat darimu ." (HR. Thabrani dengan sanad sa- hih)

Abu Hafsh, anak angkat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah bercerita: "Tanganku secara terburu-buru memegang shafhah (tempat makan), maka Rasulullah menegurku dengan berkata: Wahai anakku, ucapkanlah Bismillah sebelum engkau makan." Hadits ini menunjukkan, bahwa do'a ketika hendak makan adalah Bismillah saja, sebagaimana dijelaskan di dalam hadits yang diriwayatkan dari Siti 'Aisyah:

"Apabila salah seorang diantara kalian makan, maka hendaklah mengucapkan Bismillah. Jika ia lupa, kemudian teringat di tengah- tengah ia sedang makan, maka ucapkanlah dengan lafazh: Bismillahi Awwaluhu wa Akhiruhu (dengan nama Allah di awal dan di akhir- nya." (HR. Tirmidzi dengan sanad sahih)

Bersikap Lembut Ketika Mendidik Anak — 375

Ada sebuah riwayat yang menyatakan: "Bahwa ketika Rasulullah Sha- llallahu 'Alaihi wa Sallam hendak menyuapkan makanan kepada Hasan bin Ali (cucu beliau), kemudian beliau melihat seorang anak kecil yang mulut- nya di buka lebar dan lidahnya dijulurkan keluar, maka beliau bersegera menuju kepada anak tersebut dan menyuapkan makanan kepadanya" (Hadits hasan).

Pernah suatu ketika Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sedang melakukan shalat. Pada saat beliau sujud, Hasan dan Husein naik ke pung- gung beliau dan para sahabat hendak mencegahnya. Akan tetapi, beliau mengisyaratkan untuk membiarkan mereka berdua. Peristiwa itu terjadi didalam masjid. Setelah pelaksaan shalat berjama'ah selesai dilakukan, beliau meletakkan kedua cucunya itu di atas batu seraya bersabda: "Barang- siapa yang mencintai aku, maka cintailah mereka berdua" (dikeluarkan oleh Abu Ba'li dengan sanad hasan).

Pada riwayat yang lain diceritakan:

"Bahwa ada seorang Badui mendatangi Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, bertanya: Apakah engkau mencium anak-anak kecil dan sungguh kami tidak mencium mereka? Maka beliau men- jawab: Apakah harus aku biarkan engkau agar Allah menghilang- kan rasa kasih dan sayang dari hatimu?" (HR. Muslim)

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, ia menceritakan:

376 — Afaao Perkawinan

"Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam mencium Hasan bin Ali, dan di sisi beliau ada Al 'Aqra bin Habis At Tamimi. Lalu Al-'Aqa' berkata kepada beliau: Bahwa aku memiliki sepuluh orang anak dan aku tidak pernah mencium seorang pun dari mereka. Maka Rasulullah memandangiku dan berkata: Barangsiapa yang tidak penyayang, maka ia tidak akan di sayang." (HR. Bukhari, Muslim)

Para orang tua masih banyak yang menganggap remeh akan sikap je- naka atau bercanda dengan anak-anaknya atau bersikap lembut kepada mereka. Bahkan cenderung bersikap keras dan membuat anak-anak merasa takut kepadanya, sehingga untuk bergerak atau bermain pun dilarang dan juga mengekang kebebasan anak. Sampai-sampai kehidupan anak-anak terasa bagaikan di neraka. Anak-anak tumbuh berhati keras, membenci orang tua dan mungkin ada niatan untuk berusaha lari dari rumah.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam telah memberi contoh dalam kehidupannya, dimana beliau juga bercanda dan bersikap lembut kepada anak-anak. Oleh sebab itu, sudah selayaknya kita mempelajari dan men- contoh biografi beliau dan berusaha untuk berbuat adil kepada anak-anak. Membentuk kehidupan yang penuh kegembiraan lagi bahagia bagi anak- anak. Namun demikian, sikap seperti itu juga tentu memiliki batasan yang tidak melalaikan pendidikan mereka.

Contoh yang diberikan oleh Rasulullah ini banyak diabaikan oleh mereka yang selalu bertindak kasar terhadap anak-anak yang tengah bermain di masjid. Yaitu, pada saat mereka bermain-main didalam atau disekitarnya. Bahkan terkadang mereka memarahi anak-anak tersebut dan mengusirnya dari Baitullah. Ingatlah, bahwa tindakan seperti itu merupakan suatu ke- rugian yang merusak. Setelah kejadian itu, lalu para sahabat menggantung- kan dahan pohon kurma yang sudah berbuah dengan tujuan agar anak-anak senang berada di sekitar masjid dan memakannya.

Seandainya saat ini penulis memiliki kekuasaan, maka akan penulis dirikan sebuah masjid besar yang memiliki kubah dan di lengkapi dengan kolam renang serta klub panahan. Karena, semuanya itu merupakan tuntun- an yang pernah diajarkan oleh syari'at Islam, yangmana Rasulullah meng- ajak kepada umatnya untuk mengajarkan hal tersebut (berenang dan me- manah). Karena, olah raga itu akan dapat menguatkan fisik anak-anak dan sekaligus akan dapat menumbuhkan kecintaan mereka kepada Baitullah. Adapun para penjaga atau pengurusnya akan kami jadikan dari mereka yang fakir, untuk mengatasi budi pekerti mereka yang buruk (agar menjadi baik).

Bersikap Lembut Ketika Mendidik Anak — 377

Sebaiknya bangunan masjid itu didirikan bertingkat, untuk kemudian digunakan sebagai sarana berbagai kegiatan sosial, sarana perbaikan, hibur- an dan pendidikan bagi anak-anak yang telah beranjak dewasa maupun yang masih kecil. Membangun masjid hanya dengan satu lantai adalah tindakan ceroboh dan merugikan. Sebab, pertama kali Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tiba di Madinah, beliau tinggal di rumah Abu Ayyub Al Anshari. Dimana rumah tersebut terdiri dari dua lantai. Maka Nabi memilih lantai bawah untuk mempermudah urusan kaum muslimin. Sedangkan Abu Ayyub, keluarga dan para karyawannya menggunakan lantai sebelah atas. •:•

378 — Kado Perkawinan