WASIAT UNTUK MEMPERLAKUKANISTERI DENGAN BAIK

WASIAT UNTUK MEMPERLAKUKANISTERI DENGAN BAIK

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman didalam Al Qur'an: "Dan bergaullah bersama mereka (isteri) dengan cara yang patut

(diridhai oleh Allah). " (An Nisa' 19) Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:

"Terimalah wasiat tentang memperlakukan wanita (isteri) dengan cara yang baik. Karena sesungguhnya wanita itu diciptakan dari tulang rusuk laki-laki yang melengkung. Dan sesuatu yang paling meleng- kung itu adalah sesuatu yang terdapat pada tulang rusuk yang paling atas. Jika hendak meluruskannya tanpa menggunakan perhitungan yang matang, maka kalian akan mematahkannya. Sedang jika kalian membiarkannya, maka ia akan tetap melengkung. Oleh karena itu, terimalah wasiat memperlakukan wanita dengan baik." (HR. Al Hafizh Al Iraqi dengan sanad sahih)

260 — Kado Perkawinan

Pada riwayat yang lain dari hadits ini dijelaskan, bahwa sesungguhnya wanita itu diciptakan dari tulang rusuk, dimana mereka (para wanita) di- maksud tidak akan konsisten pada satu cara (keadaan). Jika kalian mencari kenikmatan darinya, maka kalian akan mendapatkannya. Sedangkan di dalam dirinya masih tetap ada sesuatu yang melengkung. Dimana jika kalian hendak meluruskannya, maka kalian akan memecahkannya. Pecah disini yang dimakdsudkan adalah perceraian (HR. Muslim).

Termaktub didalam kitab Hujjatullah Al Balighah (2-708), bahwa makna hadits diatas adalah: "Terimalah wasiat dariku (Rasulullah) dan gunakan untuk memahami wanita (isteri). Karena, pada penciptaannya terdapat sesuatu yang 'melengkung', yaitu merupakan kelemahan. Sebagaimana lazimnya se- tiap sesuatu akan mewarisi sifat materinya. Jika seseorang ingin mencapai tujuan rumah tangga bersamanya (seorang wanita), maka haruslah ia siap untuk memaafkan perkara-perkara sepele yang terjadi dan menahan amarah karena adanya sesuatu yang nyata-nyata bertentangan dengan keinginannya."

Didalam kitab Al Mar'ah Baina Al Bait wa Al Mujtama' (hal. 42) di- jelaskan mengenai makna hadits Nabi yang artinya: "Jika kalian membiar- kannya, maka ia akan tetap pada penyimpangannya." Yaitu, bahwa ter- kadang makna memberi maaf oleh suami akan hal-hal yang tidak ia sukai dari isterinya akan menjamin ia (sang suami) untuk tetap mendapatkan kenikmatan darinya dan tidak terhalangi untuk meraih kebahagiaan yang lebih besar."

Dalam hal ini Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak bermaksud untuk menyampaikan bahwa wanita itu adalah makhluq yang berhakhlaq buruk. Beliau hanya ingin menentukan kebenaran dan kenyataan, agar kaum lelaki terbebas dari mimpi dan prasangka yang buruk serta mepersiapkan diri untuk menghadapi hal-hal yang sulit dan hal-hal yang dapat menggem- birakan hatinya.

Artinya, jika didapati pada diri isterinya perangai yang ia benci, maka ia akan menghadapinya dengan sabar dan bermurah hati, tanpa harus ter-buru- buru marah (terpengaruh) dan membenci. Ia juga akan melihat akhlaq si isteri dari sisi yang baik. Karena ia hanyalah seorang manusia yang di dalamnya mempunyai sisi baik dan sisi buruk. Karena itu, Rasulullah Sha- Uallahu Alaihi wa Sallam pernah bersabda yang artinya: "Seorang mukmin hendaknya tidak membenci mukminat hanya karena satu perangai yang dianggap buruk. Sebab, jika ia membenci satu perangai, maka pastilah ada perangai lain yang akan ia sukai."

Penulis tidak pernah menjumpai dalam suatu agama atau adab mana pun, ajaran tentang menjaga wanita beserta hak-haknya yang lebih baik dan lebih sempurna selain dalam ajaran Islam.

Wasiat Untuk Memperlakukan Isteri dengan Baik — 261

Ada sebuah pertanyaan yang pernah dilontarkan: "Bahwa mengapa Allah menciptakan wanita dalam keadaan demikian?" Jawabnya adalah bahwa Allah mewakilkan kepada wanita tugas-tugas penting dan sensitif seperti hamil, menyusui dan mendidik anak. Untuk itu Allah Subhanahu wa Ta'ala mempercayakan kepada mereka (para wanita) sifat-sifat dan pembarian yang sesuai dengan tugasnya, yang jelas-jelas berbeda dengan kebanyakan dari sifat lelaki berikut pembawaannya. Maka dari itu wanita tampak asing bagi laki-laki.

Jika seorang suami mampu memahami, maka ia akan menerima ke- nyataan dan mendapat kesenangan dari isteri dalam batas-batas fitrahnya. Akan tetapi, jika ia tidak mampu memahaminya, maka ia akan berusaha untuk menjadikan isterinya berbuat sesuai dengan ego kelaki-lakiannya dari segi berpikir, sehingga ia akan gagal. Mungkin saja ia akan menghan- curkan keluarganya, tempat di mana ia menyandarkan hidupnya. Karena, ia menuntut hal mustahil, yang digambarkan didalam hadits dengan gaya bahasa Nabi yang sempurna.

Didalam kitab Hayatuna Al Jinsiyah, hal. 70, Dr. Frederick berpen- dapat: "Wanita mengalami proses stagnasi yang tidak hanya terjadi pada perubahan fisiknya saja, melainkan juga pada tabiat dan keadaan psikisnya. Karena, seandainya ia banyak berbeda dengan sifat anak-anak, maka pasti- lah ia tidak mampu menjadi ibu yang baik. Ia bisa dipahami sebagai anak- anak karena perasaannya yang masih terdapat unsur kekanak-kanakan."

Ia akan tetap seperti anak-anak, bahkan dalam perkembangannya wanita lebih banyak bersifat kekanak-kanakan daripada anak-anak itu sendiri. Kelembutan hatinya cenderung untuk semakin bertambah besar daripada daya berpikirnya. Dugaannya lebih banyak daripada penggunaan rasionya. Karena, ia terkondisikan untuk lebih banyak bersikap pasif daripada bersikap aktif dan lebih banyak menerima dengan sikap pasrah daripada bersikap menguasai. Ia —ditentukan oleh iradat Allah— berada ditengah-tengah antara anak-anak dan suami. Demikianlah posisinya ditempatkan dalam keluarga, yaitu pada titik sentral, untuk menjaga keharmonisan di antara individu-individu yang berbeda kecenderungannya didalam suatu keluarga.

Penulis berpendapat —dengan cara menta'liq pada hadits diatas—: "Bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berusaha untuk mengingatkan suami agar hendaknya mendampingi, mengatur dan tidak menghukum isterinya hanya karena memiliki akhlaq yang buruk. Karena, hal tersebut merupakan kewajiban suami untuk mengarahkan dan mendidiknya.

Seorang penya'ir menuliskan sebuah sya'ir yang maknanya sesuai dengan makna hadits diatas:

262 — Kado Perkawinan

"Ia hanyalah tulang rusuk yang melengkung Tiada engkau dapat meluruskannya Ketahuilah bahwa menegakkannya akan mematahkannya Apakah mereka hendak menggabungkan Kelemahan dan kemampuan pada seorang pemuda Bukankah lebih mengagumkan kelemahan dan kemampuan wanita." ‡

Wasiat Untuk Memperlakukan lsteri dengan Baik — 263