LARANGAN MECONTOH ORANG KAFIR

LARANGAN MECONTOH ORANG KAFIR

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman didalam Al Qur'an: "(Allah berfirman) Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan

kamu berdua. Sebab itu, tetaplah kalian berdua (Musa dan Harun 'Alaihimassalam) pada jalan yang lurus dan janganlah sekali-kali kalian mengikuti jalan orang-orang yang tidak mengetahui." (Yunus 89)

Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman didalam Al Qur'an:

"Dan barangsiapa menentang Rasullullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sesudah jelas kebenaran baginya dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, maka akan Kami biarkan ia le- luasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami (Allah) masukkan ia kedalam neraka Jahanam dan Jahanam itu seburuk- buruk tempat kembali. " (An Nisa 115)

Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman didalam Al Qur'an:

Larangan Mencontoh Orang Kafir — 479

"Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka (orang-orang kafir). Berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari apa yang telah diturunkan oleh Allah ke- padamu." (Al Maa'idah 49)

Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman didalam Al Qur'an: "Orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan senang kepada kamu

hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk yang benar. Apabila kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan (Al Haq) datang kepadamu. maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu." (Al Baqarah 120)

Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman didalam Al Qur'an yang artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian katakan kepada Muhammad: Raa 'ina, akan tetapi katakanlah Unzhurna dan dengarkanlah. Bagi orang-orang kafir telah disediakan siksaan yang amat pedih. " (AJ Baqarah 104)

Qatadah dan yang lain mengatakan: "Orang Yahudi mengatakan raa'ina karena mencemo'oh. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala melarang orang mukmin untuk mengucapkan seperti ucapan mereka."

Imam Ibnu Taimiyah ketika mengomentari ayat ini mengatakan: "Ini semua menjelaskan, bahwa kalimat dimaksdu seyogyanya tidak diucapkan oleh orang mukmin. Karena, orang Yahudi mengucapkannya pula. Sekah- pun ucapan ini kalau dari orang Yahudi berarti jelek, sementara jika dari orang mukmin tidak berarti jelek. Akan tetapi tindakan menyerupai dalam ucapan berarti termasuk menyerupai jalan mereka untuk sampai ketujuan (Iqtidhaa Ash Shiraathal Mustaqim).

Rasullulah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya: "Barang- siapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka." (Hadits sahih)

Dari Abu Waqid Al Laitsi Radhiyallau 'Anhu, ia berkata yang artinya; "Kami keluar bersama Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sebelum

480 — Kado Perkawinan 480 — Kado Perkawinan

Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya: "Sesungguh- nya kamu akan mengikuti tradisi orang-orang sebelummu, jengkal demi jengkal, hasta demi hasta, sehingga apabila salah satu diantara mereka masuk keliang trenggiling, maka kamu pun akan mengikutinya. Sampai- sampai andaikata salah seorang dari mereka menggauli isterinya ditengah jalan, maka kamu pun akan melakukannya." (HR. Bukhari, Muslim)

Sesungguhnya bersikap menyerupai orang lain akan dapat menghilang- kan kepribadian dan identitas diri. Ini merupakan bukti dari lemahnya ke- pribadian seseorang. Karena, yang lemah akan mengikuti yang kuat. Begitu pula dengan mengikuti orang kafir dalam tradisi dan kebiasaannya, yang dapat mengakibatkan juga meniru ide dan keyakinannya.

Oleh karena itu, Ibnu Taimiyah mengatakan: "Pada penjelasan hadits ini, paling tidak menunjukkan haramnya menyerupai orang kafir, sekalipun dari sisi lahirnya menunjukkan kafirnya orang yang menyerupai mereka." Sebagaimana firman Allah yang artinya: "Barangsiapa diantara kalian yang mengangkat mereka sebagai pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka." (Al Maa'idah 511)

Ini senada dengan ucapan Ibnu 'Amr: "Barangsiapa membangun hidup dibumi orang-orang musyrik dan membuat perkumpulan serta menyerupai mereka sampai meninggal dunia, maka akan dikumpulkan bersama mereka pada hari kiamat kelak." Maksud dari meniru disini adalah meniru mereka secara total.

Tidak termasuk dalam hadits ini, mengikuti (mencontoh) orang asing dalam kemajuan pengembangan industri dan ilmu pengetahuan yang ber- manfaat. Karena sesungguhnya hikmah itu adalah barang milik kaum muslimin yang hilang. Di manakah kedudukan mayoritas kaum muslimah selama ini? Mereka —dengan segenap keterbatasan yang ada— meniru wanita asing dalam kebanyakan tradisi, pakaian, perhiasan dan meman- jangkan kuku seperti binatang buas, seperti mode yang ada di Eropa. Se- cara umum, semua itu merupakan proyek Zionis internasional untuk meng- habiskan kekayaan umat di luar mereka.

Larangan Mencontoh Orang Kafir — 481

Sebagai tambahan terhadap keterangan diatas, peniruan secara membabi buta ini mengakibatkan hilangnya sumber-sumber potensial yang umum serta mendorong banyak wanita mengikuti mode-mode yang tidak bermoral. Maka sadarlah wahai orang yang mau menggunakan akalnya, baik laki-laki maupun wanita!

Penulis berpesan kepada para isteri —secara khusus—, agar memper- kuat kepribadian dan tidak menjadi peniru seperti kera. Hendaknya mereka mempunyai motivasi sendiri yang kuat, tidak terpengaruh oleh arus-arus kontemporer dan mode-mode dari Barat, baik pada busana, perlengkapan rumah tangga dan adat istiadatnya. Kebahagiaan rumah tangga tergantung kepada cinta kasih dan saling pengertian antara suami isteri, bukan karena benyaknya pakaian, perabot rumah tangga serta kebanggaan dihadapan tamu (tetangga).

Betapa banyak permusuhan dan perceraian antara suami isteri terjadi, karena melalaikan nasihat seperti ini. Untuk itu, maka waspada dan perhati- kanlah!

Pada tanggal 10 Oktober 1960, kantor berita Reuter di Roma menyiar- kan komunike dengan judul "Sepuluh Hal Yang Berkaitan Dengan Mode":

1. Jangan biarkan mode menguasai anda. 2. Jangan menjadikan mode sebagai satu-satunya sarana untuk dapat menciptakan kebahagiaan pada jiwa anda. 3. Biasakanlah membersihkan pakaian yang anda kenakan. 4. Hormatilah badan dan jiwa anda serta perlakukanlah dengan baik, se- hingga salah satu dari keduanya bisa menjadi cermin bagi yang lain. 5. Jangan biasakan bersifat iri pada orang yang berpakaian lebih baik dari- pada anda. 6. Jangan berpakaian yang tidak mencerminkan kesopanan. 7. Janganlah anda musnahkan pakaian yang sudah tidak terpakai lagi. 8. Jangan memberatkan diri anda hanya karena mode. 9. Jangan terpesona oleh glamornya mode orang lain.

10. Jangan biasakan mengikuti mode mutakhir disaat orang lain kesulitan mencari sesuap nasi.

Kesemuanya itu hampir menyerupai sebagian dari ajaran yang diber- lakukan oleh Islam, padahal datang dari orang-orang Barat, sementara mereka bukan kaum reaksioner. Lalu kenapa wanita-wanita kita sendiri (muslimah) tidak mengamalkannya?

Berkaiatan dengan peringatan syari'at yang bijak terhadap bahaya me- niru orang kafir, maka penulis ingin menggugah saudara perempuan se-

482 — Kado Perkawinan 482 — Kado Perkawinan

Dr. Abdul Mun'im Al Mufti, seorang dosen ketua pada jurusan Derma- thologi fakultas kedokteran Universitas Kairo mengutip sebuah majalah yang bertajuk Thabiibuka Al Khash, terbitan II/4/April/1970, hal. 94 me- ngatakan: "Ada beberapa sarana untuk mengeriting rambut yang meng- akibatkan kerontokan. Diantaranya adalah penggunaan hairdryer atau me- ngeringkan rambut dengan memakai obat-obatan kimia yang mengandung pelembab. Obat-obatan ini berfungsi menjadikan rambut berbentuk sesuai keinginan."

Sementara orang tidak mengetahui akan dampak negatif dari meng- gulung rambut, baik menggunakan rol atau menggunakan cara lain. Sebab, menggulung rambut untuk waktu yang lama sama dengan menarik rambut dari akarnya dan memutuskan aliran darah yang menuju kesana (rambut). Artinya, terjadi kelayuan pada sel-sel rambut yang terikat ini. Akibatnya, pertumbuhan rambut menjadi terhenti untuk kemudian kusut dan perlahan- lahan rontok. Bahaya yang sama juga terjadi ketika warna rambut sering dirubah dan seringnya dikeriting. Ini mengakibatkan dampak negatif pada rambut secara umum, yaitu rapuh.

Berkenaan dengan topik syarat-syarat hijab yang Islami, sangat me- nyedihkan bagi penulis untuk mengatakan, bahwa masih banyak wanita muslimah yang tidak mengetahui syarat-syarat ini. Penulis temui sebagian mereka yang terlalu memperhatikan penutup kepala, hingga sehelai rambut pun tidak kelihatan, akan tetapi betisnya telanjang. Karena, mereka ber- asumsi bahwa kaus kaki saja sudah mencukupi sebagai penutup. Ini me- rupakan kekeliruan jika ia (wanita itu) berperawakan tinggi dan besar.

Sebagian yang lain mengenakan pakaian yang menutupi seluruh tubuh- nya, akan tetapi sempit (ketat), hingga menonjolkan bentuk tubuh. Sebagian yang lain mengenakan pakaian yang longgar, namun berwarna-warni, ini juga tidak boleh. Sebagian yang lain sangat ekstrim dalam menggunakan hijab, sampai mengenakan kaos tangan, padahal perbuatan semacam itu tidak memiliki dasar hukum.

Berikut ini adalah pembahasan mengenai syarat-syarat hijab. Syarat- syarat hijab bagi perempuan muslimah ada delapan: 1. Meliputi seluruh badan, kecuali bagian yang dikecualikan oleh hadits

Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berikut ini yang artinya: "Hai Asma',

sesungguhnya seorang wanita jika sudah sampai usia haid, maka tidak pantas dilihat darinya kecuali ini dan ini (beliau mengisyaratkan wajah

dan kedua telapak tangannya)." Hadits ini berstatus hasan dengan semua sanadnya.

Larangan Mencontoh Orang Kafir — 483

2. Bukan merupakan perhiasan pada dirinya. Hal ini didasarkan pada firman Allah yang artinya: "Danjanganlah menampakkan perhiasannya...." Secara umum, ayat ini juga mencakup pakaian luar yang berhias dan menarik perhatian laki-laki lain. Dalil lainnya adalah firman Allah yang artinya: "Dan hendaknya kalian tetap berada dalam rumah sertajangan- lah kalian berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang terdahulu." Diriwayatkan dalam sebuah hadits: "Golongan yang tidak disapa oleh Allah kelak di hari pembalasan. Yaitu, orang yang memisahkan dirinya dari jama'ah, orang yang durhaka kepada Imamnya dan meninggal dunia dalam kedurhakaannya tersebut, budak yang me- larikan diri dan meninggal dunia dalam pelariannya tersebut. Juga se- orang isteri yang ditinggal pergi oleh suaminya dan telah dicukupi ke- butuhannya, namun ia berhias untuk orang lain sepeninggal suaminya pergi."

3. Berbahan tebal dan tidak transparan. Berdasarkan hadits Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang artinya: "Akan ada pada umatku yang terakhir, para wanita yang berpakaian terbuka...."

4. Longgar, tidak ketat, sehingga tidak menonjolkan anggota tubuh. Usama bin Zaid meriwayatkan, bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam memberikan pakaian Qibthi yang tebal, yang merupakan hadiah dari Dihyah Al Kalbi. Kemudian pakaian tersebut aku hadiahkan kepada isteriku. Maka Rasulullah pun bertanya: "Kenapa pakaian itu tidak engkau kenakan? Aku menjawab: Aku telah menghadiahkannya kepada isteriku. Lalu beliau berkata: Suruhlah isterimu untuk mengenakan pakaian dalam (lapis), sebab aku khawatir pakaian itu dapat menonjol- kan lekuk tubuhnya."

5. Tidak memakai wewangian. Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam ber- sabda yang artinya: "Wanita yang memakai parfum, kemudian berjalan dimuka umum dengan niat agar mereka mencium baunya, maka ia (sang wanita) telah dianggap berzina."

6. Tidak menyerupai pakaian laki-laki. Berdasarkan pada hadits Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang artinya: "Aku melaknat laki-laki yang mengenakan pakaian wanita dan wanita yang mengenakan pakaian laki-laki."

7. Tidak menyerupai pakaian wanita-wanita kafir. Berdasarkan hadits Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang artinya: "Dan barang- siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka." Seorang pemimpin Mesir, yairu Musthafa Kamil, yang juga merupakan ketua Partai Tanah Air menulis didalam sebuah surat kabar terbitan

484 — Kado Perkawinan 484 — Kado Perkawinan

8. Tidak merupakan pakaian yang glamor. Berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang artinya: "Barangsiapa memakai pakaian secara glamor didunia, maka Allah akan memakaikan padanya pakaian kehinaan di hari kiamat kelak, yang kemudian disulut dengan api neraka." (Dikutip dari Hijab Al Muslimah, secara ringkas). ‡

Larangan Mencontoh Orang Kafir — 485