KESABARAN ISTERI ATAS KEFAKIRAN SUAMINYA

KESABARAN ISTERI ATAS KEFAKIRAN SUAMINYA

Dari 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha, ia berkata kepada 'Urwah:

"Wahai anak saudaraku, sesungguhnya kami melihat bulan sabit, kemudian bulan sabit dan tiga bulan sabit dalam dua bulan, semen- tara tidak ada setitik pun nyala api pada saat itu di rumah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. 'Urwah bertanya: Wahai bibi, apa yang menjadi makananmu (sehari-hari)? 'Aisyah menjawab: Kurma dan air. Kecuali Rasulullah mempunyai tetangga dari Anshar yang me- miliki manaa'ih (kambing yang di pinjamkan untuk diambil susunya) dan mereka memberikannya kepada Rasulullah untuk diambil susu- nya dan kami minum." (HR. Bukhari)

Seyogyanya seorang isteri bersabar atas kefakiran yang tengah dialami oleh suaminya, setelah ia memilih dengan kesadarannya sendiri akan siapa yang dijadikannya sebagai teman hidup. Satu keunikan dalam sebuah kisah,

Kesabaran hteri Aias Kefakiran Suaminya — 349 Kesabaran hteri Aias Kefakiran Suaminya — 349

Pernah pula diceritakan, bahwa ada seorang raja yang ditemani oleh perdana menterinya melewati sebuah rumah seperti gua, yang didalamnya terdapat cahaya api. Lalu ia menuju ke arah cahaya tersebut dan mendapat- kan seorang laki-laki sedang membuat baju sambil bersandar pada tanah yang lebih tinggi. Diantara kedua tangannya terdapat makanan yang sedikit sekali dalam tembikar (barang pecah belah dari tanah liat). Sementara sang isteri sangat menghormati suaminya, seperti penghormatan yang diberikan kepada para raja. Sedangkan sang suami pun menghormati isterinya, seperti penghormatan yang diberikan kepada pemimpin wanita. Maka sang raja menginginkan keadaan seperti mereka berdua juga dapat di alami oleh dirinya, seraya berkata: "Sungguh benar apa yang dikatakan oleh orang- orang shalih, bahwa mereka hidup dalam kenikmatan. Seandainya para raja mengetahui akan kenikmatan itu, niscaya orang-orang shalih itu akan di- bunuh karena merasa iri dengan kenikmatan tersebut."

Dari 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha, ia berkata:

"Belum pernah keluarga Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam kenyang makan roti gandum selama dua hari berturut-turut sampai meninggal dunia."

Pernah ditanyakan kepada Sahal bin Sa'ad: "Apakah Nabi pernah me- makan 'anniqyu' (roti kasar yang gandumnya belum di haluskan)? Sahal

350 — Kado Perkawinan 350 — Kado Perkawinan

Anas bin Malik, salah seorang pelayan di rumah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata: "Aku belum pernah melihat beliau membeda- kan antara roti yang lebar dan yang tipis, sampai beliau meninggal dunia serta aku tidak pernah melihat beliau menyaksikan kambing panggang di rumahnya dengan mata kepala beliau sendiri" (HR. Bukhari).

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berdo'a:

"Ya Allah, berikanlah kepada keluarga Muhammad rizki yang cukup (tidak melebihi kebutuhan dan tidak kurang). Pada riwayat yang lain, berilah makanan pokok." (HR. Bukhari, Muslim)

Diperoleh dari berbagai riwayat, bahwa bertambahnya kemewahan akan membuat badan seseorang menjadi bertambah gemuk dan jiwa- nya tidak lagi mengalir, hingga membekukan perasaan. Kadang-kadang muncul satu pertanyaan: Faktor apakah yang menyebabkan seseorang bersikap menerima apa adanya? Jawaban dari pertanyaan ini adalah, bahwa sikap tersebut muncul pada diri mereka yang ingin membangun kemuliaan dan memasuki sejarah dengan lembaran-lembaran cahaya yang ber- kilauan. Sebab, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya: "Hindarilah olehmu hidup mewah, karena sesungguhnya hamba- hamba Allah itu bukanlah mereka yang hidup dalam keadaan mewah" (Al Hadits).

Dari hadits tersebut dapat di petik sebuah pelajaran bagi para pemimpin, agar menghindarkan diri dari memakan harta rakyat, yang untuk mendapat- kannya mereka harus menempuh jalan kebatilan. Hadits tersebut juga mengutamakan tentang orang-orang fakir sebagai golongan yang sering merintih karena harus menahan lapar.

Sebenarnya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam mempunyai hak yang sama atas harta rampasan perang yang dapat membuat beliau me- miliki harta yang banyak, sebagaimana mereka yang ikut serta didalam pe- perangan dari golongan kaum muslimin lainnya. Akan tetapi, beliau tidak mau menerimanya. Karena, beliau harus menjaga reputasi diri dan keluarga- nya, agar jangan sampai terlena disebabkan banyaknya harta.

Sebab, tiada dapat terpejam dengan lelap mata wanita kaya yang hanya berpikir tentang kebahagiaan dan hartanya. Juga tiada terpejam mata para

Kesabaran Isteri Atas Kefakiran Suaminya — 351 Kesabaran Isteri Atas Kefakiran Suaminya — 351

Rasulullah sering mengunjungi keluarganya untuk menanyakan per- sediaan makanan kepada mereka. Jika tidak ada, beliau berkata: Aku ber- puasa hari ini, yakni puasa sunnah. Adapun bagi puasa wajib, maka beliau berniat pada malam harinya, yaitu sebelum fajar.

Amirul mukminin Umar bin Khaththab pada suatu hari mendatangi isterinya untuk menanyakan apakah ada persediaan makanan di rumahnya? isterinya menjawab: Kita tidak memiliki apa-apa selain dari potongan roti yang telah kering. Lalu Umar mengambilnya, untuk kemudian menyiram- kan diatasnya sedikir air serta cuka dan memakannya sampai ia merasa kenyang. Kemudian ia berkata: "Allah tidak memberkati orang yang urus-an perutnya menyebabkan ia masuk neraka."

Alangkah baiknya jika pada saat pasangan suami isteri tengah mem- bicarakan mengenai masalah perkawinan —yang Islami—juga diselipkan didalamnya dengan mewasiatkan perkataan sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi tersebut. Dengan harapan, agar bisa menjalankan hidup secara sederhana dan membatasi pengeluaran rumah tangga. Berapa banyak sikap pemborosan yang menjadi sebab bagi terjadinya kesengsaraan keluarga, menjerumuskan kedalam beban hutang dan menceraikan individu yang ada didalamnya serta memisahkan suami isteri akibat dari mencari keridhaan manusia dan kecintaannya terhadap popularitas yang mengandalkan ke- banggaan diri semata.

Dari Ali Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: "Fathimah (isteri Ali) Radhi- yallahu 'Anha mendatangi Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam untuk mengadukan tentang suatu peristiwa yang ia dengar dari pemimpin suatu kaum. Sedangkan pada saat itu Nabi tengah menerima tamu seorang budak. Maka, Fathimah tidak dapat bertemu dengan beliau. Kemudian Fathimah menyampaikan pengaduannya kepada 'Aisyah. Ketika Nabi selesai me- nerima tamu, maka 'Aisyah memberitahukan kepada beliau apa yang di pesankan oleh Fathimah. Ali berkata: Maka Nabi pun mendatangi kami, yang pada saat itu kami telah berada di tempat tidur. Lalu kami hendak bangun untuk menyambut kedatangan beliau. Akan tetapi beliau berkata: Tetaplah di tempat kalian berdua. Lalu beliau duduk diantara aku (Ali) dan Fathimah. Sehingga aku mendapati kain penutup kaki beliau ada di atas perutku. Lalu beliau berkata: Maukah kalian aku tunjukkan pada kebaikan dari apa yang kalian tanyakan? Yaitu, jika kalian hendak tidur atau jika

352 — Kado Perkawinan 352 — Kado Perkawinan

Asma' binti Abubakar Radhiyallahu 'Anha berkata: Bahwa Zubair me- nikahiku, sementara ia tidak mempunyai kekayaan dan tidak juga mempu- nyai sesuatu, kecuali kuda dan onta yang dipergunakannya untuk mencari nafkah. Maka aku pun ikut memberi makan kudanya. Menurut riwayat Imam Muslim di tambahkan dengan kalimat: Bahwa aku (Asma') ikut me- rawat kuda dan ontanya serta memberi minum dan mengikat timbanya dengan marjan.

Diceritakan dari Nabi Ibrahim 'Alaihissalam, bahwasanya beliau me- ngunjungi anaknya, yaitu Nabi Ismail 'Alaihissalam di kota Makkah. Akan tetapi, beliau tidak mendapatkannya. Kemudian Nabi Ibrahim bertanya kepada isteri dari Nabi Ismail tentang keadaan suaminya (Nabi Ismail). Lalu sang isteri menjawab: Ia bekerja untuk menghidupi kami. Kemudian Nabi Ibrahim bertanya kepada isteri Nabi Ismail tentang kehidupan dan keadaan mereka. Lalu isteri Nabi Ismail mengadu kepada bapak mertuanya (yangmana ia tidak mengetahui kalau yang datang itu adalah Nabi Ibrahim, mertuanya): Bahwa mereka berdua tengah di landa kesulitan. Maka Nabi Ibrahim berpesan kepadanya: Jika suamimu datang dari tempat kerjanya, maka ucapkanlah salam untuknya dan sampaikan kepadanya agar ia meng- ganti pintu rumahnya. Ketika Nabi Ismail datang, seakan-akan ia melihat sesuatu, lalu bertanya kepada isterinya: Apakah ada seseorang yang datang? Isterinya menjawab: Ya, kita didatangi oleh seorang kakek, yangmana ia menanyakan tentang keadaanmu dan aku memberitahukan kepadanya. Ia juga menanyakan kepadaku bagaimana kehidupan kita dan aku juga mem- beritahukan kepadanya bahwa kita tengah berada dalam keadaan susah. Nabi Ismail bertanya lagi: Apakah orang tersebut mewasiatkan sesuatu kepadamu? Isterinya berkata: Ia memerintahkan kepadaku agar aku meng- ucapkan salam kepadamu. Lalu ia juga berpesan agar engkau mengganti pintu rumah. Kemudian Nabi Ismail berkata: Orang itu adalah bapakku dan beliau telah memerintahkan kepadaku —melalui pesannya yang beliau sampaikan melalui dirimu— untuk menceraikan engkau. Kemudian Nabi Ismail menceraikan isterinya dan menikah dengan wanita lain.

Kemudian Nabi Ibrahim 'Alaihissalam pergi ke Palestina sesuai dengan kehendak hatinya dan beliau tinggal di sana untuk beberapa saat lamanya. Setelah itu, beliau kembali kepada keluarga Ismail dan beliau juga tidak bertemu dengan anaknya, Ismail. Akan tetapi beliau bertemu dengan isteri Ismail dan bertanya tentang keadaan anaknya, Ismail. Isterinya menjawab:

Kesabaran Isteri Alas Kefakiran Suaminya — 353

Bahwa ia sedang pergi untuk mencari nafkah. Lalu Nabi Ibrahim bertanya: Bagaimana kondisi kehidupan kalian? Maka dijawab oleh isterinya: Kami dalam keadaan baik dan berkecukupan seraya memuji nama Allah. Nabi Ibrahim bertanya lagi: Apa yang menjadi makanan kalian? Isteri Nabi ismail menjawab: Daging. Beliau bertanya lagi: Apa yang menjadi minuman bagi kalian? Isteri Nabi Ismail menjawab: Air. Kemudian Nabi Ibrahim meng- angkat kedua tangannya seraya berdo'a: "Ya Allah, berkahilah mereka dengan daging dan air yang mereka makan." Kemudian beliau berkata: Wahai isteri Ismail, apabila suamimu nanti pulang, maka sampaikan salam- ku kepadanya dan juga sampaikan pesanku agar ia menetapkan pintu rumahnya. Ketika Nabi Ismail datang, ia bertanya kepada isterinya: Ada- kah seseorang yang datang kepadamu? Isterinya menjawab: Ya, telah datang kepada kita orang tua yang beperangai baik dan aku sangat memuji atas kebaikannya. Kemudian ia menanyakan tentang keadaanmu, lalu aku beri- tahu. Kemudian ia menanyakaan tentang kondisi kehidupan kita. Lalu aku beritahu, bahwa aku dalam keadaan baik. Lalu Nabi Ismail bertanya: Apa- kah orang itu menitipkan pesan mengenai sesuatu kepadamu? Ia menjawab: Ya dan ia menitipkan salam untukmu serta memerintahkan kepadamu untuk menetapkan pintu rumahmu. Kemudian Nabi Ismail berkata kepada isteri- nya, bahwa yang datang tadi adalah bapakku dan engkaulah gerbang pintu yang dimaksudkan oleh beliau. Artinya, beliau memerintahkan aku untuk menjagamu.

Berkaitan dengan cerita yang unik ini, lalu muncul sebuah pertanyaan dalam hati sebagian dari kita, bahwa apakah wajib seorang anak itu men- ceraikan isterinya atas permintaan dari sang bapak atau sang ibu? Jawabnya adalah, bahwa permasalahan ini tidak dilihat secara mutlak, akan tetapi dilihat dahulu tentang siapa bapak ataupun ibunya yang memerintahkan untuk bercerai itu. Apabila bapaknya seorang hakim yang suci, jauh dari pengaruh hawa nafsu, maka harus di ikuti perintahnya. Dahulu Umar bin Khaththab pernah meminta kepada puteranya untuk menceraikan isterinya. Dengan segera sang anak pun menceraikan isterinya. Akan tetapi, apakah orang tua itu semua kedudukannya sama dengan hikmah orang yang mulia ini? Jawabnya tentu tidak. Allahu A'lam. •:‡

354 — Kado Perkawinan