MAHAR DAN KEWAJIBAN MENUNAIKANNYA

MAHAR DAN KEWAJIBAN MENUNAIKANNYA

Allah Subahanahu wa Ta'ala berfirman didalam Al Qur'an:

"Berikanlah mas kawin (mahar) kepada wanita yang kamu nikahi sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepadamu sebagian dari mas kawin yang telah engkau berikan dengan senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu sebagai makanan yang lezat lagi baik akibatnya. " (An Nisa' 3)

Pada pembahasan kali ini seyogyanya kita mengetahui, bahwa mas kawin itu adalah hak bagi wanita (isteri) untuk menguasainya, sebagaimana ia menguasai hartanya sendiri. Sedangkan suaminya tidak berhak mengua- sai seluruh atau sebagian dari harta tersebut, juga tidak berhak memaksa isterinya untuk memberikan kepadanya, sedikit maupun banyak. Sesung- guhnya seorang suami berkewajiban menyediakan tempat tinggal, pakaian dan nafkahnya. Berbeda dengan apa yang berlaku pada saat ini, kecuali ia memberikan dengan senang hati.

Kebanyakan dari perlakuan seorang suami terhadap isterinya saat ini adalah seperti membebani keluarga isterinya dengan membeli berbagai jenis pakaian, perabot rumah tangga dan hadiah, yang merupakan perbuat- an mengambil harta manusia dengan cara ilegal dan suatu pelanggaran terhadap syari'at Allah. Perbuatan itu juga merupakan suatu perlakuan

Mahar dan Kewajiban Menunaikannya — 97

yang tidak bisa diterima oleh seorang yang memiliki kemuliaan dan ke- ikhlasan atau oleh seorang yang percaya kepada Allah dan hari kiamat.

Sesungguhnya kebanyakan dari para pemuda dan suami menuntut diri- nya agar mampu menyiapkan ini dan itu, sehingga berbalik memaksa ke- luarga isterinya untuk membelanjakan maharnya (isteri) dan segala yang dimilikinya. Terkadang mereka (keluarga isteri) menanggung hutang yang banyak. Karena itu, segala persiapan yang dilakukan tidak akan membawa- kan berkah. Sebab, jiwanya tidak merasa senang dengan apa yang telah terjadi, dimana sang suami dengan kelalimannya berarti telah melakukan pemaksaan terhadap apa yang bukan haknya.

Sudah menjadi kebiasaan dibanyak negara muslim, bahwa seorang isteri harus melengkapi segala kebutuhan dengan menggunakan maharnya Hal itu bisa ditolelir jika sang isteri melakukannya dengan senang hati dan terlepas dari unsur pemaksaan. Dalam masalah ini diwajibkan untuk tidak berlebih- lebihan didalam membelanjakan harta dengan maksud menyom-bongkan diri, berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala berikut ini yang artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang berlaku sia-sia itu me-rupakan saudara dari syaitan dan sesungguhnya syaitan itu banyak ber-buat kufur terhadap Rabbnya. "

Orang-orang yang memaksakan diri memiliki segala perabotan yang disepuh emas dan berusaha memiliki bejana dari emas serta perak hanyalah mengikuti jalan syaitan dan telah menghalalkan untuknya sesuatu yang telah dilarang oleh Rassulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, seperti ter-tera di dalam sabda beliau yang artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang makan dan minum dengan menggunakan bejana yang terbuat dari emas dan perak sama seperti menyalakan api Jahannam didalam perutnya" (Al Hadits).

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman didalam Al Qur'an: "Dan jika salah seorang diantara kalian berkeinginan untuk meng-

gantikan isteri-isteri kalian dengan isteri yang lain, sedang kalian telah memberikan kepada mereka harta yang banyak, maka janganlah kalian mengambil kembali daripadanya sedikit pun. Apakah kalian akan mengambilnya kembali dengan jalan menebarkan tuduhan dusta dan dengan menanggung dosa yang nyata ? " (An Nisa' 20)

98 — Kado Perkawinan

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:

"Syarat yang lebih hak untuk kalian penuhi adalah syarat yang dengannya kalian menghalalkan farji (isteri) kalian." (HR. Bukhari, Muslim)

Beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam juga bersabda: "Laki-laki mana saja yang menikahi seorang perempuan dengan sedikit atau banyak mahar dan ia tidak memberikan kepada isterinya apa yang seharusnya menjadi haknya, maka sungguh ia telah menipunya. Apabila sampai ajal merenggut nyawanya ia masih belum juga memberikan haknya, maka ia akan men-jumpai Allah pada hari kiamat kelak dalam keadaan (sebagaimana keadaan seorang) pezina." (HR. Thabrani dengan sanad sahih)

Khutbah Nikah dan Do'anya

Dianjurkan untuk berkhutbah sebelum dilangsungkan akad yang di-mulai dengan memuji kepada Allah Subhanahu wa Ta 'ala dan menghatur-kan shalawat atas diri Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Adapun rangkaian dari khutbah tersebut adalah sebagai berikut ini, yang artinya: "Segala puji hanya milik Allah. Kami memuji-Nya, berserah diri kepada- Nya dan memohon ampunan hanya kepada-Nya. Kami juga berlindung kepada Allah dari kejahatan yang ditimbulkan oleh diri sendiri dan dari segala apa yang telah kami perbuat. Barangsiapa diberi hidayah oleh Allah, maka tidak ada seorang pun yang mampu untuk menyesatkannya. Sedang bagi siapa yang telah disesatkan oleh Allah, maka tiada seorang pun yang mampu untuk memberinya hidayah (petunjuk). Aku bersaksi, bahwa tiada Ilah yang patut untuk disembah kecuali Allah, Dia Maha Esa dan tiada sekutu bagi-Nya. Aku juga bersaksi, bahwa sesungguhnya Muhammad adalah hamba sekaligus utusan-Nya."

Kemudian membaca firman Allah Subhanahu wa Ta'ala berikut ini:

"Wahai manusia, bertaqwalah kalian kepada Allah, Rabb yang telah menciptakan kalian dari diri yang satu, yang daripadanya Allah men-

Mahar dan Kewajiban Menunaikannya — 99 Mahar dan Kewajiban Menunaikannya — 99

Kemudian membaca firman Allah Subhanahu wa Ta'ala berikut ini:

"Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kalian kepada Allah dan ucapkanlah kata-kata yang benar. Niscaya Allah akan mem- perbaiki amalan kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. Barang- siapa bersikap patuh terhadap Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh ia telah memperoleh keberuntungan yang nyata lagi besar. " (Al Ahzab 70-71)

Kemudian khatib menyebutkan hajatnya, seperti berkata: "Bahwa ke- datangan rombongan pengantin laki-laki mendatangi kalian (tuan rumah dari pihak perempuan) karena menyukai seseorang dari wanita kalian, yaitu Fulanah atau dengan menggunakan kalimat semisal lainnya."

Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah bersabda:

"Setiap khutbah yang tidak terdapat bacaan syahadat di dalamnya, laksana tangan yang buntung." (HR. Tirmidzi dan beliau menghasan-kannya) ‡

100 — Kado Perkuwinan

BAB. 5 BEBERAPA NASIHAT SEBELUM PERNIKAHAN NASIHAT ORANG TUA KEPADA ISTERI DAN ANAKNYA

Disunnahkan bagi orang tua menasihatkan tentang kebaikan kepada se-orang isteri (dari anak laki-lakinya). Anas bin Malik Radhiyallahu 'Anhu meriwayatkan, bahwa para sahabat RasuluIIah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam jika mengantarkan pengantin wanita kepada suaminya, maka mereka me- nyuruhnya (pengantin wanita) untuk berkhidmat dan menjaga hak suami- nya.

Nasihat Bapak Kepada Puterinya Menjelang Pernikahan

Abdullah bin Ja'far bin Abi Thalib menasihati puterinya untuk men-jauhi rasa cemburu yang berlebihan, karena hal itu merupakan kunci (awal) dari sebuah perceraian. Di samping itu, ia (Abdullah) juga menasihatkan untuk menjauhi sikap banyak mencela, karena hal itu akan melahirkan kebencian. Juga menganjurkan untuk memakai celak mata, karena merupa-kan hiasan yang terindah. Serta gemar untuk melaksanakan sesuatu yang sangat digemari oleh Rasulullah seperti mandi dan mengenakan wewangian.

Ketika Farafishah bin Al Ahwash mengantarkan puterinya menuju rumah Amirul Mukminin 'Utsman bi 'Affan untuk dinikahkan denganya, ia menasihati puterinya: "Wahai anakku, sesungguhnya engkau akan meng- hadapi wanita-wanita Quraisy (sebagai saingan) yang lebih mampu berhias daripadamu. Untuk itu, jagalah nasihat dariku akan dua hal. Pertama, hen- daknya engkau senantiasa memakai celak dan membersihkan diri dengan air (mandi serta memakai wewangian), sehingga aroma dirimu tidak seperti bau yang ditimbulkan oleh geriba (tempat air yang terbuat dari kulit) yang terkena hujan (hingga mengeluarkan bau yang tidak sedap).

Nasihat Orang Tua Kepada Isteri Anaknya — 103

'Amr bin Hajar, seorang raja dari daerah Kindah melamar Iyaas Binti ' Auf bin Musallam Al Syaibaani. Ketika telah tiba waktu pernikahan, ibu-nya —yaitu Umamah binti Harits— menemui dirinya dan menasihatkan kepadanya tentang dasar-dasar dari kehidupan perkawinan yang bahagia serta hal-hal yang wajib dilaksanakannya untuk sang suami. Juga tentang sesuatu yang pantas dijadikan sebagai aturan atau pegangan untuk seluruh wanita muslimah. Lalu ia (sang ibu) berkata: "Wahai anakku, sesungguh-nya engkau akan memisahkan diri dari tempat dimana engkau dahulu di-lahirkan dan engkau telah berjanji untuk menempati kehidupan dimana didalamnya terdapat kehancuran bagi yang lalai dan pertolongan bagi yang berpikir. Walaupun tidak dapat dipungkiri terdapat wanita yang tidak mem-butuhkan nafkah dari suaminya, karena kekayaan yang dimiliki oleh orang tuanya dan mereka (kedua orang tuanya) masih menyayanginya. Akan te-tapi, pada dasarnya wanita (isteri) itu diciptakan untuk laki-laki (suami) dan laki-laki diciptakan untuk wanita. Wahai anakku, sesungguhnya engkau memisahkan diri dari lingkungan di mana engkau dilahirkan dan engkau masuk kedalam lingkungan yang belum pernah engkau ketahui serta pen-damping yang belum engkau kenal. Dengan kekuasaannya ia menjadi pe-ngawal dan pelindung bagimu. Maka jadikanlah dirimu sebagai hamba, niscaya ia akan menjadi hamba untukmu dan jagalah darinya perilakumu yang akan menjadi perbendaharaanmu."

Pertama: "Rendah hati dengan menerima apa saja yang diberikan oleh suami dan mendengarkan perkataan serta menaatinya."

Kedua: "Mencari tahu akan segala sesuatu yang ia senangi, agar tidak memberikan kesan menyia-nyiakan dan tidak menebarkan aroma kecuali aroma yang wangi."

Ketiga: "Mengingatkan akan kegiatan serta waktu istirahatnya. Sebab, terus-menerus berada dalam keadaan lapar (bekerja) dan sulit tidur me- rupakan penyebab dari kemarahan dan berkurangnya kemesraan."

Keempat: "Menjaga harta dan nama baik keluarga. Karena, orang yang terbaik mengurus harta adalah siapa yang mampu mengukur dengan baik dan dalam akan masalah keluarga serta mampu mendidik anggota keluarga dengan baik."

Kelima: "Jangan menentang perintahnya (selagi masih berada pada jalur yang dibenarkan oleh syari'at) dan jangan membuka rahasia yang ada diantara kalian berdua. Karena, jika engkau menentang perintahnya, maka sama saja artinya engkau mengundang kemarahannya dan jika engkau mem- buka rahasianya, maka berarti engkau telah menghianatinya. Kemudian hindarilah sikap bersenag-senang sementara ia sedang dalam keadaan ber-

104 — Kado Perkawinan 104 — Kado Perkawinan

Seorang laki-laki menikahkan puterinya dengan salah seorang dari ke- menakannya. Ketika ia ingin menasihatkan sesuatu kepada anaknya, maka ia akan berkata kepada ibunya: "Perintahkanlah kepada anakmu untuk tidak memasuki kamar, kecuali senantiasa membawa air. Karena, air pada tempat yang tinggi menjadi jernih dan pada tempat yang rendah ia menjadi bersih (artinya, selalu dibutuhkan bagi pasangan suami isteri ketika berhubungan badan). Juga supaya tidak selalu mengajak suaminya untuk tidur berbaring. Karena, jika badan merasa jenuh, maka akan merasa jenuh pula hatinya. Disamping itu, yang terpenting adalah tidak menghalangi (menolak) ke- inginan suaminya untuk tidur bersama (melaksanakan hubungan badan). Karena, hal itu merupakan kebutuhan yang harus disalurkan."

Abu Aswad berkata kepada anaknya: "Jauhilah kecemburuan yang ber- lebihan. Karena, hal itu merupakan kunci perceraian. Disamping itu, ber- hiaslah. Karena, hiasan yang indah adalah mengenakan celak pada mata dan sebaik-baiknya kebajikan adalah menyempurnakan wudhu'."

Penulis telah menasihati para wanita cantik beserta anak-anak mereka, agar memperbanyak membasuh wajah berkali-kali pada setiap harinya dengan menggunakan air dingin. Oleh karena itu, alangkah besarnya hikmah wudhu' yang telah disyari'atkan Allah!

Disini juga penulis sebutkan mengenai nasihat Ummu Khubaitsah ke- pada anaknya, yang diungkapkannya dengan cara bersenda gurau sembari mengambil pelajaran yang sangat berharga darinya. Yaitu: "Cabutlah mata tombaknya. Jika ia senang, maka cabutlah giginya. Jika ia senang, pecah- kanlah tulangnya dengan pedangnya. Jika ia suka, maka potonglah pelana diatas punggungnya. Hanya saja, itu semua adalah pelindungnya."

Nasihat Seorang Paman kepada Kemenakannya

'Utsman bin 'Anbasah bin Abi Sufyan melamar puteri pamannya — 'Utbah—. Maka pamannya pun mendudukkan ia disisinya sambil meng-usap rambutnya, kemudian berkata: "Engkau adalah keluarga terdekat, orang tercinta yang melamar puteriku. Aku tidak dapat menolakmu dan aku tidak mendapatkan alasan yang dapat dibenarkan untuk melakukan hal itu terhadapmu. Karenanya, telah aku nikahkan kalian berdua dan engkau lebih mulia darinya. Akan tetapi, ia lebih dekat dihatiku daripada engkau. Untuk itu, hormatilah ia sehingga mencegah lisanku dari mengingatkanmu. Janganlah engkau menghinanya sehingga derajatmu menjadi jatuh disisiku dan aku telah mendekatimu karena kedekatanmu denganku. Oleh karena itu, janganlah engkau jauhkan hatiku dari hatimu."

Nasihat Orang Tua Kepada Isteri Anaknya — 105

Nasihat Seorang Suami Kepada Isterinya

Abu Darda' memberikan nasihat kepada isterinya, yang ia ungkapkan melalui sebuah sya'ir:

"Mintalah maaf kepadaku...niscaya cinta akan abadi Dan janganlah engkau mempermainkan cinta kita Sebagaimana engkau memukul dufur (rebana) satu kali Karena...engkau tidak tahu Bagaimana keadaan suami yang kehilangan isterinya Dan janganlah banyak mengeluh Karena hal itu akan mengundang rasa enggan kepadamu Sebab hati itu mudah berubah. Sesungguhnya aku melihat dihati ini ada cinta dan kekuatan Jika keduanya bersatu Maka cinta pun tidak akan hilang." •:•

106 — Kado Perkawinan