KEWAJIBAN BERHEMAT

KEWAJIBAN BERHEMAT

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman didalam Al Qur'an:

"Makan dan minumlah kalian, akan tetapi janganlah berlebih- lebihan."(AlA'raf31)

Alangkah sangat menggetarkan perasaan ayat yang mulia ini. Yang juga mengandung hikmah serta nasihat bagi manusia untuk menjaga ke- sehatan, melalui cara tidak berlebih-lebihan dalam segala hal. Sebab, tiada persoalan yang lebih menyakitkan bagi manusia, kecuali didasari oleh sifat berlebih-lebihan. Ayat ini dengan tegas telah melarang manusia yang ber- iman untuk memiliki sifat berlebih-lebihan, yang tidak terbatas pada per- soalan makan dan minum saja. Karena, berlebih-lebihan itu membahaya- kan setiap aspek kehidupan, khususnya dalam masalah seks (bersenggama).

Allah Subhanahu wa Ta'ala juga pernah berfirman: "Dan orang-orang yang apabila membelanjakan harta, mereka tidak

berlebih-lebihan dan tidakpula berlaku kikir. Adalah pembelanjaan itu di tengah-tengah, yaitu antara keduanya. " (Al Furqan 67)

Dari Jabir Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata; bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:

Kewajiban Berhemat — 345

"Satu kasur untuk suami, satu kasur untuk isterinya, kasur yang ke- tiga untuk tamu dan yang keempat untuk syaitan." (HR. Muslim)

Imam An Nawawi berpendapat: "Adapun bagi pasangan suami isteri yang mempunyai kasur lebih dari satu (banyak), maka dalam hal ini tidak dilarang. Karena, sewaktu-waktu apabila mereka membutuhkan kasur yang lain, yaitu ketika salah seorang dari keduanya (suami isteri) itu dalam ke- adaan sakit atau yang lainnya, maka kasur cadangan dapat di gunakan untuk menghindari hal-hal yang tidak di inginkan."

Sebagian ulama menjadikan hadits tersebut sebagai dalil yang menyata- kan, bahwa seorang suami tidak diwajibkan tidur bersama isterinya dalam satu kasur. Akan tetapi, hendaknya ia (suami) tidur sendiri pada kasur yang lain. Dalil seperti ini merupakan dalil yang dha'if. Sebab, bersatunya suami isteri dalam satu kasur itu adalah lebih utama untuk dilaksanakan. Itulah contoh dari apa yang biasa dikerjakan oleh Rasulullah.

Muhammad Sidiq Hasan, salah seorang pemimpin dan ulama dari India berpendapat didalam kitabnya yang berjudul Ad Diin Al Khaalish Juz. IV, hal. 536, yang berhubungan dengan pemahaman tentang makna hadits ter- sebut. Yaitu, bahwa yang dimaksudkan oleh pengertian hadits tersebut ada- lah, apabila seseorang diantara kita tidak memiliki kasur sebagai tempat tidur, sementara yang lain memilikinya sampai lebih dari tiga pasang, maka hal itu sangat membahayakan bagi terjadinya kesenjangan.

Hadits diatas memberikan gambaran kepada kita, bahwa makruh hukum- nya menambah dan menumpuk segala sesuatu secara berlebihan. Disamping itu, juga memberikan petunjuk bagi mereka yang memang membutuhkan untuk membeli atau menyimpan secukupnya saja. Jika sampai apa yang tersedia berlebihan, maka itu menjadi bagian dari syaitan untuk mengena- kannya. Karena, perbuatan seperti itu akan menyebabkan timbulnya sifat sombong dan ingin dipuji.

Inilah yang dimaksudkan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam melalui hadits tersebut, agar memberi petunjuk kepada umatnya untuk tidak berlebih-lebihan dalam urusan keduniaan dan berusaha untuk hidup secara hemat. Manusia pada umumnya melampaui batas karena memiliki sifat berlebih-lebihan, sehingga salah satu dari mereka menumpuk berbagai macam barang sampai melebihi batas kewajaran. Semuanya itu menjadikan mereka —baik laki-laki maupun wanita yang hidup bermewah-mewahan— memiliki berbagai jenis asesoris atau perhiasan dalam jumlah yang sangat banyak. Sebab, setiap waktu dari kehidupan keseharian mereka hanya di isi

346 — Kado Perkawinan 346 — Kado Perkawinan

Tidak dapat diragukan lagi, bahwa perhatian mereka kepada berbagai jenis perhiasan yang mewah mengakibatkan mereka memasuki batas ber- lebih-lebihan dan mubadzir (sia-sia), yang kemudian memasukkan mereka pada golongan orang-orang yang telah termakan oleh bujuk rayu syaitan. Sebab, mereka mengeluarkan harta yang mereka miliki —baik itu mereka peroleh dari hasil yang halal maupun haram— secara berlebih-lebihan. Sementara pada waktu yang bersamaan orang-orang fakir dari golongan mereka sendiri tengah sangat membutuhkan apa yang mereka hambur- hamburkan itu untuk sekedar menutupi 'aurat mereka.

Seandainya mereka mau menyumbangkan sedikit dari kelebihan harta mereka itu untuk membantu saudara-saudaranya yang tengah membutuh- kan pertolongan, niscaya mereka akan mendapatkan (berhak atas) pahala yang besar dan mereka termasuk golongan orang yang disebutkan didalam firman Allah sebagai penghuni surga. Karena, mereka telah bertolong- tolongan atas kebaikan dan taqwa. Akan tetapi, pada kenyataannya, sejauh mana mereka mempertimbangkan akan hal itu?

Ibnu Sa'ad meriwayatkan dari Atha bin Saaib, ia berkata: "Setelah Abubakar dibai'at, kemudian ia berpakaian dan pergi ke pasar. Lalu Umar bertanya: Engkau mau kemana? Abubakar menjawab: Ke pasar. Lalu Umar bertanya lagi: Apa yang hendak engkau perbuat disana, sedang engkau telah diserahi untuk menyelesaikan perkara kaum muslimin. Abubakar menjawab: Itu benar, akan tetapi aku juga mempunyai keluarga yang harus aku cukupi semua kebutuhannya, lalu dari mana aku memberi makan ke- luargaku jika aku tidak ke pasar? Umar menjawab: Abu 'Ubaidah yang akan memberimu. Maka mereka berdua berangkat kepada Abu 'Ubaidah. Se- sampainya disana, Abu 'Ubaidah berkata: Aku akan memberimu makanan dari orang Muhajirin yang kualitasnya tidak terlalu baik dan tidak terlalu buruk serta beberapa potong pakaian untuk musim panas dan musim dingin. Apabila engkau telah berhenti dari jabatan ini, maka engkau harus mengembalikannya untuk kemudian diberikan kepada yang lain. Maka Abubakar dan Umar memberikan setengah daging kambing setiap hari untuk menebus apa yang telah diberikan kepadanya dari sesuatu yang ia pakai dan yang ia masukkan kedalam perut (dimakan)."

Imam Thabrani meriwayatkan didalam kitabnya, dari Hasan bin Ali bin Abi Thalib, dimana ia berkata: "Ketika Abubakar menemui 'Aisyah, ia berkata kepadanya: Wahai 'Aisyah, lihatlah onta yang kita minum susunya

Kewajiban Berhemat — 347 Kewajiban Berhemat — 347

Ali Radhiyallahu 'Anhu berkata: 'Tatkala kami duduk bersama Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, tiba-tiba muncul di hadapan kami Mus'ab bin 'Umair yang tidak membawa apa-apa kecuali selimut yang dilapisi oleh bulu binatang. Lalu Nabi mengajukan sebuah pertanyaan kepada Mush'ab bin 'Umair, yaitu: Bagaimana menurut pendapatmu jika salah seorang di antara kalian hendak menuju pada suatu tempat, kemudian ia singgah di tempat yang lain, sambil diletakkan kain yang dibawa oleh Mush'ab di antara kedua tangannya satu lembar dan yang lain mengangkatnya? Ke- mudian Nabi melanjutkan pertanyaannya: Apakah kalian hendak menutupi rumah kalian sebagaimana tertutupnya Ka'bah? Mereka menjawab: Ya Rasulullah, pada saat ini kami merasa lebih baik dari kemarin, dimana kebutuhan kami pada hari ini sudah terpenuhi dan kami datang kemari khusus berkonsentrasi untuk beribadah. Lalu beliau berkata: Akan tetapi, masih banyak orang-orang yang pada saat ini tengah disibukkan oleh urusan keduniaannya, hingga mereka dengan sengaja melupakan jihad dan melalaikan kewajiban-kewajibannya. Mereka tenggelam dalam kesenangan duniawi sehingga datang kepada mereka suatu penyakit, dimana diantara mereka sendiri saling bertengkar dan menjadi lemah. Sehingga membuat musuh-musuh mereka menguasai mereka dan membuat negeri mereka menjadi berantakan. Dengan berbuat begitu, sungguh mereka telah menyia- nyiakan dunia serta agama yang mereka anut secara bersamaan dan itu merupakan kerugian yang sangat nyata. Jika pada waktu pagi menjelang kalian bangun dan menghirup udara segar, kemudian keluar untuk mencari nafkah, sementara kesehatanmu pada pagi itu terasa prima dan kalian me- miliki bekal makanan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pada hari itu, maka kalian akan merasa seakan-akan dunia ini dan seluruh isinya sudah dipersiapkan untuk kalian." ‡

348 — Kaclo Perkawinan