SYARI’AT NIKAH

SYARI’AT NIKAH

Ada seorang sahabat yang sepanjang hidupnya mengabdi kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallatn dan bermalam disisi beliau untuk memenuhi perintah jika Rasulullah mempunyai suatu keperluan. Maka Rasulullah pun bertanya kepadanya: "Apakah engkau tidak ingin menikah?" Ia menjawab: "Wahai Rasulullah, aku ini orang yang fakir dalam hal uang dan tidak me- miliki apa-apa serta aku telah menghabiskan waktuku untuk mengabdi kepadamu." Kemudian beliau diam. Lalu mengulangi pertanyaan tersebut untuk kedua kalinya dan kembali ia menjawabnya dengan jawaban yang sama pula.

Setelah kejadian itu, sahabat tersebut berpikir dan berkata didalam hati- nya: "Demi Allah, bagiku Rasulullah mengetahui apa yang baik bagi dunia dan akhiratku serta apa yang mendekatkanku kepada-Nya. Jika beliau me- ngatakan kepadaku untuk ketiga kalinya, maka akan aku laksanakan. Ke- mudian Rasulullah bertanya kepadanya untuk yang ketiga kalinya: "Apa-kah engkau tidak ingin menikah?" Maka ia menjawab: "Wahai Rasulullah, nikahkanlah aku."

Lalu beliau berkata: "Pergilah ke Bani Fulan dan katakan bahwa Rasu- lullah memerintahkan kepada mereka untuk mengawinkan engkau dengan salah seorang pemudi mereka." Ia berkata: "Wahai Rasulullah, aku ini tidak mempunyai apa-apa (tidak memiliki harta sebagai mahar pernikahan)." Maka Rasulullah pun berkata kepada para sahabatnya untuk mengumpul- kan emas seberat satu bawwah (yang berjumlah kira-kira 60 Lira Suriah). Mereka pun mengumpulkan sesuai dengan apa yang diminta oleh beliau dan pergi dengannya kekaum tersebut. Disamping itu, para sahabat juga menyediakan seekor kambing untuk resepsi pernikahannya (HR. Ahmad dengan sanad sahih).

94 — Kado Perkawinan

Kebiasaan pada zaman dahulu —yang pernah berlaku dibeberapa negara— dimana jika seorang pemuda hendak menikah, maka ia melaku-kan akad dan melaksanakan pesta yang cukup sederhana dengan menda-tangkan beberapa teman, saudara dan para tetangga. Kemudian ia akan menyambut mereka dengan duduk sambil memegang torbus (topi dari Turki) yang terbalik. Lalu para tamu yang datang memberikan sesuatu yang ber-nilai sebagai hadiah (kado) bagi sang pengantin. Sang pengantin pun tidak memakai torbusnya yang penuh dengan hadiah itu. Disisi lain, pemuda itu menggunakan hadiah yang ia dapatkan tersebut untuk membayar mahar dan biaya resepsi pernikahannya.

Sesungguhnya dari data-data yang telah penulis peroleh dan kumpulkan menunjukkan, bahwa banyak dari para pemuda/i yang enggan untuk me- masuki kehidupan rumah tangga, setelah menyadari (mengetahui) akan apa yang telah digariskan oleh adat (kebiasaan), yang disebabkan oleh rasa kekhawatiran yang tumbuh didalam rangka bermasyarakat, berpolitik dan dari kebiasaan yang dibawa sejak lahir. Jika umat ini telah meremehkan arti dari suatu pernikahan, maka keburukan yang mengerikan akan tersebar diantara individu yang ada dan akan terjadi semacam pemberontakan yang disebabkan oleh hilangnya budi pekerti serta sedikitnya jumlah keturunan.

Marsyal Betam berpidato dihadapan rakyat Perancis, setelah negara itu dijajah oleh bangsa Jerman: "Ukurlah kesalahan yang terdapat pada diri kalian, yang nantinya dapat memberatkan dalam timbangan amal. Hanya karena tidak menyukai kehadiran anak dan meninggalkan kehidupan ke- luarga serta mengesampingkan keutamaan dan segala hal yang bersifat spiritual, kalian pergi kesegala tempat untuk melampiaskan nafsu syahwat yang kalian miliki. Untuk itu, lihatlah akibat dari kecerobohan kalian yang mengikuti tuntutan syawat."

Sesungguhnya hal yang sangat menyedihkan adalah, apabila seorang pria ingin meminang seorang wanita, lalu bapak dari wanita tersebut langsung meminta mas kawin yang bukan-bukan sebagai persiapan pesta yang mewah. Bahkan sang pria mengira, bahwa tuntutan tersebut adalah sesuatu yang wajar dan harus dipenuhi. Dengan dalih, bahwa bukankah seorang isteri membutuhkan perhiasan, pakaian, rumah mewah yang memiliki ruang makan, ruang tamu, ruang tidur, lemari es, kipas angin dan permadani, bahkan mobil. Itu semua lebih diutamakan daripada untuk biaya perayaan akad dan resepsi perkawinan.

Penulis —dalam hal ini— tidak hendak membicarakan tentang seorang bapak dengan segala tuntutan yang dianggap harus atau sempurna, walau sebenarnya hal itu tidaklah terlalu penting. Akan tetapi, penulis hanya akan

Syari'at Nikah — 95 Syari'at Nikah — 95

Dari Ibnu 'Abbas ia berkata; ketika Ali Radhiyallahu 'Anhu menikahi Fathimah, Rasulullah berkata kepadanya: "Berikanlah ia sesuatu sebagai mahar." Ali menjawab: "Aku tidak mempunyai apa-apa." Maka Rasulullah pun bertanya: "Dimanakah baju perangmu yang terbuat dari besi itu? Beri- kanlah kepadanya sebagai mahar." •:•

96 — Kado Perkawinan