SELALU BERHATI-HATIDAN MENINGGALKAN SIKAP TERBURU-BURU
SELALU BERHATI-HATIDAN MENINGGALKAN SIKAP TERBURU-BURU
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman di dalam Al Qur'an:
"Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu ber- asal dari golonganmu juga. Untuk itu, janganlah engkau mengira, bahwa berita bohong itu buruk bagimu, bahkan ia adalah baik bagi- mu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya dan siapa di antara mereka yang mengambil sebagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong tersebut, maka baginya adzab yang besar. Mengapa di waktu kamu mende- ngar berita bohong itu, orang-orang mukmin dan mukminat tidak berprasangka baik terhadap diri mereka sendiri dan mereka tidak berkata: Ini adalah suatu berita bohong yang nyata." (An Nuur 11-12)
Allah juga berfirman:
Selalu Berhati-hati dan Meninggalkan Sikap Terburu-buru — 519
"Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik —akan tetapi lemah— lagi beriman kepada Allah berbuat zina, maka mereka akan terkena laknat di dunia dan akhirat serta bagi mereka adzab yang sangat pedih. Yaitu, pada hari ketika lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi terhadap apa yang dahulu pernah mereka kerjakan. Pada hari itu, Allah akan memberikan kepada mereka balas- an yang setimpal dengan apa yang telah mereka kerjakan. Tahukah mereka, bahwa Allah-lah Yang Maha Benar lagi Maha Menjelaskan (segala sesuatu menurut hakikat sebenarnya)." (An Nuur 23-25)
Seluruh ayat diatas diturunkan berkenaan dengan 'Aisyah —'Ummul Mukminin— Radhiyallahu Anha, ketika ada suatu golongan pendusta yang menuduhnya berbuat tidak baik dengan salah seorang sahabat Nabi Shalla- llahu 'Alaihi wa Sallam, yaitu Shafwan. Kisah ini dijelaskan secara gamblang di dalam kitab-kitab tafsir dan sejarah. Adapun bagi siapa saja yang ingin mengetahui kebenaran dari berbagai tulisan tersebut, hendaknya merujuk pada beberapa ayat tersebut diatas.
Didalam ayat tersebut terdapat pelajaran dan hikmah bagi para suami — bapak— untuk melindungi keluarga dari memiliki sifat-sifat yang ter-cela, seperti cemburu yang berlebihan (tanpa dasar). Karena, semuanya itu dapat menimbulkan keruntuhan dan kehancuran rumah tangga. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala menghendaki untuk menjadikan peristiwa tuduhan atas isteri Nabi tersebut sebagai contoh, agar kaum mislimin tidak terkejut pada saat mereka mengalami peristiwa dan ujian seperti itu. Jika demikian, maka mereka haruslah bersabar dan bersikap tenang serta me-nyelidikinya terlebih dahulu.
Suatu pepatah yang masyhur mengatakan: "Umat manusia pun me- nuduh isteri Nabi." Maksudnya, jika mereka menuduh yang lainnya, maka tidaklah mengherankan. Seyogyanya kita mengetahui, bahwa orang yang di tuduh itu adalah orang yang terbebas dari hal yang di tuduhkannya, hingga dilaksanakan pengadilan terhadapnya.
Hal yang penting disini adalah, bahwa posisi Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam waspada dan teguh saat menghadapi tuduhan tersebut, sekalipun beliau juga merasa sakit hati. Akan tetapi, beliau bersikap sabar dan tidak
520 — Kado Perkawinan 520 — Kado Perkawinan
Hal yang penting juga untuk diperhatikan adalah sikap sahabat Abu- bakar Ash Shiddiq Radhiyallahu 'Anhu, sekalipun tidak suka akan cobaan berat dan ujian dalam hal yang paling mulia bagi dirinya dan bagi bangsa Arab, yakni kehormatan. karena ia menjadi tauladan (sebagai seorang bapak) yang penyabar dan bijaksana. Dimana ia tidak melakukan suatu kecerobohan dan cemburu buta, seperti karakter orang Arab pada umum- nya. Juga tidak melakukan sesuatu yang mengakibatkan penderitaan, teror dan kejahatan yang menyebabkan bulu kuduk merinding serta tubuh gemetar.
Seyogyanya kita semua memperhatikan, bahwa ayat-ayat pada bagian pertama mengajak untuk membersihkan dan mensucikan jiwa wanita muk- minat yang menerima penyebaran dan penyiaran aib atas dirinya, sebagai- mana juga mengajak agar berbaik sangka terhadap orang-orang yang baik (laki-laki dan wanita). Sedangkan ayat pada bagian kedua mengancam mereka yang menuduh para wanita (yang telah menikah), dengan melaknat mereka serta mendapatkan siksa yang amat pedih.
Sungguh benar. bahwa peristiwa fitnah yang menimpa diri 'Aisyah itu merupakan kebohongan belaka. Akan tetapi, di balik itu terdapat pelajaran dan nasihat yang dapat di petik (sangat bermanfaat). Untuk itu, bagi para isteri, agar menjauhi posisi tersebut semampu mereka.
Dari Sahl Ibnu Sa"ad Al Saidi, ia berkata: Bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallarr datang ke rumah Fathimah, akan tetapi tidak menjumpai Ali di sana. Beiiau bertanya: Di mana sepupuku? Fathimah menjawab: Diantara aku dan dinnya terjadi sesuatu, lalu ia marah kepadaku dan keluar. Kemudian Rasulullah memerintahkan kepada Fathimah untuk mencan suaminya. Fathimah kembali dan mengatakan, bahwa suaminya —Ali— sedan'g tidur di dalam masjid. Maka beliau mendatanginya ke masjid, se- dangkan Ali tengah berbaring di lantai. Sungguh telah luruh sarung yang dikenakannya sampai setengah badan, sehingga beliau melihat debu yang menempel padanya. Lalu Nabi berkata: Wahai Abu Thurab (orang yang berdebu), bangunlah! Sahl berkata: Tiada nama yang lebih disukai olehnya daripada nama atau sebutan tersebut (HR. Bukhari, Muslim).
Sikap Rasulullah yang menyegerakan untuk mendamaikan suami anak- nya (Ali) merupakan pelajaran bagi para wali bagi anak-anak perempuannya. Pada saat sekarang lni. kebanyakan dari mereka jika mendengar peristiwa semisal kejadian yang menimpa pada diri Fathimah tersebut, maka mereka
Stlalu Berhati-hati dan Meninggalkan Sikap Terburu-buru — 521 Stlalu Berhati-hati dan Meninggalkan Sikap Terburu-buru — 521
Terjadinya perbedaan pendapat dalam sebuah rumah tangga itu me- rupakan hal yang biasa terjadi. Dalam hal ini tidak perlu terlalu di risaukan. Bahkan kehidupan perkawinan yang tidak terjadi (mengalami) perbedaan sama sekali, akan mengundang kita untuk membahas serta mempelajarinya lebih lanjut, apa gerangan yang terjadi sebenaraya?
Oleh karena itu, disinilah sebaiknya para wali —dari suami maupun isteri— untuk mengambil bagian (turut berperan) di dalam menyelesaikan perbedaan-perbedaan tersebut secara bijaksana (tidak memihak) dan mem- berikan nasihat yang baik jika suami isteri tersebut tidak mampu untuk menyelesaikannya sendiri (berdua). Sebagaimana kita ketahui dengan jelas dalam tindakan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan ketegaran beliau untuk mendamaikan serta menghilangkan perselisihan melalui cara yang dialirkan dengan senda gurau terhadap menantunya, di mana beliau menyebutnya sebagai Abu Thurab (orang yang berdebu).
Semua itu jika suami isteri tidak mampu untuk menyelesaikan persoalan mereka berdua secara sendiri. Seandaiya Ali tidak keluar dari rumah, maka pastilah Fathimah segera mencari kerelaan dan menghilangkan kemarahan suaminya dengan meminta maaf. Sebab sesungguhnya keluar rumah itu sebaiknya dilakukan pada akhir penyelesaian, bukannya pada saat pertama kali terjadi suatu permasalahan. Semua itu menuntut adanya kebijaksanaan dari kedua belah pihak yang menyangkut hubungan emosional.
Apa yang dilakukan oleh Rasul dengan mengembalikan menantunya ke rumah adalah dengan tujuan untuk mencegah meluasnya sisi perbedaan antara Ali dan isterinya, disebabkan Ali meninggalkan rumah. Hal tersebut sama dengan yang dinasihatkan oleh seorang ilmuwan wanita bernama Elvin Miles, di mana ia berpendapat: "Janganlah berpikir untuk meninggal- kan rumah dan pergi ke rumah orang tua pada saat suami isteri tengah berselisih pendapat."
Pertama kali yang dapat penulis sebutkan dalam penyelesaian pertikai- an ini adalah: "Tidak lari meninggalkan masalah. Sebab, keluarnya isteri atau suami dari rumah ke rumah orang tuanya tidak akan dapat menyelesai- kan masalah yang tengah terjadi. Mereka berdua hanyalah memperlambat suatu kepastian untuk bertemu dan menyelesaikan permasalahan yang tengah terjadi di antara keduanya.
522 — Kado Perkawinan
Perginya seorang isteri untuk kembali ke rumah orang tuanya dapat juga menyebabkan satu kesulitan yang lain. Yaitu, mendorong generasi dibawahnya untuk mengikuti mereka yang telah dianggap lebih matang daripadanya. Jika seorang ibu (dalam hal ini ibu mertua) merasa khawatir terhadap anakanya yang dianggap masih kecil dan merasa bahagia dengan kembalinya sang anak ke rumahnya, maka hal tersebut terkadang men- datangkan bahaya serius yang justru dapat menghancurkan kehidupan per- kawinan anaknya. Begitu pula dengan kepulangan seorang suami yang merasa tersakiti dan putus asa ke rumah orang tuanya, tidak lebih sedikit bahayanya terhadap kehidupan perkawinan mereka berdua.
Hal paling utama yang harus dilakukan oleh suami isteri yang tengah bersengketa adalah, supaya mereka berdua segera mencegah pertikaian yang tengah berkecamuk di antara keduanya di mana pun berada. Jangan- lah melibatkan kedua orang tua atau sahabat (orang ketiga) dalam menye- lesaikan perselisihan yang terjadi antara suami isteri.
Pada kesempatan ini, penulis merasa perlu berbicara secara detail me- ngenai pangkal persoalan yang menyebabkan terjadinya perselisihan di antara suami dan isteri, baik secara langsung maupun tidak langsung, agar dapat di teliti dan memberi manfaat:
l).Bersikap toleran dalam memilih. Ini merupakan sikap yang harus di tempuh oleh suami-isteri bagi teman hidupnya dengan pilihan yang tepat. Seperti yang telah kita bicarakan dengan panjang lebar pada permulaan kitab ini dan menghindari pengaruh sentimentil yang akan membutakan dan membisukan pendapatnya. Juga hendaknya tidak mengambil ke- putusan yang didasari dengan syahwat, kecerobohan serta kekeliruan. Sebab setelah itu akan tampak suatu penyesalan akibat terjadinya per- bedaan dan perselisihan di antara keduanya.
Ini hendaknva dilakukan apabila terjadi guncangan dalam sebuah perkawinan yang telah sempurna (memiliki keturunan) dan telah jelas perbedaan. perselisihan serta pertengkaran yang ada. Untuk itu, maka janganlah sampai keduanya berputus asa dan memaksakan perceraian. Namun, hendaklah keduanya mempercayai masing-masing pihak secara bijaksana dan mencoba untuk secara perlahan berdamai serta berbicara menggunakan kalimat yang baik (benar). Sebab sesungguhnya manusia itu terlekat pada dirinya kebaikan. Seperti dikatakan di dalam sebuah pepatah: "Anakmu akan menurut pada apa yang engkau berikan pada pendidikannya dan suamimu menurut pada apa yang engkau biasakan kepadanya."
Banyak contoh adanya keberhasilan dan kedamaian jika memang baik niatnva. perbuatannya dan bertawakal kepada Allah serta berlin-
Selalu Berhati-hati dan Meninggalkan Sikap Terburu-buru — 523 Selalu Berhati-hati dan Meninggalkan Sikap Terburu-buru — 523
Penulis memiliki seorang teman yang sederhana dan polos. Ia lulus dari sekolah yang tidak mengajarkan kepadanya sedikit pun tentang etika perbuatan, etika pergaulan dan terutama etika terhadap keluarga. Tidak lama kemudian ia menikah dan tidak mempergauli isterinya dengan baik atau memang tidak mengetahui bentuk-bentuk etika per- gaulan seperti ini. Ia selalu bersikap kasar dan menyakiti isterinya. Sang isteri pun kemudian mengadukan persoalan tersebut kepada ibunya, yaitu tentang perlakuan suaminya yang tidak baik kepada dirinya.
Ibunya pun menasihatkan: "Wahai puteriku, ia merupakan suami yang lalai dan ia masih bisa untuk diajak berdamai. Maka dari itu, ber- sabarlah dan berikan kepadanya pengertian serta nasihat sedikit demi sedikit, semoga akan terjadi kebaikan di antara kalian berdua." Mendengar apa yang dinasihatkan oleh sang ibu, maka sang anak pun mengikuti sarannya. Hingga terciptalah kebahagiaan serta kebaikan pada pernikah-an yang tengah dijalaninya. 2). Sikap egois yang ada pada salah satu pihak atau keduanya. Berlindung-lah kepada Allah, karena tidak ada pemeliharaan untuk kepentingan yang lain serta kehormatan kepribadian selain dari pemberian-Nya. Sikap egois merupakan penyakit yang sulit untuk disembuhkan, karena penderitanya cenderung untuk berlebih-lebihan di dalam mementingkan diri sendiri dan meialaikan orang lain.
Hal ini bertentangan dengan ajaran Islam dan ikatan yang ada dalam suatu pernikahan, yang seyogyanya berdiri atas dasar pengorbanan serta mendahulukan memberi sebelum menerima.
Kedamaian tidak tercipta dengan sempurna kecuali dengan cara per- lahan-lahan dan tekun serta adanya pengarahan. Seperti dijelaskan di dalam hadits Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang artinya: "Sesungguhnya kesabaran itu didapat melalui cara berlatih dan ilmu itu didapat melalui belajar. Barangsiapa mengharapkan akan kebaikannya, maka carilah. Sedang bagi siapa yang merasa takut akan dampak buruk- nya, maka jauhilah."
Disamping itu, masih banyak ayat serta hadits yang mengajak ke- pada pengorbanan dan isyarat tentangnya. Seperti terdapat di dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala yang artinya: "Dan mereka meng- utamakan orang-orang Muhajirin atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka juga memerlukan apa yang mereka berikan itu. Barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya (oleh Allah), maka ia adalah orang yang sangat beruntung" (Al Hasyr 9).
524 — Kado Perkawinan
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah bersabda di dalam sebuah haditsnya (yang artinya): "Belum sempurna Iman seseorang, sampai ia mencintai kebaikan bagi saudaranya seperti ia mencintai ke- baikan bagi dirinya sendiri."
Kepandaian dan kecakapan antara suami isteri akan bertambah dan berkembang seiring dengan terciptanya kasih sayang yang ada di antara keduanya. Kesemuanya itu mampu untuk menghapus kekurangan yang ada pada diri masing-masing dari mereka berdua dan mendapatkan ke- bahagiaan pernikahan. Hubungan intim pun akan terasa lebih memuas- kan bagi keduanya. Juga tidaklah benar, bahwa tercapainya kepuasan pada puncaknya ini tidak selalu harus diharapkan terjadi pada malam pertama atau beberapa bulan dari awal pernikahan.
Saat awal pemikahan, seorang suami yang masih berusia muda me- rasakan kesempurnaan dalam kasih sayang. Untuk itu, mereka berdua harus mempelajari bagaimana caranya agar kesempurnaan itu dapat mereka pertahankan selamanya (seumur hidupnya).
Penerimaan biologis pada setiap suami isteri itu berbeda. Para suami lebih cepat terpancing birahinya dibandingkan dengan para isteri. Sebab wanita membutuhkan kadar rayuan yang lebih besar, hingga ia merasa siap pada saat tercapai penerimaan seks, yang biasanya tidak membutuh- kan waktu yang lama.
Rasa takut yang kemudian muncul adalah wajar dan terkadang di- harapkan serta merupakan hal yang penting dihadapkan kepada suami isteri yang baru mengetahui ketetapan waktu penerimaan (seks) dari kedua pihak atau tercapai bentuk hubungan yang lebih memuaskan se- cara bersamaan. Persoalan semacam ini akan berangsur membaika dan tidak akan sulit, selama kedua belah pihak siap untuk memberikan ke- senangan kepada pasangannya.
Sebenarnya setiap suami isteri mengetahui penerimaan seks satu sama lain, yang merupakan persoalan yang bukan sekedar tugas psikolog untuk menjelaskannya. Akan tetapi, merupakan tugas yang melipti kepribadi- an secara sempurna, sebagaimana mencakup kehidupan suami isteri pada saatnya nanti.
Untuk itu, utamakanlah kepentingan pasanganmu, wahai suami isteri. Karena di dalamnya terdapat kedamaian dan kebahagiaan serta balas- annya adalah surga.
3). Ada penyebab tersembunyi yang merupakan pemicu timbulnya rasa benci dan perselisihan serta adanya pertentangan isteri terhadap suami, yang akan kami uraikan secara lugas. Yaitu, tidak ada kepuasan ter-
Selalu Berhati-hati dan Meninggalkan Sikap Terburu-buru — 525 Selalu Berhati-hati dan Meninggalkan Sikap Terburu-buru — 525
Semua itu didapat dari kebanyakan pembicaraan tentang suatu per- nikahan, pada posisi di mana gejolak telah menyebar. Apa karena mereka tidak memiliki pengalaman atau justru karena pengalaman yang mereka dapat berbeda dengan pengalaman yang baru saja mereka alami. Biasa- nya mereka dalam kondisi yang diliputi oleh rasa takut pada prmualaan- nya. Hanya karena suami isteri diliputi rasa saling cinta yang berlebihan dan terkadang perasaan bersalah dan menyesal yang menyebabkan ber- tambahnya gejolak pada diri mereka. Akan tetapi, ada sesuatu yang dapat menggantikan dan menghapus ketakutan serta kecemasan ter- sebut, yaitu sikap yang konsisten dan tenang. Sehingga tercipta pada hubungan keduanya suatu kepuasan serta kenikmatan yang lebih. Se- sungguhnya hubungan seks biasanya merupakan hal yang sama sekali berbeda dengan pandangan lain pada kehidupan suami isteri. Seperti pada saat terjadi pertengkaran seputar masalah keuangan, maka sungguh pihak isteri atau suami terkondisikan dalam amarah atau kecemasan, hingga merasa enggan melakukan kemesraan biologis. Apabila kedua- nya melewati bersama atas perkumpulan mereka berdua, maka penga- ruhnya akan membalikkan kebahagiaan dan kepuasan biologis bagi mereka berdua. Sesungguhnya berbagai kemelut dan berbagai kondisi seperti kecemasan, sakit dan beban yang berat dapat mempengaruhi (menimbulkan) kelemahan pada penerimaan biologis.
Sebenarnya lemah biologis menurut segi ilmu biologi jarang terjadi pada batas yang besar dan harus mengetahui hakikat dari penyebabnya saat menghadapi kesulitan. Dalam hal ini hanya berfungsi sebagai pengganti dan nisbatnhya tetap di kembalikan kepada lemahnya biologis (kondisi tubuh). ‡
526 — Kado Perkawinan
Bab 17
berbagai pertanyaan
tentang seks
dan jawabannya