DASAR-DASAR PENERIMAAN WANITA DALAM ISLAM
DASAR-DASAR PENERIMAAN WANITA DALAM ISLAM
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman didalam Al Qur'an:
"Wahai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tidak akan mempersekutukan sesuatu pun dengan Allah; tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan membuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka serta tidak akan mendurhakai dalam urusan yang baik, maka terimalahjanji setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah, sesungguhnya Allah adalah Dzat Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Pada kesempatan ini penulis hendak menjelaskan, bahwa ayat tersebut merupakan dasar dari hadits Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang arti- nya: "Ajaklah isteri-isterimu bermusyawarah dan berikan argumentasi ke- pada mereka." Adapun yang diriwayatkan oleh As sakhawi dan Al Manawi, seperti hadits yang artinya "ketaatan wanita mendatangkan penyesalan "
Dasar-dasar Penerimaan Wanita dalam Islam — 273 Dasar-dasar Penerimaan Wanita dalam Islam — 273
Sesungguhnya penulis melihat, bahwa pembai'atan Rasulullah bagi wanita adalah dengan dasar wahyu dari Rabbnya. Sementara beliau sendiri mempertimbangkan, bahwa wanita itu saudara kaum pria dan anggota ke- luarga (masyarakat) yang berperan aktif dalam membentuk sistem sosial, dimana mereka juga berhak atas keadilan dan haknya, sebagaimana yang telah disampaikan kepada mereka oleh Allah.
Asas tersebut merupakan ujian besar bagi aqidah wanita yang merupa- kan perwujudan dari kehidupan masyarakat baru. Sebab itu, tidak diper- kenankan bagi mereka untuk berbuat syirik kepada Allah secara mutlak, tidak melampaui garis batas yang dapat ditolelir seperti pencurian dan per- zinaan serta tidak membunuh anak-anak perempuan mereka. Semuanya itu sebagai isyarat pada apa yang terjadi di zaman jahiliyah, dimana mereka mengubur anak-anak perempuan mereka hidup-hidup atau yang terjadi pada saat sekarang seperti membunuh janin (calon bayi) yang masih berada didalam perut ibunya (menggugurkan kandungan).
Syarat yang terakhir adalah mereka tidak mendurhakaimu dalam urusan yang baik, yaitu mencakup suatu janji kepatuhan terhadap Rasul pada se- tiap yang diperintahkan atas mereka dan beliau tidak akan memberi perintah kecuali urusan yang baik.
Jika para wanita melakukan janji setia atas dasar-dasar yang mencakup keseluruhan (sebagaimana yang disebutkan diatas), maka terimalah bai'at mereka. Atau dengan kata lain, setelah mereka memeluk Islam, maka mo- honkanlah ampunan kepada Allah bagi mereka atas kesalahan yang terjadi dimasa lalu. Karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Pe- nyayang —mengampuni kasalahan-kesalahan mereka—.
Kesemuanya itu merupakan penegasan Al Qur'an atas pembai'atan wanita. Kita mengetahui akan perhatian Islam terhadap wanita dan peme- liharaannya dengan memberikan pengarahan serta menunjukkan cara untuk mencapai kemuliaan dan tidak ada sesuatu yang mustahil didalam meng- gapai akan hal itu. Wanita yang cantik —sebagaimana dikatakan oleh salah seorang panglima— dengan mudahnya akan menjerumuskan seorang yang alim kedalam lembah kehampaan, jika ia diremehkan dan ditinggalkan tanpa diberikan nasihat sebelumnya. Yang pada akhirnya akan menjadi berbahaya bagi dirinya sendiri dan umatnya.
274 — Kado Perkawinan
Seorang penya'ir berkata: "'lbu itu merupakan guru
Jika engkau mempersiapkannya Maka engkau telah menyiapkan bangsa Yang aroma keringatnya harum semerbak."
Pada zaman dahulu (pra Islam), penghinaan terhadap kaum wanita tidak- lah terbatas. Sementara pada kenyataannya, sampai saat sekarang (pasca kejayaan Islam) yang mereka namakan dengan zaman peradaban dan modern [abad tehnologi canggih), wanita dipekerjakan sebagai layaknya boneka, hingga pada sebagian dari negara yang ada —seperti Eropa dan Amerika— tidak Iagi memberi kesempatan kepada mereka untuk lebih mengenal apa jrang disebut sebagai agama.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah menguji mereka (kaum wanita mukminat) ketika hendak berhijrah dengan mengemukakan ayat tersebut.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman didalam Al Qur'an yang artinya: "Wahai Nabi, apabila datang kepadamuperempuan-perempuan yang ber- vnan untuk mengadakan janji setia, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. " (Al Mumtahana 12)
Rasulullah berkata kepada perempuan-perempuan mukminat, siapa yang sudah memenuhi jalan ini, maka beliau akan membai'at mereka dengan ucapan: "Aku membai'at engkau atasnya, tanpa memegang tangan para wanita tersebut (tanpa bersalaman)."
Dalam riwayat yang lain disebutkan, bahwa beliau membai'at mereka dengan berkata: "Semampu kalian." Mereka (para wanita) tersebut me- ngatakan: "Allah dan Rasul-Nya yang mengasihi kita dan jiwa kita." Mereka bertanya: "Ya Rasul Allah, mengapa engkau tidak menjabati tangan-tangan kami?" Beliau menjawab: "Aku tidak diperbolehkan untuk menjabat tangan perempuan (yang bukan muhrim)" (HR. Ahmad).
Para ulama terdahulu dan saat ini berbeda pendapat mengenai adanya indikasi pelarangan menjabat tangan antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim. Sementara mereka lupa, bahwa dosa besar itu berasal dari dosa-dosa kecil yang senantiasa ditumpuk dilakukan).
Sebagaimana dikatakan oleh seorang penya'ir: "Melihat...tersenyum kemudian salam
Berbicara...berjanji kemudian bertemu." Berapa banyak akibat-akibat buruk yang dapat ditimbulkan akibat dari
berjabatan tangan, yang kemudian menimbulkan adanya kontak perasaan. Seperti dikatakan oleh seorang penya'ir:
Dasar-dasar Penerimaan Wanita dalam Islam — 275
"Tangannya meraba dan kemudian memeluknya." Sekelompok ulama telah menceritakan —dalam kaitannya dengan ma-
salah ini—, yang secara ringkasannya berbunyi sebagai berikut: "Ada seorang ulama shalih diundang ke sebuah acara pertemuan, di
mana penerima tamunya adalah seorang wanita. Ketika berada di pinti masuk dari ruang pertemuan tersebut, sang wanita penerima tamu itu meng- ulurkan tangannya untuk bersalaman kepada sang ulama. Akan tetapi, ulaim itu menolaknya, kemudian menundukkan kepala sebagai tanda member salam hormat dan nampak diwajahnya rasa kesal. Setelah pertemuan itv selesai, maka sang ulama tadi menemui sang wanita penerima tamu ter- sebut dan berkata kepadanya: Aku ingin menjelaskan kepadamu tantang kejadian tadi, apakah engkau bersedia? Perempuan itu menjawab dengar bertanya: Apa yang ingin engkau katakan? Aku ingin mengatakan kepada- mu dengan terus terang, bahwa apabila aku tadi bersalaman denganmu dar menyentuh tanganmu, maka aku akan merasakan tanganmu lebih lembu' dari tangan isteriku. Karenanya, bayangan isteriku akan hilang dari ingat- anku. Pada saat itu aku juga merasa, bahwa engkau merasakan hal yans; sama sepertiku. Apabila engkau bersalaman denganku dan menyentur tanganku, akan merasakan tanganku lebih lembut dari tangan suamimu maka bayangan suamimu pun juga akan hilang dari ingatanmu (pada saat itu) Oleh sebab itu, sebaiknya kita tidak perlu bersalaman, sehingga masing-masing dari kita merasa ridha dengan pasangannya dan mengurangi perbuatan- perbuatan yang banyak menimbulkan madharat bagi semua pihak." ‡
276 — Kado Perkawinan