SIFAT WANITA DISURGA DALAM PERSPEKTIF HADITS
SIFAT WANITA DISURGA DALAM PERSPEKTIF HADITS
Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya: "Sesungguhnya para suami penghuni surga itu dihibur oleh isteri-isteri —yang disediakan untuk mereka— dengan suara-suara yang merdu, yangmana kemerduan suara tersebut belum pernah terdengar oleh siapa pun, kecuali dirinya sen- diri. Sementara suara mereka (para isteri tersebut) tidak akan memekakan telinga orang yang mendengarnya." (Al Hadits)
Fasilitas yang akan diberikan kepada para suami (laki-laki) di surga nanti ialah; mereka diberi kekuatan untuk minum, makan, nafsu seks — sepuasnya—, hingga diantara mereka ada yang gemuk dan ada pula yang kuras. Tidak diragukan lagi, bahwa pembaca dan juga penulis sendiri akan meneteskan air liur jika mendengarkan gambaran tentang para bidadari di surga. Untuk itu, kita memohon kepada Allah agar diberi kesempatan men- dapatkannya. Semuanya akan menjadi mudah dengan adanya kemudahan yang diberikan oleh Allah 'Azza wa Jalla.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dijelaskan, bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah bersabda yang artinya: "Semua umatku masuk surga, kecuali orang yang enggan. Para sahabat bertanya: Siapakah orang yang enggan itu, wahai Rasulullah? Belioau menjawab: Barangsiapa taat kepadaku, niscaya akan masuk surga dan barangsiapa yang tidak taat, maka orang seperti itulah yang disebuat sebagai orang yang enggan" (Al Hadits).
Makna —taat— yang tersirat pada hadits tersebut adalah mengamalkan apa yang terkandung didalam Al Qur'an dan Al Hadits. Alangkah mudah-
282 — Kado Perkawinan 282 — Kado Perkawinan
Para ulama dan para Imam terdahulu telah melarang akan hal itu, bahkan sebelum wafat mereka telah menyebarkan larangan tersebut. Yang mem- buat penulis merasa sedih, bahwa sebagian dari orang-orang yang lalai itu masih saja mempertahankan ilmu kalam —yang berasal dari Yunani— yang telah mereka pelajari dan kesemuanya itu hanya bertujuan untuk se- mata-mata mencari harta, seperti juga mereka menyembah Allah dengan berpegang kepada pendapat sekelompok orang yang tidak terjaga diri mereka dari kesalahan —tidak ma'sum, sebagaimana Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam —. Adapun para ulama terdahulu dan para Imam yang berpegang kepada petunjuk Allah dan Rasul-Nya, mereka sama sekali — sangat— mencela taklid buta dan melarang orang-orang mukmin melaku- kan hal itu serta menganjurkan untuk mengambil dalil dari sumber seperti hadits atau pendapat mereka yang benar-benar kuat (yang didasari oleh Al Qur'an dan Sunnah).
Jika demikian halnya, lalu bagaimana mungkin orang-orang yang mengaku diri mereka sebagai kaum terpelajar bisa mengingkarinya, yaitu apabila didatangkan kepada mereka ayat Al Qur'an atau Al Hadits, maka mereka tidak mau menerima dan enggan mengikutinya, akan tetapi justru mengedepankan pendapat para Imam mereka. Sementara para Imam itu sendiri telah berkata, sebagaimana yang terdapat didalam kitab Al Mizan yang secara ringkasnya berbunyi demikian: "Seandainya ada pendapat orang lain yang lebih rajih (kuat), yang itu berdasarkan kepada Al Qur'an dan hadits, maka tinggalkanlah pendapatku ini. Artinya, jika para Imam yang hidup pada masa itu —yang telah lalu— ada pada zaman sekarang, maka sudah tentu mereka akan meralat pendapat mereka yang kurang benar dan membenarkan pendapat yang baru. Semua itu disebabkan oleh terbatasnya ilmu yang mereka miliki serta terbatasnya jumlah hadits yang ada —yang mereka kumpulkan— pada zaman mereka, dimana pada periode berikutnya para ulama hadits dari berbagai penjuru dunia telah menyatukan seluruh hadits yang pernah ada dan memilahnya dari kesalahan serta pemalsuan."
Sifat Wanita di Surga dalam Perspektif Hadits — 283
Dari keterangan tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa se- layaknya bagi kita —umat Islam— tidak merasa asing dengan apa yang kita yakini sendiri dan menerima atas apa yang tersembunyi dari perto-longan Allah serta atas pengokohannya didalam hati orang-orang yang beriman, yang disebabkan kita tidak berpegang teguh kepada Al Qur'an dan tuntunan yang diberikan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Sebagaimana disinyalir didalam firman Allah Subhanahu wa Ta 'ala yang artinya: "Tidaklah Allah menzhalimi mereka, akan tetapi merekalah yang menzhalimi diri sendiri."
Sesuatu yang penulis takutkan dan sedihkan adalah seperti apa yang dikatakan didalam sebuah sya'ir berikut ini:
"Aku melihat Islam pada sebuah negeri Seperti burung yang terpotong kedua sayapnya."
Adalah sesuatu yang sangat menyedihkan, bahwa kebanyakan dari ilmu- wan (peneliti) menganggap perbedaan tersebut sebagai adzab dan ujian.
Setelah menyebutkan musibah yang ditimpakan kepada kebanyakan dari orang-orang yang mengaku diri mereka beriman kepada Allah, maka penulis kembali mengingatkan demi kebahagian kaum muslimat yang sering menjadi obyek celaan dengan menyebutkan bait-bait sya'ir yang meng-gambarkan tentang bidadari di surga nanti:
"Demi Allah... Berapa banyak kekaguman jika ia tersenyum Lebih besar dari mentari pagi yang meneranginya Alangkah indahnya penglihatan jika ia menghadap Dan alangkah sahdunya pendengaran ketika ia berbicara Ranting-ranting pohon yang basah akan merasa malu Apabila ia (bidadari-bidadari itu) melihat Orang yang dermawan merasa malu ketika ia merasa bosan Jika engkau bersedih dengan sebab mencintainya Maka tidak akan tetap... Kecuali menyampaikannya kepada hujan yang rintik-rintik Apabila didalam kebencian ada tanggungannya Maka akan menjadi terjaga dibawah pergelanganmu."
Ibnul Qayyim berkata tentang sifa-sifat bidadari ahli surga dan jalan menuju kepadanya melalui sya'ir berikut ini:
"Wahai orang yang menginginkan bidadari yang baik Agar dapat menyatukannya dengan surga Ar Rahman
284 — Kado Perkawinan
Seandainya engkau tahu cara memperoleh keindahannya Niscaya engkau akan berusaha mengumpulkan sesuatu dari iman Atau engkau mengetahui tempat tinggalnya Engkau akan berusaha untuk mendekatinya Cepatkanlah usahamu dan pertahankanlah kesungguhanmu Karena perjalananmu ini hanya satu jam pada satu masa Kasihi dan ajak bicara agar bersedia berhubungan Dan berikanlah maharnya selama engkau mampu."
Disamping itu, Ibnul Qayyim juga berkata tentang gambaran yang di alami oleh para ahli surga:
"Mereka melihat dari kejauhan rumah yang mulia Terbitnya cahaya dan ketenangan Mereka menginginkan rumah Akan tetapi justru mereka lupakan
Karena padanya terdapat rembulan Yang dengan mudah mengarungi keindahannya Dari pandangan matanya terlihat Tidak menginginkan apa-apa selain mencintainya
Semua lelaki akan memuji Tatkala menyaksikan kecantikannya
Maha Suci Dzat yang memberi kebaikan dan kecantikan Lirikan matanya tampak jelas dari gelas kecantikannya Maka engkau akan melihatnya seperti peminum yang mabuk Sempurna bentuknya dan sempurna keindahannya Seperti malam bulan purnama Setelah melalui malam yang penuh dengan kegelapan."