TANGGUNG JAWAB SUAMI DAN ISTERI

TANGGUNG JAWAB SUAMI DAN ISTERI

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman didalam Al Qur'an:

“Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu serta keluarga- mu dari siksa api neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu-batuan. Para penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kejam lagi sadis, yang tidak akan pernah berlaku durhaka terhadap Allah. Yaitu, terhadap segala apa yang telah diperintahkan-Nya kepada mereka dan tidak pernah lupa untuk mengerjakan apa yang diperin- tahkan tersebut. " (At Tahriim 6)

Sementara Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam sebuah hadits- nya pernah bersabda:

Tanggung Jawab Suami dan Isteri — 293

"Ketahuilah, bahwa setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pe- mimpin pasti akan diminta pertanggung jawabannya kelak dihadapan Allah 'Azza wa Jalla. Seorang penguasa adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin didalam rumah tangganya dan akan dimintai pertanggung jawaban tentang keluarganya. Istri adalah seorang pe- mimpin di rumah suaminya dan terhadap anak-anaknya dan akan dimintai pertanggung jawabannya. Seorang hamba adalah pemimpin atas harta tuannya yang dipercayakan kepadanya dan akan dimintai pertanggung jawaban atas penjagaannya (kepemimpinannya).

Mengenai tanggung jawab seorang lelaki (suami) telah penulis sebut- kan secara rinci, lalu sekarang bagaimana dengan pertanggung jawaban seorang wanita (isteri)? Salah seorang ulama terkemuka pernah berkata: "Bahwasannya isteri mempunyai tanggung jawab yang cukup besar ter- hadap pendidikan anak-anaknya —khususnya tentang pendidikan Islam— . Seperti perkataan seorang pendidik, bahwa isteri adalah sumber cinta dan kasih sayang didalam rumah tangga, bahkan merupakan inspirasi atas kasih sayang dilingkungan sekitar rumah, dimana kelestarian dari kasih sayang tersebut bergantung kepadanya.

Seorang isteri yang mengurus rumah tangganya bukan hanya sekedar berfungsi untuk meresapkan air mata cinta dan kasih sayang untuk suami dan anak-anaknya saja. Akan tetapi, dibalik semua kegiatan yang lembut itu juga mengurus keluarga dengan kehangatan dan sinar kebahagiaan. Seorang suami merasa senang tatkala mendapat kesenangan yang menari di atas bibir isterinya dan ketika melihat kedua matanya, maka ia tidak akan berhenti dengan pandangan hangat yang penuh kasih sayang, disebab- kan oleh kecantikan yang terpancar dari pandangannya. Hal ini merupakan daya tarik —tersendiri— yang dimiliki oleh seorang isteri, karena keba- nyakan dari waktunya digunakan untuk mengurus suami dan anak-anak- nya. Tenrunya kesemuanya itu bergantung pada kemauan dan kebisaan dari masing-masing isteri didalam mengatasi setiap permasalahan yang muncul.

Pada kenyataannya —khususnya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan manajeman rumah tangga—, bahwa seorang isteri cenderung untuk lebih merupakan sandaran keluarga dan diatas pundaknyalah —mengenai hal itu— terdapat tanggung jawab yang cukup besar. Adapun tanggung jawab yang berkaitan dengan kesalahan suami, maka dalam hal ini isteri bertanggung jawab untuk memperbaiki —dengan cara mengingatkan— atas kesalahan suami dan memberikan petunjuk serta mengantisipasi per- lakuan buruk yang mungkin timbul darinya.

294 — Kado Perkawinan

Dalam kondisi tertentu, terkadang seorang isteri mendapatkan kesulitan untuk membimbing suami ke jalan yang benar. Karena, sang suami merasa bahwa dirinyalah yang memberi nafkah atas apa yang ia dapat kepada isterinya, termasuk berbagai kenikmatan lain yang telah ia peroleh. Pada saat-saat seperti itu, kepribadian isteri dihadapkan pada suatu keadaan di mana ia harus mensikapinya secara berani dan mengatur urusan dengan penuh pertimbangan serta perhatian yang ekstra. Disamping itu, sang isteri hendaknya juga mampu untuk sedikit demi sedikit merubah dan mengem- balikan suaminya ke jalan yang lurus dan bersikap konsisten untuk men-jaga keutuhan keluarganya dari berbagai bencana yang mungkin akan timbul karenanya. Adapun jika sang isteri tergiring kepada rasa dendam dan cemburu yang tidak pada tempatnya, maka hal tersebut akan dapat mengakibatkan kehancuran bagi rumah tangganya.

Sebagian dari para ilmuwan masa kini berpendapat, bahwa peran — yang berkaitan dengan pekerjaan— isteri dalam rumah tangga itu sangatlah mudah. Dengan kata lain, tidak harus dilaksanakan oleh isteri sepanjang hari. Jika dilihat secara sekilas, maka pendapat seperti ini merupakan acuan yang sangat baik bagi seorang isteri. Akan tetapi, jika dianalisa secara lebih mendalam, maka pendapat tersebut dapat mengakibatkan terjadinya ke- senjangan moril yang cukup tajam hingga akan sangat fatal akibatnya. Sebab, selama kepedulian yang sangat diperlukan —yaitu mendidik anak- anak yang dilimpahkan kepada isteri, juga kebutuhan untuk belajar dan menganalisa agar anak-anaknya sukses dalam kepentingannya serta ber- tanggung jawab atas tanggungannya sendiri— yang diisyaratkan dalam hadits merupakan taruhan yang penting atas keberadaannya itu dilalaikan, maka yang akan terjadi adalah bencana berupa krisis akhlak serta mental dari mereka (anak-anak) yang berada dibawah tanggung jawab sang isteri.

Bersikap lapang dada dan mampu untuk mengendalikan emosi pada saat seorang ibu menyusui anaknya akan berdampak positif dan cepat me-resap kedalam jiwa sang anak tersayang. Karena, anak yang sedang disusui oleh ibunya akan mengadopsi watak dan sifat sang ibu, sebagaimana di-gariskan oleh para ilmuwan dibidang psikologi melalui berbagai penelitian yang pernah dilakukan.

Dr. Muhammad Husein pernah berkata: "Bahwa perangkat utama yang dimiliki oleh seorang ibu (isteri), yang tidak dimiliki oleh suami manapun didunia ini adalah melahirkan anak dan melestarikan keturunan. Sebab, susunan anggota tubuh yang diciptakan oleh Allah bagi suami (lelaki) ada- lah tidak mungkin untuk mengandung janin dan menyusuinya. Karenanya, sudah merupakan ketetapan, bahwa membebani seorang isteri dengan pe- kerjaan yang sangat melelahkan (terutama di saat sang isteri tengah me-

Tanggung Jawab Suami dan Isteri — 295 Tanggung Jawab Suami dan Isteri — 295

Akan tetapi, sebagian dari para ilmuwan genetika berpendapat, bahwa sifat yang ada dalam diri kedua orang tua akan terwariskan kepada anak sejak sang ibu mengandung. Untuk itu bagi seorang ibu yang mempunyai tanggung jawab untuk mengandung janin dan menjaga keamanan serta keselamatannya sejak dalam kandungan sampai ia melahirkannya ke dunia ini membutuhkan pengorbanan yang tidak sedikit. Yangmana kesemuanya itu memacu urat syaraf dan kekuatan otot yang terkontribusi dan akan sampai kepada janin atau anak yang tengah disusui, sekaligus juga akan menghilangkan berbagai dampak yang jelek (tentunya jika hal-hal yang buruk oleh sang ibu dapat dihindari semaksimal mungkin).

Itu semua adalah ketentuan (kewajiban) yang sangat penting dan me- rupakan tugas yang cukup melelahkan, utamanya didalam menjaga atas keselamatan anggota tubuh si calon bayi. Kemudian sang isteri membutuh- kan kesempatan yang cocok untuk mendidik anaknya dengan didikan yang sempurna, baik dalam bentuk fisiknya, akal maupun akhlaknya, agar ter- tanam pada diri si anak kebiasaan yang baik dan menjauhkannya dari hal- hal yang menyebabkan ia terjerembab kedalam kebiasaan yang jelek.

Hal seperti itu tidak mungkin jika hanya dilakukan dengan memerintah- kan kepada sang anak sekali atau beberapa kali saja. Akan tetapi, haruslah diawasi secara terus-menerus dan lebih baik lagi untuk melakukannya hingga melekat pada diri sang anak. Adapun untuk melakukan pencegahan haruslah dilakukan berkali-kali, hingga benar-benar tertanam pada diri sang anak sikap atau pendirian yang teguh (mantap).

Pengawasan yang konsisten serta dilakukan dengan penuh kesabaran akan mengungkap penyakit moral yang ada (masih melekat) pada diri putera- puteri kita sebelum penyakit tersebut beranjak menjadi gawat dan tidak mampu lagi untuk diobati.

Suatu pendapat menyatakan, bahwa hubungan batin antara sang ibu dengan anaknya terbatas pada saat hamil dan melahirkan saja. Hal itulah yang nantinya dapat menyebabkan derajat manusia turun dan lebih buruk daripada derajat hewan. Orang tua yang diwajibkan mengasuh anak-anak- nya tidak terbatas pada maknanya saja, seperti yang dilakukan oleh hewan. Akan tetapi, juga termasuk mengasuh prilaku dan jiwa sang anak. Hal ini- lah yang merupakan faktor yang dapat membedakan kehidupan manusia dengan hewan. Karena, orang tua akan mewariskan estafet kehidupan ini pada generasi mendatang berdasarkan pengalaman yang didapat dari gene-

296 — Kado Perkawinan 296 — Kado Perkawinan

Oleh itu, mempercayakan pengasuhan anak kepada isteri yang bekerja diluar rumah tidak akan dapat menjadikannya memperoleh pendidikan moril yang maksimal (dari sang ibu). Sebab, keikhlasan serta keinginan yang cukup potensial untuk mendapatkan nilai yang maksimal dari segala seginya tidak ia —sang anak— peroleh pada diri sang ibu. Disamping itu, juga karena dibalik keikhlasan yang maksimal masih terdapat tabiat lain, yangmana hal tersebut tidak dapat diwakilkan untuk memperolehnya selain daripada apa yang melekat pada diri sang ibu. Meskipun ada usaha untuk meningkatkan nilainya menjadi lebih tinggi atau berusaha untuk mening- katkannya sampai pada batas mendekati atau hampir sama dengan apa yang seharusnya didapatkan dari diri sang ibu.

Berlindungnya seorang ibu, isteri atau wanita karir kepada peralatan masa kini yang tersentuh oleh industri bertehnologi canggih didalam me- nyusui bayinya adalah suatu bentuk penghianatan terhadap amanah Allah dan sekaligus merupakan pengabaian kepada kelapangan pemberian Allah —berupa kesempurnaan bentuk tubuh—. Allah Subhanahu wa Ta 'ala tidak menciptakan puting susu seorang ibu untuk ditampakkan di muka umum dan tidak juga untuk membuka kemolekan serta memamerkannya ditengah jalan. Akan tetapi, ia dijadikan sebagai tempat bagi sang bayi mendapatkan air susu ibunya. Dengan demikian, menyusui bukanlah semata-mata pe-kerjaan anggota badan, akan tetapi ia lebih membutuhkan kasih sayang dan kepercayaan yang mendalam.

Para pemerhati akan nasib perempuan pada awal abad ini berargumen- tasi untuk mengoreksi suatu program yang oleh perempuan masa kini di- sebut sebagai Emansipasi. Yaitu, bahwa sentuhan pendidikan yang diberi- kan secara langsung oleh seorang ibu akan jauh lebih membantu dan efektif dalam rangka memperbaiki tanggung jawab didalam mendidik anak-anak- nya. Akan tetapi, sayangnya kebanyakan dari para ibu lebih cenderung untuk melupakan begitu saja nasihat yang didapatnya atau secara sengaja berpura- pura melupakannya dan mereka kembali bekerja —kembali men-jadi wanita karir— dengan tujuan agar setiap perempuan bisa menjadi se-tara dengan kaum laki-laki. Perbuatan seperti itu menunjukkan, bahwa sesungguhnya apa yang telah mereka lakukan tidaklah tulus dari dalam hati. Dibalik kesemuanya itu tersirat berbagai tujuan dan target yang se-benarnya bertolak belakang dengan apa yang mereka sendiri canangkan.

Tanggung Jawab Suami dan hteri — 297

Disamping itu, hendaknya kaum perempuan berkata kepada mereka yang sebenarnya menjadi musuh perempuan atau yang berupaya untuk menjadi musuh mereka melalui media masa dewasa ini yang diberi nama Forum Pembela Perempuan: "Bahwa sesungguhnya perempuan tidak layak untuk bersusah payah dan menjalankan tugas-tugas yang rutin sebagaimana yang dikerjakan oleh laki-laki. Karena, menurut hukum kejadiannya setiap perempuan mengalami menstruasi satu pekan dalam setiap bulannya. Suatu keadaan yang hampir saja merupakan penghalang bagi sang perempuan untuk melakukan rutinitasnya sehari-hari. Atau jika seorang ibu (isteri) mengandung, maka ia akan merasa menderita pada bulan-bulan pertama kehamilannya akibat apa yang biasa disebut sebagai ngidam (proses kon- traksi yang terjadi akibat adanya benda asing yang hidup dalam rahim se- orang ibu, Ed.) serta berbagai akibat buruk yang menyertainya. Kemudian ia tidak bisa leluasa bergerak pada bulan-bulan terakhir kehamilannya akibat beban yang membatasi dirinya untuk berkarya, hingga hampir saja me- lumpuhkan seluruh aktivitas yang menjadi tanggung jawabnya.

Sebaliknya, apabila seorang wanita karir belum mempunyai pasangan, maka ia akan disibukkan dengan mencari pasangan, hingga cenderung ter- gelincir pada setiap kesempatan dari harapannya untuk berhasil mendapat- kan pasangan hidup yang baik. Ini artinya, bahwa ia tidak akan berpindah dari keadaan tersebut, kecuali karena satu penyebab yang terkadang buruk dan berbahaya sifatnya.

Para musuh perempuan yang menamakan diri mereka sebagai "Pem- bela Perempuan" menyangka, bahwa perempuan yang hanya tinggal di rumah saja akan mengurangi haknya sebagai perempuan dan akan mem- bunuh kepribadian serta akan menekan tabiatnya. Hal yang cukup me- nyedihkan adalah, bahwa kemudian mereka menempatkan penjaga atau pembantu didalam rumah dengan mencukupi kebutuhannya sebagai orang yang mewakili keberadaan mereka —para ibu atau isteri—, sebagaimana yang dikatakan oleh para pencetus emansipasi.

Didalam berbagai tulisan yang mereka ekspose disebutkan, bahwa se- sungguhnya kaum perempuan tidak seharusnya hidup dengan kondisi di- hormati —dengan cara yang berlebihan—, di manja dan membantu suaminya dari balik tirai saja serta tidak merasakan bahwa suatu hari haknya akan teraniaya, tertindas, terpenjara serta hilangnya kemuliaan dan kepribadian- nya. Jelaslah kiranya bahwa bobroknya prinsip hidup dari golongan seperti ini dapat dimengerti dari kitab karangan mereka yang dibawa dengan bendera da'wah, yang mereka namakan sebagai "Hak-hak Perempuan". Mereka itu se- benarnya laki-laki, bukan perempuan dan perbuatan mereka tidak lain hanya bertujuan untuk merusak kehidupan laki-laki dan perempuan itu sendiri.

298 — Kado Perkawinan

Sebenarnya hidup ini membutuhkan ketenangan yang memberikan ke- pada manusia kesenangan dan ketenteraman. Pergolakan perempuan dan laki-laki, pada akhirnya akan menimbulkan kegelisahan dan kebencian terhadap masing-masing dari keduanya. Menggantikan ketenangan menjadi kegelisahan dan permusuhan diantara kedua makhluk yang berlainan jenis ini, yangmana Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menjadikan keduanya memiliki rasa cinta dan kasih sayang, dimana hal itu merupakan modal dasar bagi kemakmuran dan kelestarian keturunan manusia dimuka bumi ini.

Rumah tangga yang bahagia, yang berdiri (dijalin) diatas rasa kasih sayang dan keikhlasan antar individunya didalam menunaikan kewajiban, dengan disertai perasaan ridha serta tidak menggerutu akan dapat men- ciptakan kerukunan, kedamaian dan keselarasan. Ibarat jaringan pada tubuh yang menggerakkan anggotanya untuk melaksanakan kewajiban masing- masing. Apabila salah satu dari anggota tubuh itu tidak melaksanakan ke- wajiban dengan baik atau melakukan kesewenang-wenangan, maka tubuh tersebut akan menderita dan lambat laun menjadi rusak. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala yang artinya: "Allah memberikan segala se- suatu kepada makhluk-Nya melalui petunjuk-Nya ".

Untuk itu, Allah sendiri yang telah mempersiapkan segala sesuatunya (perangkat dan sistem kerjanya, Ed.) bagi setiap individu. Termasuk di dalamnya adalah pengadaan berbagai jenis tumbuhan, hewan dan benda- benda mati yang ada untuk kemudian diberi suatu tugas tertentu dan se- kaligus menyusun karakter yang sesuai dengan tugas masing-masing.

Melalui itu semua, kebutuhan hidup manusia dibumi ini dapat ter-cukupi dan menjadikan masyarakat manusia mendapatkan wawasan ilmu pengetahuan yang dapat menunjang kehidupan mereka. Sedangkan untuk dapat mencapai semua itu, maka dibutuhkan spesialisasi yang mendalam (penelitian, Ed.), yang akan mengungkap kedalaman ilmu pengetahuan yang dimiliki bagi setiap orang. Disamping itu, pada beberapa penelitian terhadap pendidikan modern ditemukan, bahwa mereka (para ilmuwan) mencoba untuk mengungkapkan persiapan seorang anak untuk mengarah-kannya kepada kebutuhan yang sesuai bagi kehidupannya dimasa men-datang.

Seorang suami yang didalam kesibukannya mencari nafkah sering ber- ada diluar rumah, maka ia membutuhkan seorang isteri yang pandai ber- hias, memakai wewangian dan yang menyenangkan hati ketika dipandang, hingga sang suami merasa senang bersamanya ketika melepaskan lelah sesusai melakukan pekerjaannya. Disamping itu, sang isteri pun dapat

Tanggung Jawab Suami dan Isteri — 299 Tanggung Jawab Suami dan Isteri — 299

Kesibukan seorang isteri atas pekerjaan yang bersifat umum (diluar rumah) akan menjauhkannya dari penjagaan terhadap suami dan anak, itu pasti. Karena, seorang isteri akan kembali kerumah dalam keadaan lelah, begitu pula dengan suaminya. Jika demikian halnya, maka siapakah di antara keduanya (suami isteri) yang memiliki kesempatan untuk mengajak anak-anaknya bermain dan melaksanakan kewajiban mendidik serta mem- berikan kesenangan pada mereka? Dengan model kehidupan seperti itu, hanyalah kelelahan yang akan mereka (suami isteri) dapatkan. Sementara hubungan mereka berdua dengan anak-anak akan terhalang (tidak terjalin komunikasi yang baik diantara mereka semua, Ed.) dan hidup yang mereka jalani tidak memiliki ketenteraman dan kebahagiaan.

Setiap orang yang mau menggunakan akal dan pikirannya pasti akan mampu mengetahui dampak kegagalan yang merupakan akibat dari eks- perimen masyarakat Eropa dan Amerika dalam segi ini. Dampak tersebut sebenarnya belum mencapai puncaknya, namun akibatnya masih terasa sampai saat ini. Generasi muda didunia Barat merasa sombong, sehingga mereka menjadi hancur dalam pemikiran dan gelisah pada jiwa mereka.

Permasalahan ini mulai menggejala berupa penghancuran orang Barat terhadap diri mereka sendiri. Karena, mereka menyelewengkan fenomena mengenai persoalan kehidupan ini dalam setiap jenis dan warnanya. Se- dangkan fenomena itu sendiri merupakan dampak dari eksperimen yang tengah mereka geluti dalam feminisme. Karena, mereka semua adalah produk para pekerja yang tumbuh melalui seorang ibu yang sekaligus bekerja se- bagai wanita karir. Kemudian mereka mengabaikan pengorbanan ibu se- telah sang ibu melahirkan mereka. Jika demikian, apa yang mereka cari melalui eksperimen yang gagal ini? Apakah mereka tidak berpikir?

Kaum perusak dan penipu dari golongan yang menawarkan diri sebagai "Kaum Pembela Perempuan" mempunyai bukti danpraduga yang kebanyak- an berdasar pada pemutar-balikan fakta. Kekeliruan mereka yang populer dalam masalah ini ialah. bahwa wanita yang tinggal didalam rumah saja (bukan wanita karir, Ed.) adalah sebagian besar dari anggota masyarakat yang terbelakang. Pendapat mereka ini didasarkan pada asumsi, bahwa wanita tidak mempunyai tanggung jawab pekerjaan dalam rumah tangga- nya. Sedang pada kenyataannya, bahwa kewajiban seorang isteri dalam mengurus keperluan rumah tangganya, seperti melayani suami dan anak serta menyediakan kebutuhan mereka yang beraneka ragam telah meng-

300 — Kado Perkawinan 300 — Kado Perkawinan

Kebenaran ungkapan ini adalah, bahwa setiap wanita (isteri) yang be- kerja diluar rumah selamanya akan mempekerjakan orang lain (seorang pembantu) untuk menutupi kekurangannya (karena telah meninggalkan rumah). Apa yang didapat oleh suatu negara jika para wanitanya keluar rumah untuk bekerja (menjadi wanita karir)? Apakah pendapatan ekonomis yang hendak diprioritaskan? Jawabnya adalah, bahwa seorang isteri yang keluar rumah untuk bekerja seperti halnya suami, maka ia akan melimpah- kan tanggung jawab pekerjaannya didalam rumah kepada seorang pem- bantu, baik lelaki maupun perempuan. Oleh karena itu, akan hilanglah peluang untuk membentuk sekelompok generasi mendatang yang perlu mendapatkan pengajaran dari para ibu dan ini berarti negara tersebut akan mengalami kerugian yang tiada terkira nilainya.

Seandainya benar bahwa konsep pemberdayaan dari sebagian besar masyarakat yang menganggur itu berguna untuk mendorong secara kongkrit terhadap pemberdayaan perempuan, maka wajiblah kiranya agar hal itu dilakukan. Akan tetapi, kaum laki-laki harus mendapatkan kesempatan didalam memperoleh pekerjaan terlebih dahulu sebelum memperkenankan wanita untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang bersifat umum (Di petik dari kitab Khusumuna Muhaddadahfi Dakhilina, hal. 148-153).

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah barsabda:

"Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan ditanya tentang tanggung jawab kepemimpinannya". (HR. Bukhari, Muslim)

Setiap diri yang dimaksud oleh hadits tersebut bukan hanya sebatas orang tua. Seorang anak akan ditanya tentang tanggung jawab atas haknya ter- hadap harta bapaknya. Seorang pekerja akan ditanya tentang tanggung jawab terhadap harta pemiliknya. Begitu pula dengan seorang manager (pimpinan unit usaha) akan ditanya tentang tanggung jawabnya terhadap para pekerja, sesuai dengan batas-batas kepemimpinannya (kewenangan-nya). •:•