CARA MEMPERLAKUKAN ISTERI YANG TIDAK DICINTAI

CARA MEMPERLAKUKAN ISTERI YANG TIDAK DICINTAI

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman didalam Al Qur'an: "Kemudian jika mereka (isteri-isteri) mentaati kalian, maka

jangan-lah kalian mencari-cari jalan (berusaha) untuk menyakitinya." (An Nisa' 34)

Allah Subhanahu wa Ta 'ala juga berfirman yang artinya: "Sesungguh- nya Allah —atasmu— adalah Dzat Yang Maha Mengawasi."

Allah Subhanahu wa Ta 'ala juga berfirman: "Boleh jadi kalian membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagi diri

kalian. " (Al Baqarah 216) Jika seorang isteri telah mentaati suami dalam segala apa yang ia ingin-

kan dari isteri —tentunya berkenaan dengan sesuatu yang diperbolehkan oleh Allah—, maka tiada alasan baginya untuk memukul isteri, juga mem- biarkannya. Akhir ayat diatas merupakan ancaman bagi suami yang meng- aniaya isteri tanpa adanya sebab.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:

252 — Kado Perkawinan

"Tidak layak bagi seorang mukmin membenci seorang mukminat. Jika ia membencinya karena satu perangai yang buruk, maka pasti- lah ada satu perangai baik yang ia sukai." (HR. Muslim)

Hadits ini memberi peringatan penting yang harus diketahui, baik oleh suami maupun isteri, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah semata.

Dalam sebuah sya'ir dikatakan: "Siapakah yang dicintai seluruh perangainya

Cukupkah seorang dianggap baik Jika aib- aibnya dapat dihitung."

Ketergahtungan dari masing-masing pasangan untuk menuntut keba- hagiaan yang sempurna dari pasangannya merupakan sebab utama bagi timbulnya banyak kejenuhan dan kesulitan. Hal yang sangat tidak masuk akal adalah banyaknya suami yang egois, mencari kebahagian untuk diri- nya sendiri, tanpa memikirkan dan memberi kebahagian untuk pasangan- nya. Ia lupa, bahwa didalam proses memberi terdapat kebahagiaan yang tidak sedikit nilainya daripada menerima.

Alangkah bahagianya jika suami atau isteri selalu berlaku sabar dan mau menerima kekurangan dan mensyukuri kelebihan yang terdapat pada diri pasangannya. Dalam kehidupan perkawinan kadang terdapat batu sandungan, dimana keduanya berselisih dalam banyak kesempatan. Maka sabar dapat meringankan beban tersebut dan gegabah akan mendatangkan bahaya yang sangat serta akan segera menghancurkan keluarga yang telah dibangun dengan peceraian.

Dalam hadits ini, Rasulullah mengarahkan kepada setiap suami isteri untuk bersikap lunak selama hal itu dimungkinkan. Jika seseorang diantara keduanya membenci satu sifat yang ada pada diri pasangannya, maka pasti- lah ada sifat-sifat lain yang sudah tentu akan disukainya. Dengan demikian, akan terjadi keselarasan dan kesejahteraan keluarga. Berpikir tentang masa depan anak dan pedihnya suatu perceraian akan dapat mencegah pasangan suami isteri dari melakukan perceraian. Semua itu demi keberlangsungan kehidupan perkawinan yang merupakan kepentingan agamis dan bukan mementingkan kenikmatan belaka.

Termaktub didalam kitab "ShaidAl Khathir", karya Ibnul Jauzy, cetak- an Daarul Fikr dengan judul Bagaimana Memperlakukan Isteri Yang Tidak Dicintai, kami kutip sebagai berikut: "Seorang lelaki mengadu, bahwa ia membenci isterinya. Ia berkata: Aku tidak mampu menceraikannya karena

Cara Memperlakukan Isteri yang Tidak Dicintai — 253 Cara Memperlakukan Isteri yang Tidak Dicintai — 253

Seperti juga dikatakan oleh Hasan Al Hajjaj: "Bahwa hal tersebut me- rupakan balasan dari Allah untukmu. Maka janganlah hadapi balasan Allah itu dengan pedang, akan tetapi hadapilah dengan istighfar. Ketahuilah, bahwa engkau dalam keadaan diuji dan engkau akan mendapat pahala karena ke- sabaranmu." Sebagaimana disebutkan didalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala yang artinya: "Bolehjadi engkau membenci sesuatu, sedangkan se- suatu itu lebih baik bagimu. Maka bersabarlah atas apa yang telah Allah tentukan dan mohonlah kemudahan pada-Nya. "

Jika engkau telah melakukan istighfar, bersabar dan berdo'a memohon kemudahan secara bersama, maka engkau telah mencapai tiga macam ibadah sekaligus, yang masing-masing mendatangkan pahala. Jadi janganlah mem- buang-buang waktu dengan hal-hal yang tidak bermanfaat dan janganlah mengira bahwa engkau mampu menolak sesuatu yang telah Allah tenrukan. Sebagaimana ditegaskan oleh Allah didalam firman-Nya (yang artinya): "Apabila Allah telah menimpakan suatu kemadharatan padamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia sendiri. "

Adapun penganiayaanmu terhadap isterimu tidaklah beralasan, karena ia dijadikan sebagai pasangan hidupmu. Maka hendaknya perbuatanmu tidak seperti demikian. Lelaki itu berkata: "Wanita ini mencintaiku dengan melampaui batas dan berlebihan dalam melayaniku. Disamping kebencian- ku padanya sungguh telah tertanam dalam tabiatku." Maka dikatakan ke- padanya: "Bersikaplah bijaksana dihadapan ketentuan Allah dengan ber-laku sabar. Sungguh karenanya engkau akan diberi pahala."

Ditanyakan kepada Abu 'Utsman An Naisaburi: "Perbuatan apakah yang sangat menggelisahkan bagimu?" Ia menjawab: "Ketika aku beranjak

254 — Kado Perkawinan 254 — Kado Perkawinan

Kemudian ia mendatangkan bapaknya dan menikahkan aku dengan puterinya. Ia pun merasa bahagia. Ketika kami berdua dikamar, aku me- lihatnya tidak berparas cantik (bahkan jelek) dan kerena sangat besar cinta- nya padaku, ia melarangku keluar. Aku pun menurutinya demi menjaga hatinya dan tidak menampakkan kebencianku padanya. Seolah aku seperti berada diatas bara api yang menyala karena membencinya. Aku berlaku demikian hingga lima belas tahun, sampai ia meninggal dunia. Tiada per- buatanku yang lebih menggelisahkan —bagiku— daripada menjaga hati- nya.

Dikatakan kepada Abu 'Utsman: "Begitukah seharusnya perbuatan lelaki (suami). Manfaat apa bagi orang yang tengah diberi cobaan, lalu ia me- numpukkan kegelisahan dan rasa bencinya? Cara yang baik adalah seperti yang telah aku sebutkan, yakni bertaubat, bersabar dan memohon kemu- dahan kepada Allah."

Diriwayatkan dari 'Ummu Kaltsum binti 'Uqbah, ia berkata:

"Aku tidak mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam memberikan keringanan untuk berbohong, kecuali dalam tiga per- kara. Yakni, seseorang yang mengatakan sesuatu untuk tujuan ke- maslahatan, ketika dalam keadaan berperang dan bohongnya seorang suami untuk menjaga perasaan isterinya, begitu pula sebaliknya." (HR. Muslim)

Penulis melihat, bahwa diperbolehkannya berbohong antara suami isteri disini pada saat salah satu dari keduanya berusaha menunjukkan cinta kepada pasangannya. Tepatnya ketika dirasa telah mulai pudar kemesraan dan cinta terhadap pasangannya. Hal tersebut bertujuan unruk mempermudah per- jalanan kehidupan rumah tangga dan pendidikan anak-anak. Bisa jadi ke- cenderungan yang dibuat-buat ini berubah menjadi cinta sejati. Karena

Cara Memperlakukan Isteri yang Tidak Dicintai — 255 Cara Memperlakukan Isteri yang Tidak Dicintai — 255

Diriwayatkan dalam sebuah hadits: "Bahwa ilmu didapat hanya dengan belajar dan sifat murah hati diperoleh karena adanya saling pengertian. Barangsiapa mengejar kebaikan, maka ia akan mendapatkannya. Bagi siapa yang menjauhi keburukan, maka ia akan terjaga darinya." (Al Hadits)

Adapun pada selain keadaan tersebut, hendaknya masing-masing dari suami isteri bersikap jujur terhadap pasangannya. Jika tidak, maka menjadi hilanglah kepercayaan yang tanpa itu sebuah kehidupan perkawinan dirasa sangat membahayakan.

Seorang lelaki berkata pada khalifah Umar bin Khaththab: "Sesungguh- nya aku tidak lagi mencintai isteriku. Umar menjawab: Sesungguhnya rumah tangga tidak cukup hanya dibangun berdasarkan cinta. Seorang lelaki (suami) hendaknya meninggalkan jauh-jauh sikap egonya demi masa depan isteri dan anak-anaknya. Khususnya jika benci itu timbul setelah perkawinan, juga apabila sang isteri mencintainya dan menjalankan seluruh kewajiban- nya. ‡

256 — Kado Perkawinan