PAHALA 'IFFAH (MENAHAN DIRI DARI BERBUAT DOSA)

PAHALA 'IFFAH (MENAHAN DIRI DARI BERBUAT DOSA)

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman di dalam Al Qur'an:

"Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal dirumahnya menggoda Yusufuntuk menundukkan dirinya (kepadanya). Lalu ia menutup pintu- pintu, seraya berkata: Marilah kesini! Akan tetapi Yusufmenjawab: Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik. Sesungguhnya orang-orang yang berbuat zhalim tiada akan beruntung." (Yusuf 23)

Pada ayat yang lain Allah juga berfirman: "Dan sesungguhnya aku (Zulaikha) telah menggoda ia untuk me-

nundukkan dirinya kepadaku, akan tetapi ia menolak." (Yusuf 32) Banyak cerita tentang orang-orang yang menahan nafsu dan diri mereka

karena Allah, seperti; pada suatu malam khalifah Umar bin Khaththab mendengar dalam perjalanannya alunan sya'ir cinta seorang wanita yang berkhayal menjadi kekasih seorang laki-laki tampan bernama Nashr bin Hajjaj:

486 — Kado Perkawinan

"Adakah jalan untuk meminum khamer Atau jalan menuju Nashr bin Hajjaj Seorang dari keturunan yang mulia lagi gagah Bermuka halus dan pemurah Dibesarkan oleh orang yang benar ketika menggelarinya Saudara yang setia lagi penolong dalam kesusahan."

Maka marahlah khalifah Umar seraya berkata: "Demi Allah, aku tidak ingin ada laki-laki yang diimpikan wanita di rumah-rumah mereka. Di panggillah Nashr bin Hajjaj pada keesokan harinya. Setelah khalifah me- nyaksikan akan ketampanan pemuda tersebut, maka khalifah Umar pun berkata: Demi Allah, janganlah engkau tinggal di suatu negeri, di mana di dalamnya engkau selalu di impikan oleh wanita. Untuk itu, ambillah se- cukupnya harta dari Baitul Maal guna memenuhi keperluanmu, lalu pergi- lah ke Bashrah. Nashr menjawab: Engkau hendak membunuhku, karena meninggalkan tanah air ini sama saja artinya dengan membunuh diri. Khalifah Umar bertanya: Bagaimana mungkin engkau bisa mengatakan hal itu? Nashr menjawab: Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman di dalam Al Qur'an

Al Azhim yang artinya: l Dan sesungguhnya kalau Kami (Allah) perintahkan kepada mereka, bunuhlah dirimu atau keluarlah dari kampung halaman-mu'

(An Nisa' 66). Khalifah Umar pun berkata: Aku berkata sebagaimana perkataan Syu'aib, bahwa tidak ada maksud lain dalam hatiku kecuali untuk mendatangkan kebaikan, itu pun selama aku masih sanggup melakukannya. Tidak ada taufiq bagiku melainkan karena pemberian dari Allah (Hud 88).

Dengan cara ini khalifah Umar berharap agar Nashr bin Hajjaj dapat merubah hawa nafsunya kepada kerinduan akan keluarga dan tanah air. Setelah kejadian itu, pada suatu malam khalifah Umar kembali mendengar alunan wanita yang telah mengetahui apa yang terjadi terhadap diri Nashr bin Hajjaj. Dalam sya'irnya, wanita tersebut memberitahukan, bahwa ia bersih dari maksud-maksud jahat dan sya'irnya yang terdahulu merupakan kesalahan lidah semata, karena gangguan syaitan. Ia sendiri adalah wanita yang bertaqwa lagi dapat menahan diri. Sya'ir tersebut berbunyi:

"Katakanlah kepada Imam yang ditakuti kemarahannya Aku bersih dari khamer dan Nashr bin Hajjaj

Janganlah percaya prasangka kecuali dengan bukti karena hal itu merupakan cara orang-orang penakut Bukanlah khayalan hina yang aku maksudkan Sedangkan manusia terdiri dari yang hancur dan yang selamat Nafsu jahat itu agar dihindari dengan taqwa Oleh itu ikatlah ia Sehingga terkekang seperti terkekangnya tali pelana."

Pahala 'Iffah (Menahan Diri dari Berbuat Dosa) — 487

Mendengar itu, khalifah Umar meneteskan air mata atas rasa buruk sangka yang telah ia lakukan terhadap diri wanita tersebut. Lalu ia berkata di dalam hati: "Segala puji bagi Allah yang telah mengekang nafsu dengan taqwa dan 'iffah."

Beberapa waktu kemudian, Nashr bin Hajjaj mengirimkan surat kepada khalifah yang berbunyi:

"Demi umurku engkau usir aku dan melarangku Sedangkan aku tiada melakukan perbuatan dosa Dan aku menjadi benar-benar terasing Dari tempat di mana aku mempunyai kedudukan Aku tidak bersalah kecuali buruk sangka yang engkau kira Dan sebagian dari buruk sangka itu adalah dosa Jika para wanita berangan-angan Sesungguhnya itu merupakan bagian dari cinta Kau tuduh aku melakukan perbuatan yang jika aku melakukannya Maka tak mungkin aku mendapatkan kedudukan seperti saat ini Aku terhindar...sekalipun diriku menginginkannya Lantaran lingkungan dan puasa yang dilakukannya Dengan dua keadaan yang benar ini Apakah engkau akan memulangkan aku Setelah terasa asing...baik orang dan tempat bagiku Wahai Imam kebenaran Janganlah melarang seorang wanita muslimah Yang mempunyai kehormatan dan perlindungan."

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah bersabda di dalam sebuah haditsnya:

488 —Kado Perkawinan

"Ada tujuh golongan yang akan mendapat perlindungan Allah disaat tidak ada perlindungan kecuali dari-Nya. Yaitu, Imam yang berlaku adil. Pemuda yang taat beribadah. Orang yang hatinya selalu terkait dengan masjid. Dua orang yang bersahabat karena Allah, berkumpul dan berpisah hanya karena-Nya. Laki-laki yang di rayu oleh wanita cantik lagi kaya untuk melakukan perbuatan zina, akan tetapi ia me- nolak seraya berkata: 'Aku takut kepada Allah'. Orang yang berse- dekah secara sembunyi-sembunyi, sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang telah dilakukan oleh tangan kanannya. Seseorang yang mengingat Allah ketika tengah sendiri, lalu menetes- kan air mata karena mengingat akan dosa-dosa yang telah dilaku- kannya." (HR. Bukhari, Muslim)

Disamping itu, beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam juga pernah ber- sabda yang artinya: "Ada tiga orang —sebelum kalian— pergi ke suatu daerah dan sampai ke sebuah gua. Kemudian mereka bertiga masuk ke- dalamnya. Tiba-tiba jatuh sebuah batu besar dari arah bukit dan menutupi pintu keluar (mulut) dari gua tersebut. Lalu salah seorang di antara mereka berkata: Sesungguhnya tidak ada yang dapat membebaskan kita dari sini, kecuali memohon kepada Allah dengan amal shalih yang pernah kita kerja- kan. Kemudian berdo'alah salah seorang dari mereka: Ya Allah, dulu aku sangat mencintai anak pamanku. Pada saat itu aku merayunya, akan tetapi ia menolak. Hal itu berlangsung hingga bertahun-tahun lamanya. Kemu-dian pada suatu ketika ia mendatangi aku dan aku memberinya 120 Dinar untuk dapat berduaan dengannya. Maka tatkala aku ingin menggaulinya, ia pun berkata: Wahai hamba Allah, takutlah engkau kepada-Nya dan jangan-lah engkau lakukan kecuali apa engkau berhak melakukannya. Seketika itu pula aku merasa takut melakukannya. Lalu aku pergi dan aku tinggalkan Dinar yang telah aku berikan kepadanya. Wahai Allah, jika aku meninggal-kan hal tersebut untuk mendapatkan keridhaan-Mu, maka keluarkanlah kami dari gua ini. Kemudian batuyang menutupi mulut gua tersebut ber-geser, hingga ketiga orangyang ada di dalamnya dapat keluar." (HR. Bukhari, Muslim)

Inilah tawasul yang dibenarkan dan sangat dianjurkan oleh Allah. Yaitu, tawasul dengan mengedepankan amal shalih ke hadirat Allah dan bukannya dengan melalui perantaraan Nabi atau Rasul.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda di dalam sebuah haditsnya yang berstatus sahih (yang artinya): "Wahai Fathimah, beramal- lah. Sebab, aku tidak dapat menolongmu nanti dihadapan Allah." Karena itu, seorang muslim harus berusaha untuk beramal, guna membangun diri-

Pahala 'Iffah (Menahan Diri dari Berbuat Dosa) — 489 Pahala 'Iffah (Menahan Diri dari Berbuat Dosa) — 489

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah bersabda: "Ada tiga mata yang tidak akan melihat api neraka. Yaitu, mata yang selalu berada di jalan Allah. Mata yang menangis karena takut kepada-Nya dan mata yang terjaga dari semua Iarangan Allah." (HR. Thabrani dengan sanad sahih)

Dari Ibnu Umar Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata; aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bercerita:

"Pada zaman dahulu, dikalangan Bani Israil terdapat seorang tua yang tidak merasa takut dengan dosa-dosa yang pernah dilakukannya. Lalu datanglah seorang wanita kepadanya dan ia memberi wanita tersebut 60 Dinar untuk melakukan zina dengannya. Manakala ia akan melakukan hal tersebut, tiba-tiba tubuh wanita tersebut bergetar dan menangis. Lalu ia bertanya kepada wanita terebut: Mengapa engkau menangis, apakah aku memaksamu? Sang wanita menjawab: Tidak, tetapi ini adalah perbuatan yang aku belum pernah melaku- kannya dan aku sekarang mau melakukannya karena kebutuhan (hidup yang melilitku). Orang tua itu bertanya: Engkau akan lakukan ini dan sebelumnya pernah kamu lakukan? Pergi dan bawalah uang itu bersamamu. Ia berkata: Demi Allah, setelah ini aku tidak akan berbuat maksiat kepada Allah selama-lamanya. Pada malam harinya ia meninggal dunia. Pada pagi harinya, tertulis di depan pintu rumah- nya: Sesungguhnya Allah telah menerima taubat orang tua ini." (HR. Hakim dan Tirmidzi dengan sanad hasan sahih)

490 — Kado Perkawinan

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam juga bersabda:

"Jika engkau mengetahui apa yang aku ketahui, maka engkau akan sedikit tertawa dan banyak menangis serta engkau tidak akan bersenang- senang dengan wanita diatas kasur. Lalu engkau pergi keatas bukit untuk memohon kepada Allah: Demi Allah, aku ingin menjadi pohon yang terbelah." (HR. Bukhari dan lainnya) •:‡

Pahala 'Iffah (Menahan Diri dari Berbuat Dosa) — 491