PAHALA MEMBERI NAFKAH DAN KEWAJIBAN MENDIDIK WANITA

PAHALA MEMBERI NAFKAH DAN KEWAJIBAN MENDIDIK WANITA

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman didalam Al Qur'an:

"Apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup itu ditanya, karena dosa apakah mereka dibunuh. " (At Takwir 8-9)

Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman: "Sesungguhnya rugilah orang-orang yang membunuh anak-anak

mereka karena kebodohan lagi tidak mengetahui. Mereka mengharam- kan apa yang telah Allah rizkikan kepada mereka dengan semata- mata mengada-aaakan terhadap Allah. Sesunguhnya mereka telah sesat dan tidaklah mereka mendapat petunjuk. " (Al An'am 140)

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah bersabda: "Barangsiapa yang mencukupi nafkah dua orang anak perempuan

sampai keduanya mencapai usia dewasa, maka ia akan datang pada

Pahala Memberi Najkah dan Kewajiban Mendidik Wanita — 389

hari kiamat bersamaku (Rasulullah merapatkan jari-jarinya, sebagai isyarat bahwa orang tersebut akan datang bersama beliau)." (HR. Muslim)

Sungguh kabar gembira ini tidak berlaku bagi orang tua yang mem- punyai anak laki-laki, akan tetapi berlaku bagi orang tua yang mempunyai anak perempuan. Untuk itu, sudah sempantasnya orang tua gembira me- nerima kehadiran seorang anak perempuan dan bukan sebaliknya, merasa kecewa atau hina.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman didalam Al Qur'an: "Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan mereka yang

tidak mengetahui?" (Az Zumar 9) Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman didalam Al Qur'an:

"Bacalah, dengan mengucap nama Rabbmu Yang Maha Pemurah. Yang mengajarkan kepada manusia melalui perantaraan qalam. Dialah yang mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahui (oleh manusia). " (Al 'Alaq 3-5)

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:

"Para wanita itu merupakan saudara bagi kaum pria." (HR. Ahmad didalam musnadnya, Abu Dawud dan Tirmidzi dengan sanad sahih)

Beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah bertanya kepada salah seorang sahabat wanita yang bernama Syifa': "Tidakkah engkau ingin mengajarkan kepada Hafshah dan Ruqayyah, sebagaimana apa yang telah engkau ajarkan kepada mereka (anak laki-laki), yaitu menulis" (HR. Aba Dawud dengan sanad sahih).

Hadist ini menerangkan, bahwa segala yang diperintahkan kepada kaum muslimin (laki-laki), yang salah satunya adalah menuntut ilmu, juga berhak untuk di ajarkan bagi kaum wanita, kecuali pada hal-hal yang dikhususkan sifatnya hanya bagi kaum laki-laki saja.

390 — Kado Perkawinan

Pada pembahasan kali ini, penulis ingin memperingatkan kepada para bapak yang membiarkan anak perempuan mereka dalam kebodohan: Bahwa sesungguhnya Rasulullah sebagai seorang manusia yang ummi memerin- tahkan agar anak perempuan beliau mendapatkan kepandaian. Sehingga nantinya kaum perempuan tidak terjebak dalam kekosongan dari pekerjaan, yang mana hal ini sangat berbahaya. Sebab, kebodohan dan ketidakmam- puan membaca serta mempelajari kitab-kitab yang bermanfaat bagi seorang perempuan itu akan mendatangkan godaan syaitan. Disamping itu, akan sangat berakibat buruk nantinya pada saat ia (sang perempuan, ibu) harus mendidik dan membesarkan anak-anaknya.

Beberapa firman Allah dan hadits-hadits Nabi tersebut diatas menunjuk- kan apa yang menjadi hak bagi wanita. Orang-orang yang berpikiran picik telah mendustakan para wanita dengan mengatakan, bahwa mengajarkan membaca dan menulis kepada wanita itu merupakan perbuatan yang diha- ramkan. Mereka mendasarkan pendapat mereka ini pada hadist maudhu' (palsu) yang artinya: "Janganlah engkau (laki-laki) tempatkan mereka (para wanita) dikamar-kamar (ruangan -ruangan belajar) dan janganlah pula engkau ajarkan kepada mereka menulis maupun membaca."

Betapa banyak hadits-hadits semacam itu yang menyebabkan para wanita hidup dalam kebodohan, yang juga berakibat anak-anak mereka ikut menjadi bodoh. Pernah seorang khatib (penceramah) di salah satu masjid memberitahukan kepada penulis, bahwa ia telah menutup sekolah bagi wanita di desanya. Karena, muncul anggapan bahwa hadits tersebut adalah sahih.

Sementara pada pembahasan mengenai perintah Rasulullah untuk menganjurkan Hafshah belajar menulis, maka dalam hal ini penulis ber- pendapat: "Sesungguhnya mengajarkan suatu ilmu kepada wanita itu me- rupakan anjuran yang sangat mendasar dan penting. Jika pengajarannya baik, maka akan menghasilkan apa yang baik pula, sehingga mendatangkan manfaat bagi wanita itu sendiri dan juga bagi generasi selanjutnya. Sedang apabila pengajarannya buruk, maka akan membahayakan wanita itu sendiri dan juga generasi sesudahnya."

Untuk itu, sudah merupakan suatu keharusan mengajarkan kepada wanita dengan apa yang dapat membantunya melaksanakan segala kepentingan dan perannya sebagai isteri, ibu dan pendidik bagi generasi mendatang. Juga sebagai konseptor rumah tangga yang ulung dan handal.

Semua itu memerlukan proses yang di sebut dengan belajar, baik itu mengenai aqidah dan dasar-dasar ke-Islaman, sejarah —khususnya sejarah Islam—, berbagai pedoman pendidikan yang Islami, tata cara menciptakan

Pahala Memberi Nafkah dan Kewajiban Mendidik Wanita — 391 Pahala Memberi Nafkah dan Kewajiban Mendidik Wanita — 391

Masyarakat Islam terkadang salah menilai terhadap apa yang dimaksud dengan 'pemenuhan hak wanita dalam belajar'. Sebagaimana yang kita saksikan melalui terjadinya kekacauan tabiat dan bidang pendidikan, khu- susnya terhadap wanita, sehingga timbul berbagai kemungkinan yang dapat menyebabkan hancurnya tatanan kehidupan umat. Sebab, pada saat se- karang wanita cenderung untuk di bentuk menjadi sosok yang berkarakter maskulin dan bukan sosok yang berkarakter feminin, yang sepantasnya untuk dididik dengan cara-cara tersebut.

Perlu diketahui dengan seksama, bahwa minoritas penginjil dan para orientalis Barat mempunyai tujuan merusak bangunan rumah tangga umat Islam dan merusak sendi-sendi tatanan keluarga yang Islami. Yang untuk tujuan tersebut mereka menyusun kekuatan sejak beberapa tahun yang lalu. Komunitas ini dibentuk dengan tujuan merusak dan menanamkan keraguan pada ajaran Islam dibawah bendera perundangan yang mereka ciptakan sendiri. Disamping itu, mereka juga menanamkan rasa kecemburuan ter- hadap kaum muslimat melalui usaha mendidik mereka dengan cara-cara yang sama sekali tidak mencerminkan ajaran yang di tuntunkan oleh syari'at Islam.

Di antara berbagai program yang mereka promosikan adalah memper- kenalkan pri-kehidupan bangsa Eropa yang serba glamour, pengingkaran terhadap etika ajaran Islam dan menebarkan penyakit-penyakit dibawah bendera keilmuan.

Di dalam kitab yang berjudul Al Ghaarah 'ala Al 'Alamul Islami (pada halaman 47) disebutkan: "Bagi para misionaris (penginjil) dianjurkan agar jangan pernah putus asa jika pengaruh misi yang mereka bawa terhadap' kaum muslimin tampak lemah. Yang pasti, bahwa kecenderungan dan ke- senangan terhadap ilmu-ilmu milik bangsa Eropa telah tumbuh di hati kaum muslimin (maksud mereka adalah ajaran filsafat dan pandangan-pandangan mereka terhadap etika hidup bebas serta kemerdekaan —emansipasi— bagi wanita)."

Pada halaman 88-89 terdapat pernyataan yang di buat untuk melaksana- kan ketetapan pertemuan di Lockn dan Kairo (semacam muktamar bagi para misionaris, Ed.). Adapun diantara berbagai program yang mereka tetapkan adalah pelajaran tentang kehidupan modern dan usaha untuk membangkitkan kembali semangat serta gairah dalam memperluas kawasan pengajaran dari para misionaris, khususnya didalam mengajarkan mengenai apa yang menjadi ketetapan mereka kepada kaum wanita muslimat. Dari

392 — Kado Perkawinan 392 — Kado Perkawinan

Demi Allah, para misionaris dari kaum salib-lah yang sangat berperan didalam mengundangkan dan menjalankan emansipasi bagi para wanita muslimat. Mouru Bourjer, seorang berkebangsaan Yahudi berkata didalam kitabnya yang berjudul Al 'Alamul 'Arabi Al Yaum: "Bahwa sesunguhnya para wanita muslimat terpelajarlah yang justru mampu menjauhkan para individu masyarakat Islam dari mempelajari agama dan hanya merekalah yang paling mampu menarik masyarakat secara umum untuk secara per- lahan menjauhi ajaran Islam" (dipetik dari kitab "Jahiliyah abad 20).

Didalam kitab yang berjudul At Tabsyiir wa Al Isti'maar, dijelaskan: "Pada saat pertama kali para misionaris sampai di daratan Arabia, mereka telah mengetahui bahwa para wanitalah yang lebih memiliki pengaruh dalam pendidikan daripada para pria. Untuk itu, mereka mengarahkan sasaran sepenuhnya kepada wanita."

Guna mendukung pelaksanaan misi, para misionaris mendapatkan bantuan dana dari negara-negara Adi Kuasa seperti Amerika Serikat sejak tahun 1870. Berbagai bantuan tersebut digunakan untuk mendirikan sekolah- sekolah agama. Disamping itu, mereka jelaskan kepada negara-negara donor tentang kegunaan lain dari berbagai bantuan yang telah mereka terima. Seperti salah satunya digunakan untuk mendukung misi kristenisasi terhadap penduduk Suriah yang berpendidikan rendah dan miskin. ‡

Pahala Memberi Nafkah dan Kewajiban Mendidik Wanita — 393