PERHATIAN ISLAM TERHADAP WANITA HAMIL DAN MENYUSUI

PERHATIAN ISLAM TERHADAP WANITA HAMIL DAN MENYUSUI

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman didalam Al Qur'an:

"Dan bagi orang-orang yang kuasa untuk berpuasa, akan tetapi ter- halang didalam melakukannya, maka wajib memberikan fidyah dengan memberi makan orang miskin. " (Al Baqarah 184)

Perhatian Islam dalam memelihara kesehatan wanita hamil dan anak yang tengah dikandungnya dibuktikan melalui diperbolehkannya tidak ber- puasa pada bulan Ramadhan dan tidak dikenakan qadha' puasa, akan tetapi hanya cukup dengan membayar fidyah.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:

"Sesungguhnya Allah telah memberikan keringanan tidak berpuasa bagi musafir dan membagi dua (mengqashar) pada pelaksanaan shalatnya serta memberikan keringanan bagi kaum wanita yang tengah hamil atau menyusui." (HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan Ibnu Majah dengan sanad jayyid)

Perhatian hlam Terhadap Wanita Hamil dan Menyusui — 397

Beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam juga bersabda: "Wanita yang tengah hamil dan menyusui jika keduanya berbuka (tidak berpuasa), maka ke- duanya harus membayar fidyah dan tidak diperintahkan untuk mengqadha' puasa yang ditinggalkannya." (HR. Ibnu Umar dan Ibnu 'Abbas)

Abu Dawud meriwayatkan dari Ikrimah, bahwa Ibnu 'Abbas pernah berpendapat mengenai firman Allah yang artinya bagi orang-orang yang kuasa berpuasa akan tetapi terhalang melakukannya, merupakan keringan- an yang diberikan kepada orang-orang yang sudah tua, baik laki-laki mau- pun perempuan, dimana mereka itu sebenarnya kuasa untuk berpuasa, akan tetapi berbuka. Untuk itu, bagi memberi hanya di perintahkan memberi makan orang miskin setiap hari satu orang. Sedangkan bagi wanita hamil dan menyusui, jika keduanya khawatir terhadap kondisi diri dan anaknya. maka keduanya boleh berbuka dan mengganti kewajiban puasanya dengan memberi makan orang miskin.

Dalam hadits lain ditambahkan, bahwa Ibnu 'Abbas berkata kepada ibu dari anak yang tengah di kandungnya: "Pada saat ini engkau berkedudukan sama (di hadapan hukum) dengan orang yang kuasa berpuasa tetapi ber- buka. Maka diwajibkan bagimu untuk membayar fidyah dan tidak diwajib- kan menqadha' puasa di lain waktu. Sanad dari riwayat ini di benarkan oleh Ad Daaruquthni.

Dari Nafi' diceritakan, bahwa Ibnu Umar ditanya tentang puasa bagi wanita hamil yang mengkhawatirkan akan kondisi anak didalam perutnya' 1

Maka Ibnu Umar menjawab: "Diperbolehkan baginya berbuka dan hanya diwajibkan untuk memberi makan kepada orang miskin setiap hari satu orang sebanyak satu mud gandum dan tidak wajib mengqadha' puasa yang di tinggalkannya di lain waktu" (HR. Malik dan Baihaqi).

Allah Subhanahu wa Ta'ala hanya mewajibkan qadha' puasa bagi mu- safir dan orang sakit yang berbuka. Akan tetapi, Allah tidak mewajibkan hal itu bagi wanita hamil dan menyusui.

Hukum syari'at —tentang puasa— yang penuh dengan keringanan ini sayangnya tidak diketahui oleh kebanyakan dari kaum muslimin. Sehingga menyebabkan bagi wanita hamil dan yang tengah menyusui tejebak dalam bahaya. Yakni, selama mereka hanya mengetahui akan adanya kewajiban qadha' bagi mereka berdua jika tidak berpuasa. Hingga mereka berusaha untuk menghindari qadha' dan memilih untuk berpuasa, yang justru dapat mendatangkan bahaya bagi mereka berdua atau anak yang tengah ada dalam kandungannya.

Wanita hamil dan menyusui tidak akan mendapatkan waktu luang atau kesempatan untuk mengqadha' hutang puasanya. Sebab, wanita —khu-

398 — Kado Perkawinan 398 — Kado Perkawinan

Adapun para Imam madzhab berpendapat, bahwa wanita hamil dan yang tengah menyusui anaknya diwajibkan untuk mengqadha' puasa yang ditinggalkannya di lain waktu. Sementara mereka pernah mengatakan, bahwa apabila ada dalil lain yang lebih kuat dari pendapat yang mereka kemukakan dan itu berdasarkan pada dalil yang sahih, maka itulah yang menjadi pegangan (madzhab) mereka. Akan tetapi, dengan pendapat yang telah mereka kemukakan tersebut menandakan bahwa mereka tidak me- mahami dalil-dalil sahih seperti yang telah penulis kemukakan sebelumnya, yaitu mengenai tidak di wajibkannya mengqadha' puasa bagi wanita hamil dan yang tengah menyusui. Sebab, menurut hemat penulis, dalil yang di- sampaikan oleh Ibnu 'Abbas dan Ibnu Umar itu mempunyai kekuatan hukum marfu' dan tidak mungkin bahwa apa yang telah mereka berdua sampaikan itu berasal dari diri (pendapat) mereka sendiri. Allahu A'lam.... ‡

Perhatian hlam Terhadap Wanita Hamil dan Menyusui — 399 Perhatian hlam Terhadap Wanita Hamil dan Menyusui — 399

awal pendidikan

ideal bagi anak

Ebook creator : Yoga Permana , 12/8/2007