RATAPAN PARA PENYA'IR BAGI ISTERI-ISTERI MEREKA

RATAPAN PARA PENYA'IR BAGI ISTERI-ISTERI MEREKA

Mungkin para pembaca merasa heran akan adanya tema bahasan ini. Akan tetapi, rasa heran tersebut akan segera sirna jika mengetahui akan tujuan yang penulis maksudkan. Yaitu, untuk melembutkan hati para suami dan menggugahnya serta mengobarkan perasaan mereka. Kesemuanya itu tumbuh dan dimiliki oleh pribadi-pribadi mulia, terpercaya dan yang lembut pe- rangainya, terhadap yang berpredikat sebagai yang selalu diingini oleh banyak pria (isteri idaman). Akan tetapi, haknya terkadang dilecehkan dan terkadang pula sang suami bersikap melampaui batas kewajaran.

Kemudian jika sang isteri meninggal dunia, maka sang suami pun akan merasakan kehampaan dan ia sekaligus menempati posisi isteri dihadapan putera-puterinya yang tengah menangis disekitar jasadnya (sang isteri). Yakni, pada hari dimana orang-orang berkumpul untuk membawanya me- nuju ke tempat yang tidak ada satu pun dari mereka yang masih hidup (keluarga yang dahulunya pernah menyayangi) ingin menemaninya. Pada hari itu, penyesalan tidak berguna lagi, burung murai telah terbang dari sangkarnya, dimana sebelumnya sangkar tersebut dipenuhi oleh suaranya, dihiasi oleh canda tawanya, kecantikannya dan menyempurnakan dengan kasih sayang serta mengisinya dengan cumbuan yang memabukkan.

Ada seorang shalih yang dengan sengaja menyediakan bagi dirinya sebuah kotak besar, dimana ia akan masuk kedalamnya setiap kali hatinya merasa gelisah dan lupa akan Rabbnya. Dengan tujuan, agar ia dapat meng- gambarkan sebuah kuburan dan merasakan kegelapannya. Sehingga ketika dadanya terasa sempit dan jiwanya terkurung, maka ia berteriak dengan

264 — Kado Perkawinan 264 — Kado Perkawinan

Disampinmg itu, penulis juga ingin mempersembahkan kepada para suami —yang keras hatinya dan beku perasaannya— sekumpulan bait para penya'ir yang ditinggal mati oleh isteri-isteri meraka, dimana mereka me- ngumpulkan segala isi hatinya dengan perasaan yang lembut yang dipenuhi tangis dan kesedihan. Mereka menyendiri setelah isteri-isteri mereka me- ninggalkan dunia dan kehidupan yang fana ini. Kehidupannya pun menjadi gelap, karena terpisah dari isterinya dan dunia pun terasa sempit, walaupun luas adanya. Kemudian ia pun memohon pertolongan Sang Khaliq dan meminta-Nya untuk mengembalikan ruh dari teman hidup dan pewangi rumahnya itu, hingga ia dapat bersikap baik kepadanya (san isteri yang telah meninggal dunia) dan bersedia menemaninya sepanjang masa.

Para penya'ir yang berduka cita atas isteri-isteri mereka yang telah meninggal dunia menuangkan ratapan mereka tersebut kedalam bait-bait sya'ir berikut ini:

"Jika tidak ada rasa malu Maka tumpahlah kepedihanku

Dan kukunjungi makammu Kekasih yang pantas dikunjungi Hatiku berpaling saat kepedihan terasa menyakitkan Begitu juga anak-anak kecilmu Para Malaikat, orang-orang baik dan bijaksana bershalawat Untuk orang-orang yang engkau pilih dan untukmu Tak lama kemudian para sahabat berpisah Siang dan malam menghancurkan kebahagiaan mereka."

Sya'ir Abu Tamam untuk meratapi isterinya yang baru saja meninggal dunia:

"Aku memperoleh seorang gadis Yang akan berlalu kehidupannya Seorang teman yang merawat Saat aku menangis pada masanya Kendali kenikmatan berada ditanganku Dan ketika memperoleh teman Kendalinya kembali diperoleh

Ratapan para Penya 'ir Bagi hteri-isteri Mereka — 265

Aku telah menyerahkan ikatan keluargaku Kebaikannya tidak aku sukai Dan hatiku tidak menyukai kecantikannya Mereka berkata... Apakah pemuda menangis untuk seorang gadis? Jika tidak ingin, maka aku minta sepuluh penggantinya Apakah orang akan meminta ganti sepuluh telapak tangannya Walaupun ujung jarinya selamat dari panasnya besi."

Telah sampai kepada Sami' Basya Al Barudi kabar mengenai kematian isterinya dan pada saat itu ia tengah diasingkan di Jazirah Sarondib, karena ia adalah seorang pejuang pemberani dan kuat pendiriannya. Karenanya, ia pun meratapi isterinya tersebut melalui bait-bait sya'ir berikut ini:

"Tangan-tanganku yang pemurah Telah menyalakan segala batang kayu Dan menolak segala nyala api dalam hatiku Ekspedisi orang kekar telah berusaha melemahkan tekadku Dan telah meletakkan mata tombakku Wahai masa yang akan menggabungkan aku dengan isteriku Ia merupakan inti dari persiapan dan perlengkapanku Jika engkau tidak kasihan akan kesedihanku karena jauhnya ia Maka apakah engkau tidak kasihan Terhadap kesedihan anak-anakku? Kepedihan ontaku tidak meninggalkan hatiku Dan kedua tanganku tidak mampu menahan kepergian kekasihku Merupakan musibah orang yang bersedih hati Berlomba menjaga kesabaran Dan ia bukanlah benda mati Kamu jauh sekali! Agar menetap pada sebagian malamku Sayangnya engkau jauh dan melelahkan Teman perjalananku telah berpaling kepadamu Dan air matamu membasahi bantalku Jika aku terbangun Maka engkaulah yang pertama kuingat Jika aku beristirahat Maka engkaulah bekalku yang terakhir bekalku."

Setelah (Sami Basya) merana hatinya, dengan kesedihan yang ada ia kembali dan menyerahkan semuanya kepada keputusan Allah Subhanahu wa Ta'ala yang tidak melampaui batas kekuatan-Nya. Maka ia pun berkata:

266 — Kado Perkawinan

"Setiap orang pada saatnya akan berjumpa Rabbnya Dan manusia didunia ini akan kembali kepada-Nya."

Sementara Ath Thaghra'i meratapi isterinya dan bersya'ir: "Jika air segar darimu dapat menghapus dahagaku

Maka janganlah minum sedikit kecuali air es dan salju Jika aku hanya melihat kebaikan dunia sejak kepergianmu Maka aku tidak puas dengan melihat saja Engkau telah menemaniku Dan masa muda yang segar telah berlalu Seperti engkau yang telah pergi Maka dalam hidup ini tidak ada lagi hajatku Kalian berdua telah mendahuluiku Walaupun aku memilih setelah kalian berdua Akulah orang yang pertama menemui jejaknya Kesengsaraan dalam kesendirian Terhadap orang yang tidur bersamanya Menolak tidur antara keluarga dan hartanya Ia menghangatkan isi perutnya Akan dinginnya tempat tidur Dan memenuhi isi hatinya

Serta seperempatnya kosong Ia menangis dan meratapi kebaikan isterinya sepanjang malam

Maka ia tidak menetap dan meminta petunjuk kepada keadaan." Abu Ja'far Al Baghdadi berkata: "Aku memiliki tetangga yang mem-

punyai seorang budak yang cantik serta sangat ia cintai. Akan tetapi, ke- mudian ia meninggal dunia. Maka terlihat pada diri sang budak rasa cinta yang mendalam. Pada suatu malam, dikala ia tertidur, tiba-tiba budak itu mendatanginya didalam tidurnya dan melantunkan beberapa bait sya'ir berikut ini:

"Ia datang mengunjungi tempat tidurku Setelah ia dikubur... Dalam tidur aku mencium pipinya Yang berleherkan jenjang Maka aku berkata Wahai sayangku... Engkau telah mengkhabarkan kematian padaku Maka bagaimana keadaan para penghuni kubur

Dan jalan menuju kesana tertutup Ratapan para Penya'ir Bagi Isteri-isteri Mereka — 267

Ia berkata... Disana tulang-tulangku terkubur didalamnya Singa dan cacing tanah menggerogoti tulangku Jiwa ini telah datang berkunjung kepadamu Maka terimalah kunjungan orang yang terkubur dimakamnya."

Kemudian ia terjaga dan telah menghafal akan bait-baitnya serta men- ceritakannya kepada orang-orang tentang mimpinya itu. Tak lama setelah kejadian itu, ia pun meninggal dunia.

Mu'li Ath Tha'i meratapi budak wanitanya yang telah meninggal dunia, dimana ia berkata:

"Wahai maut...bagaimana engkau merampas gadisku Engkau jemput ia terlebih dahulu Dan engkau tinggalkan aku dibelakangnya Engkau telah merenggut belahan jiwaku dari jasadku Engkau telah menguburkannya Dan engkau tinggalkan untukku sepenggal Mengapa engkau tidak pergi bersamaku Engkau tinggalkan sisanya tanpa sebab Dan setelah kepergiannya ia menjadi bebas Wahai maut...engkau tidak menyisakan untukku satu pun Ketika engkau mengangkat gadisku kepada kelusuhan Mengapa engkau tidak mengasihani keremajaan seorang isteri Yang mana tulang dan rambutnya lengket Wahai maut...engkau berbuat begini terhadap setiap saudaraku Yaitu seorang sahabat yang terjaga Dengan kebaikan sahabatnya Engkau tinggalkan aku sendiri

Sedang engkau bersamanya Engkau sebelumnya tidak menanggung dan berkecukupan Engkau tinggalkan ia walaupun dalam bencana masa