TUJUAN DAN STRATEGI DALAM SEBUAH PERKAWINAN

TUJUAN DAN STRATEGI DALAM SEBUAH PERKAWINAN

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman didalam Al Qur'an:

"Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi. (Al Anfal 60)

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda : "Nikahilah isteri-isteri yang subur (produktif), niscaya nanti di hari

kiamat aku (Rasulullah) akan bangga dengan banyaknya ummatku." (HR. Abu Dawud, Nasa'i dan Ibnu Hibban dengan sanad sahih)

Disamping itu, ada sebuah riwayat yang menceritakan:

302 — Aat/o Perkawinan

"Bahwa seorang perempuan datang mengadu kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam seraya berkata: Wahai Rasulullah, kaum lelaki telah pergi untuk mendengarkan haditsmu. Untuk itu, tetapkanlah bagi kami satu waktu, dimana kami akan mendatangimu sehingga engkau mengajarkan kepada kami apa yang diajarkan Allah kepadamu. Kemudian beliau berkata: Datanglah engkau pada hari ini dan itu dan di tempat ini dan itu (sebagai isyarat atas pe- nentuan waktu dan tempat yang ditetapkan oleh Rasulullah). Maka mereka pun berkumpul, lalu beliau mengajari mereka dengan apa yang telah Allah ajarkan kepada beliau. Lalu beliau berkata: Tidak- lah seorang wanita di antara kalian yang ditinggal wafat oleh tiga anaknya, kecuali anak-anak itu akan menjadi penghalang (tirai) antara dirinya dan api neraka'. Salah seorang perempuan bertanya: Bagaimana jika seorang (anak) wanita dan dua anak (laki-laki), ya Rasulullah? Beliau menjawab: Dan dua anak laki-laki (3x). (HR. Bukhari, Muslim)

Kekuatan suatu bangsa akan sangat bergantung pada banyaknya pen- duduk dan persenjataan yang ditunjang dengan kekuatan materiil serta mental spirituil yang dimiliki oleh anggota dari bangsa tersebut. Islam telah menganjurkan atas banyaknya keturunan —tentunya yang berkualitas tinggi—, karena banyaknya penduduk termasuk dalam salah satu syarat bagi kelestarian suatu bangsa dan kemenangannya (keselamatannya dari gangguan bangsa lain).

Banyaknya penduduk yang beriman kepada Allah akan menjadikan satu kekuatan tersendiri, yang oleh Allah Subhanahu wa Ta 'ala diperintah- kan untuk mempersiapkannya guna memberikan perlawanan terhadap musuh yang hendak menyerang. Sebagaimana yang disebutkan pada firman Allah yang telah lalu. Didalam pembahasan mengenai masalah ini dapat kita lihat contohnya melalui dorongan semangat yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam atas diri salah seorang dari sahabat beliau yang menentukan pada dirinya sendiri untuk meninggalkan perkawinan. Dimana Rasulullah memperingatkan ia (yang berarti untuk kita semua umat- nya) dengan sabdanya:

Tujuan dan Strategi dalam Sebuah Perkawinan — 303

"Barangsiapa yang tidak mengikuti sunnahku, maka ia bukanlah ter- masuk golonganku." (Al Hadits)

Seperti yang telah dianjurkan oleh Islam, bahwa seseorang yang — dirinya— dihiasi dengan iman kepada Allah, senantiasa bersabar atas mu- sibah yang menimpa, bersikap konsisten, berani menegakkan yang benar serta berpegang teguh dengan akhlak yang mulia, agar membuktikan eksis- tensinya —kepada umat yang lain— sebagai generasi yang kuat, yang mem- punyai sifat keutamaan dalam segala hal dan keadaannya.

Penduduk yang banyak jumlahnya dari segi kuantitas, tanpa ditunjang dengan adanya keimanan yang benar dan akhlak yang kuat, maka tidak akan ada artinya. Sebagaimana tercantum dalam hadits sahih yang mengi- sahkan tentang sifat orang-orang yang tercela dan kelompok orang yang sombong, yang hanya mengandalkan kekuatan mental spiritual saja; seperti mencintai mati (secara berlebihan) dan tidak ada perhatian sedikit pun terhadap kebaikan nasibnya di dunia. Dalam hal ini Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam mengingatkan melalui sabda beliau:

"Hampir saja umat manusia mengerumuni kalian (umat Islam) dari segala arah, seperti mengerumuni makanan yang berada diatas meja makan. Para sahabat bertanya: Apakah jumlah kita pada saat itu se- dikit ya Rasulullah? Beliau menjawab: Tidak, bahkan kalian sangat banyak. Akan tetapi, banyaknya seperti buih dilautan. Sungguh Allah akan menghilangkan rasa takut dari hati musuh-musuh kalian dan akan menanamkan rasa cemas di hati kalian. Lalu salah seorang saha- bat bertanya: Apa yang dimaksud dengan rasa cemas itu ya Rasulullah ? Beliau menjawab: Yaitu terlalu cinta kepada dunia dan takut akan kematian." (Al Hadits) •:•

304 — Kado Perkawinan