KEUTAMAAN WANITA SURGA DALAM PERSPEKTIF AL QUR'AN
KEUTAMAAN WANITA SURGA DALAM PERSPEKTIF AL QUR'AN
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman didalam Al Qur'an:
"Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa kepada Allah akan men- dapatkan kemenangan, yaitu berupa kebun-kebun dan buah anggur serta gadis-gadis remaja yang sebaya." (An Naba' 31-33)
Allah juga berfirman:
"Sesungguhnya Kami (Allah) menciptakan mereka (para bidadari) secara langsung dan Kami jadikan mereka berada dalam kondisi yang masih gadis. Perawan yang penuh cinta lagi sebaya usianya."
Imam Ibnul Qayyim berkata, bahwa Ali bin Abi Thalib telah berkata: ''Wanita belum dianggap baik sehingga mampu mengenyangkan susuannya (anak-anaknya yang masih menyusu) dan menghangatkan teman tidurnya (suaminya)." Ibnu Shubrumah berkata: "Aku tidak melihat adanya pakaian pada seorang laki-laki yang dihiasi dengan kekurusan badan dan aku tidak melihat pakaian pada seorang wanita yang dihiasi degan kegemukan."
Dalam hal ini penulis berpendapat, bahwa Allah Subhanahu wa Ta 'ala menghendaki agar seorang isteri bersikap baik didalam menyesuaikan diri
Keutamaan Wanita Surga dalam Perspektif Al Qur'an — 277 Keutamaan Wanita Surga dalam Perspektif Al Qur'an — 277
Imam Al Mubarrad berkata, bahwa ada seorang isteri yang sangat men- cintai suaminya, dimana ia bersya'ir untuknya:
"Dan dalam sekedup terdapat wanita yang dicintai Yang tidak terdapat padanya sifat buruk."
Para ahli tafsir menyebutkan didalam Al Arasi, bahwa makna yang terkandung dari ayat tersebut diatas adalah; para wanita yang mempunyai rasa simpati, rasa manja, cinta menggelora dan gairah seks (terhadap suami).
Imam Bukhari berkata didalam kitab sahihnya: "Bahwa gambaran tentang kesabaran dan ketulusan wanita dapat dilihat pada saat mereka (para wanita tersebut) tengah mengandung. Sebutan bagi tipe wanita seperti itu menurut penduduk Makkah adalah Al Arabah. Sedangkan menurut penduduk Ma- dinah adalah Al Fahijah atau saat-saat dimana seorang wanita cenderung untuk menjadi genit (manja). Adapun menurut pendapat penulis, kesatuan antara keelokan wajah dengan pergaulannya, dimana hal ini merupakan suatu tuntutan bagi seorang wanita. Dengan harapan, bahwa apabila se- orang wanita (isteri) bersifat seperti itu, maka akan memberikan kenikmat- an yang sempurna bagi suaminya, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
"Mereka itu (para isteri yang disediakan oleh Allah di dalam surga) tidak pernah disentuh oleh tangan-tangan manusia sebelum mereka (para penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula olehjin." (Ar Rahman 74)
Ayat ini memberikan isyarat (gambaran) tentang kesempurnaan dari suatu kenikmatan terhadap wanita (di saat seorang suami mempergauli wanita).
Sesungguhnya letak kenikmatan yang esensi bagi seorang suami ter- hadap isterinya, yaitu apabila isterinya tersebut belum pernah disentuh (bersenggama) oleh laki-laki lain kecuali oleh dirinya (suaminya) sendiri. Wanita seperti itu mempunyai kenikmatan yang lebih, dibandingkan dengan lainnya dan begitu juga sebaliknya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman didalam Al Qur'an yang artinya: "Didalam surga itu ada bidadari yang sopan dan mereka senantiasa me- nundukkan pandangannya. Tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum
278 — Kado Perkawinan 278 — Kado Perkawinan
Para mufassir mengartikan, bahwa yang dimaksud dengan isteri-isteri yang menundukkan pandangan terhadap suami mereka adalah, mereka tidak mengalihkan pandangan kepada selain dari suami-suami mereka. Ada pula yang mengartikan, bahwa mereka menundukkan pandangan suami hanya kepada mereka, yaitu tentang kecantikan dan kebaikan mereka. Hingga sang suami tidak memalingkan pandangannya kepada wanita selain isterinya.
Makna seperti ini dalam segi arti dapat dibenarkan. Adapun dari segi lafazh, bahwa kata 'menundukkan' itu merupakan sifat yang disandarkan kepada pelaku dari segala sisi kebaikannya. Sebenarnya, yang dimaksud dengan menundukkan pandangan mereka adalah pandangan yang tidak melampaui batas.
Sebagaimana disinyalir didalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
"Maka yang manakah dari nikmat Rabbmu yang kalian dustakan? Seakan-akan bidadari itu seperti permata, yakut dan marjan."
Para mufassir berpendapat, bahwa yang dimaksudkan oleh ayat diatas adalah kejernihan serta keelokan yang memancar pada batu permata yang disebut sebagai yakut dan warna putihnya marjan memiliki persamaan dengan isteri-isteri pada kesucian mereka.
Dengan ayat ini, Abdullah menjadikan sebagai dalil didalam perkataannya yang cukup dikenal; bahwa sesungguhnya wanita-wanita dari penduduk surga itu memakai 70 pakaian khusus —dari surga—, sehingga terlihat putih lengannya dari belakang mereka.
Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Didalam surga itu ada bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik." Disamping itu, Allah juga berfirman:
"Bidadari-bidadari yang jelita, putih, bersih dan dipingit dalam rumah."
Keutamaan Wanita Surga dalam Perspektif Al Qur'an — 279
Penjelasan akan pensifatan wanita di surga kelak, sebagaimana telah dijelaskan diatas, maka dapat diambil suatu kesimpulan; Pertama: Mereka itu lakasana bidadari yang sopan, menundukkan pan- dangannya. Kedua: Mereka itu berparas jelita, putih dan bersih. Sifat yang kedua ini merupakan sifat yang sempurna. Dengan kata lain, sifat semacam itu mampu untuk menundukkan pandangan pada selain suami dan dari mem- pertontonkan kecantikan bagi laki-laki selain suaminya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman didalam Al Qur'an: "Sesunguhnya orang yang bertaqwa kepada Allah itu berada di tempat
yang aman. Yaitu, didalam taman-taman yang mengalir padanya mata air. Mereka mengenakan sutera yang halus dan sutera yang tebal serta duduk berhadap-hadapan. Disamping itu, Kami (Allah) berikan kepada mereka bidadari-bidadari sebagai teman hidup. "
Ibnul Qayyim berkata, bahwa yang dimaksud dengan penjelasan diatas berkenaan dengan seorang laki-laki shalih yang bernama Ali bin Kad'iyad, dimana pada saat itu ia tengah mendirikan shalat —tepat— dibelakang Imam dan sang Imam membaca surat Ar Rahman.
Ali mengatakan: Adapun yang aku dengar dari surat yang dibaca oleh Imam sangatlah menyentuh hatiku. Begitu pula dengan ayat sebelumnya. Hal seperti ini menunjukkan, bahwa selayaknya bagi seorang muslim untuk tidak selalu melihat pada suatu kenikmatan saja. Akan tetapi, juga harus merasa takut akan adzab yang bakal menimpa, yangmana kesemuanya itu datangnya dari Rabb, penguasa alam semesta.
Allah Subhanahu wa Ta'ala juga menjelaskan perihal keadaan pen- duduk surga, dimana dikemukakan melalui firman-Nya (yang artinya): "Mereka (para penduduk surga) berkata: Sesungguhnya kami dahulu — sewaktu berada ditengah-tengah keluarga kami — merasa takut akan adzab."
Dalam firman-Nya yang lain juga dijelaskan:
"Disisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya dan jelita matanya. Seakan-akan mereka laksana telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik."
280 — Kado Perkawinan
Ibnu 'Abbas berkata: "Yang dimaksud oleh ayat diatas adalah laksana mutiara yang tersimpan." Sedangkan Imam Al Hasan mengenai hal itu berpendapat: "Bahwa yang dimaksdukan adalah senantiasa terjaga, tidak pernah tersentuh oleh tangan-tangan lain sebelum terlepas dari kulitnya
! (menetas)." ‡
Keutamaan Wanita Surga dalam Perspektif Al Qur'an — 281