LARANGAN BERLEBIH-LEBIHAN DALAM MAHAR

LARANGAN BERLEBIH-LEBIHAN DALAM MAHAR

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:

"Sesungguhnya sebab dari keberkahan wanita ialah mempermudah di dalam meminang, dalam mahar dan saat menggaulinya." (HR. Ahmad dan Nasa'i dengan status hasan)

Diceritakan juga didalam sebuah riwayat, bahwa ada seorang wanita mendatangi Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam seraya berkata: k 'Wahai

Rasulullah, sesungguhnya aku menyerahkan perkara diriku kepada-Mu. Lalu beliau memandang dan mengamatinya dengan sungguh-sungguh, kemudian beliau menunduk. Wanita itu berdiri cukup lama. Tiba-tiba ada seorang laki-laki berdiri dan berkata: Wahai Rasulullah, nikahkanlah aku dengannya, jika engkau tidak mempunyai hajat atasnya. Maka beliau ber- tanya: Apakah engkau mempunyai sesuatu untuk diberikan kepadanya se- bagai mahar? Ia menjawab: Aku tidak memiliki apa-apa kecuali kain sarungku ini. Beliau berkata: Carilah, sekalipun cincin yang terbuat dari besi. Maka ia pun mencarinya dan tidak mendapatkan sesuatu. Lalu beliau bertanya: Apakah engkau mempunyai (hafal) sesuatu dari Al Qur'an? Ia menjawab: Ya, surat ini dan ini. Maka beliau berkata: Aku nikahkan engkau dengan- nya, yaitu mahar dari hafalan Al Qur'an yang ada padamu. Dalam riwayat yang lain dinyatakan, bahwa beliau berkata: Pergilah, karena aku telah nikahkan engkau dengannya (mahar terebut) dan ajarkan kepadanya Al Qur'an" (HR. Bukhari, Muslim).

Larangan Berlebih-lebihan dalam Mahar — 89

Pada riwayat yang lain disebutkan, bahwa pada keterangan dimana setelah Rasulullah memintanya mencari sebuah cincin dan ia tidak men- dapatkannya, maka ia pun berkata kepada beliau: "Aku hanya memiliki sarung ini dan ia (isterinya) berhak atas setengah darinya (sarung)." Maka Rasulullah bertanya: "Apa yang dapat engkau perbuat dengan setengah dari sarungmu itu? Jika engkau memakainya, maka ia tidak bisa memperguna- kannya dan jika ia yang mengenakan sarung itu, maka engkau pun tidak bisa memakainya." Lalu lelaki itu duduk dalam waktu yang cukup lama dan berdiri. Kemudian beliau melihatnya membalikkan badan dan pergi. Maka beliau memanggilnya. Ketika ia kembali, Rasulullah bertanya: "Bagi- an Al Qur'an mana yang ada padamu (yang engkau hafal)?" Ia menjawab: "Yang ada padaku ialah surat ini dan surat ini" (HR. Al Khamsah).

Diriwayatkan dari Abi Salamah, ia berkata: "Aku bertanya kepada 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha tentang berapa

mahar Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallaml 'Aisyah menjawab: Mahar yang beliau berikan bagi para isterinya sebanyak 12 'uqiyah (1 'uqiyah = 40 dirham) dan satu nasy. Lalu 'Aisyah balik bertanya: Tahukah engkau berapa satu nasy itu? Aku (Abi Salamah) menjawab: Tidak. 'Aisyah menjawab: 1/2 'uqiyah. Aku berkata: 500 dirham." (HR. Muslim)

Satu 'uqiyah itu sama dengan 40 dirham. Maka jumlah maharnya ada- lah sebanyak 500 dirham. Satu dirham bernilai 40 qirsy atau jumlah mahar tersebut sama dengan 500 Lira Suriah.

Diriwayatkan pula dari Ibnu 'Abbas Radhiyallahu 'Anhuma, ia berkata: Ketika Ali menikahi Fathimah, Rasulullah berkata: "Berikan kepadanya sesuatu sebagai maharnya. Ali menjawab: Aku tidak memiliki apa-apa. Rasul bersabda: Dimanakah baju yang terbuat dari besi milikmu, maka berikanlah itu kepadanya sebagai mahar" (HR. Nasa'i dan Hakim dengan sanad sahih).

Inilah mahar puteri Rasulullah yang tidak di ukur dengan harga (uang). Beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menikahkan puterinya dengan mahar baju besi, sebagai simbol kesederhanaan.

90 — Kado Perkawinan

Juga sebuah riwayat dari Anas, dimana ia berkata: "Ketika Abu Thalhah menikahi 'Ummu Sulaim, mahar yang diberikannya adalah masuk (me- meluk) Islam. Adapun 'Ummu Sulaim memeluk agama Islam sebelum Abu Thalhah. Kemudian Abu Thalhah melamarnya. 'Ummu Sulaim ber-kata: Aku telah memeluk agama Islam. Jika engkau masuk Islam, maka aku akan menikah denganmu. Lalu Abu Thalhah pun memeluk agama Is-lam dan itulah mahar baginya —yang diminta oleh 'Ummu Sulaim, isteri-nya—" (HR. Nasa'i dengan sanad sahih).

Yang dimaksudkan oleh hadits diatas adalah membolehkan kepada se- orang pria untuk memberikan cincin besi sebagai mahar bagi wanita yang hendak dinikahinya. Disamping itu, juga karena ada larangan bagi laki-laki memakai cincin yang terbuat dari emas. Sebab, Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah melihat sahabat beliau memakai cincin yang terbuat dari emas dan beliau berpaling darinya serta membuangnya. Kemudian beliau membuat sebuah cincin besi dan memberikan kepadanya seraya bersabda: "Ini (memakai cincin yang terbuat dari emas bagi laki-laki) adalah per- buatan dosa dan merupakan perbuatan penghuni neraka" (HR. Ahmad dengan sanad sahih).

Betapa besar perbedaan antara kesederhanaan Islam dalam hal per- nikahan dan persepsi perkawinan serta tradisi yang berlaku pada zaman Jahiliyah. Sehingga perkawinan tidak lagi dianggap sebagai mendatangkan bencana bagi sang suami, sebagaimana pernah diungkapkan melalui per- nyataan berikut ini: "Tiga perkarayang memberatkan suami (karena per- nikahan), yaitu rumah untuk sang isteri, tempat berkumpul dan pesta yang diiringi oleh musik (yang banyak sekali menuntut harta kekayaan)."

Dari Umar bin Khaththab Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: "Ingatlah, jangan berlebih-lebihan dalam memberikan mahar bagi

wanita. Karena sesungguhnya, jika hal itu suatu kemuliaan di dunia dan bernilai taqwa di sisi Allah, Niscaya Rasulullah SAW adalah orang yang paling utama atas kalian dalam hal tersebut. Dan aku tidak pernah mengetahui bahwa beliau menikahi isteri-

Larangan Berlebih-lebihan dalam Mahar — 91 Larangan Berlebih-lebihan dalam Mahar — 91

Tidaklah benar jika ada sebuah kisah yang menyatakan, bahwa ada perempuan yang membantah Umar ketika menyerukan agar tidak berlebih- lebihan di dalam memberikan mahar, dengan menggunakan dalil ayat Al Qur'an. Dalam hal ini disebabkan oleh dua alasan, diantaranya: Riwayat tersebut terputus dan sebagian lainnya lemah, karena adanya periwayat yang bernama Mujaalid bin Sa'id dan Qays bin Rabi', dimana keduanya dinyatakan lemah oleh Ibnu Hajar Al 'Asqalani serta para ulama fiqih lain- nya.

Sesungguhnya tindakan berlebih-lebihan itu haram hukumnya dan mengakibatkan kerusakan di dalam pernikahan. Adapun ayat tersebut me- nunjukkan kerelaan suami dan mencegah isteri untuk mengumpulkan harta. Akan tetapi, jika karena tuntutan dari pihak isteri atau walinya, maka hal itulah yang dilarang (tidak diperbolehkan). Tidaklah logis jika wanita ter- sebut menyanggah pendapat khalifah. Jika memang Umar diam tentang-nya, maka lebih baik ia berkata: Umar telah salah dan wanita ini benar! Kita telah mengetahui tentang ketetapan mahar sebelumnya, bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sendiri yang menjadikan suatu keberkahan bagi seorang wanita dengan memudahkan mahar dari calon suaminya.

Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu 'Anhu, dimana ia berkata: "Bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menyiapkan untuk pernikahan Fathimah kain beludru dan bantal yang berisikan jerami." Diriwayatkan dari Jabir Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: "Kami meng-hadiri pesta pernikahan Fathimah dan kami tidak melihat pesta yang lebih baik daripada pesta tersebut. Kami isikan kasurnya dengan rumput kering dan kami diberi buah kurma serta kismis, kemudian kami memakannya. Tempat tidur yang disediakan pada pesta tersebut terbuat dari kulit domba jantan."

Di manakah letak kesederhanaan yang telah disebutkan dalam sejarah dari pesta para puteri raja dengan berhiaskan mahkota serta isteri-isteri mereka yang memboroskan harta negara dan menyebabkan kebangkrutan. Contohnya:

a. Pernikahan antara Makmun dengan Buuron. Pernikahan itu dihiasi dengan mutiara yang serba mahal dan meminta kepada para undangan wanita agar memuliakan Buuron, supaya memperoleh apa yang mereka ingin- kan dari mutiara-mutiara tersebut. Ketika para panglima dan pejabat tiba pada pesta ini, Makmun memberikan kertas-kertas yang bertuliskan

92 — Kado Perkawinan 92 — Kado Perkawinan

b. Bersumber dari tulisan Dr. Muhammad Ahmad Hanafi yang berjudul "Tsalaatsatu A'raas Audatu bi Al Khizaanati ila AlAflaas", yang ring- kasnya adalah: "Para sejarawan menyatakan, bahwa sesungguhnya di- antara perlengkapan perkawinan anak perempuan Khamrawiah dengan isteri khalifah yang terawat itu, ada satu lapis dari empat potongan yang terbuat dari emas, yang diatasnya terdapat kubah dari emas yang ter-jalin. Dari setiap jalinannya terdapat tandan yang terbuka dan didalam-nya terdapat butiran-butiran dari permata yang tak ternilai harganya. Didalam perlengkapan perkawinan itu terdapat juga lumpang yang ter-buat dari emas, yangmana bisa mengeluarkan bunyi-bunyian dan juga menebarkan wewangian serta harga dari satu tandan itu bernilai sepuluh dinar.

Khamrawiah belum merasa cukup dengan penghormatan segala per- lengkapan pernikahan yang disiapkan untuk anaknya, begitu juga dengan tindakan berlebihan didalam memberi ongkos pemindahannya dari Mesir ke Baghdad, maka ia memerintahkan untuk membangun baginya —diakhir perjalanan panjang ini— sebuah istana sebagai tempat peristirahatan bagi "perlengkapan perkawinan" dan juga menyiapkan apa yang dibutuhkan dalam pesta selama perjalanan.

Ibnu Khalqan menyebutkan, bahwa jumlah mahar yang hendak diberi- kan mencapai satu juta dirham. Akan tetapi, mahar ini tidak ada artinya jika dibandingkan dengan ongkos yang dikeluarkan oleh Khamrawiah dalam pesta tersebut. Penulis sebutkan, bahwa Ibnu Khashshaas, yaitu seorang pedagang permata yang telah dipercaya untuk menyiapkan perlengkapan pernikahan telah mendapat bayaran sebanyak 1400 dinar, dimana pada saat itu ia menjadi dikenal melalui sebuah lagu yang sangat masyhur (umum). •:‡

Larangan Berlebih-lebihan dalam Mahar — 93