KEWAJIBAN AQIQAH DAN KHITAN
KEWAJIBAN AQIQAH DAN KHITAN
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallatn bersabda: "Seorang anak (bayi) laki-laki di aqiqahi dan di tumpahkan darah
darinya (di khitan). Karena, semua itu dapat melindungi ia (si bayi) dari penyakit." (HR. Bukhari, Muslim)
Dinukil dari kitab Hayatuna Al Jinsiyah, yang di tulis oleh DR. Shabri Al Qabani: "Bahwa sesungguhnya khitan merupakan salah satu bentuk mempersiapkan kesehatan seorang anak untuk melindungi dirinya dari se- gala macam penyakit. Disamping itu, khitan juga memiliki beberapa man- faat, diantaranya:
1. Berkhitan dapat membebaskan seseorang dari penyakit yang terdapat pada kelaminnya dan dari penyakit yang mengancam jiwanya. Disam- ping itu, juga melindungi dari kemungkinan terjadinya kerusakan dan pembusukan pada kelaminnya (karena sisa air seni yang masih menem- pel pada ujung alat kelaminnya).
2. Berkhitan juga dapat menghindarkan seseorang dari bahaya tertutupnya ujung dzakar, ketika kemaluan memanjang atau ereksi.
3. Khitan dapat meminimkan terjadinya kanker pada kemaluan. Kanker banyak menyerang (terjadi) pada orang-orang yang tidak dikhitan, karena sempitnya lubang yang terdapat pada kemaluan mereka. Jarang sekali penyakit ini menyerang para penganut agama yang mensyari'at- kan (mewajibkan) pemeluknya untuk berkhitan.
Kewajiban Aqiqah clcm Khitan — 367
4. Jika kita menyegerakan anak unruk berkhitan, rnaka akan terhindar dari kebiasaan lancing (ngompol) pada malam hari, yang disebabkan oleh reflek titik syaraf pada qulup yang digaruk.
5. Khitan dapat meringankan bahaya terhadap perbuatan yang sering di- lakukan oleh kebiasaan yang terjadi pada banyak orang (seperti me- mainkan alat kelaminnya). Karena, dengan adanya kebiasaan itu akan memperngaruhi berkembangnya urat syaraf pada alat kelamin yang me- nonjol keluar di sekitar dasar hasafah (urat besar yang menonjol di bawah lubang kemaluan, Ed.) yang mendorong orang yang teah mencapai usia baligh untuk menggaruknya dan akan merasa ketagihan untuk mem- permainkan alat kelaminnya.
6. Khitan, secara langsung atau tidak akan menambah kekuatan biologis. Telah dijelaskan melalui hasil penghitungan badan statistik yang di- lakukan oleh lembaga ilmiah, bahwa orang-orang yang di khitan proses persenggamaannya lebih panjang —sebelum ejakulasi— daripada orang- orang yang tidak di khitan. Karena itu, dapat dipahami disini, bahwa orang yang di khitan mempunyai kenikmatan yang lebih dalam mendapatkan kepuasan pada isterinya.
Fahlan Jerry —seorang pengamat seksiologi— melihat, bahwa sebab- sebab khitan, sebagaimana yang ia amati yaitu: Sesungguhnya tujuan khitan yang mendasar adalah —menurut pendapat yang kuat— untuk memanjang- kan waktu bersenggama. Sebab, kelamin yang sudah di khitan membutuh- kan waktu yang lebih lama daripada orang yang tidak di khitan, dalam hal ejakulasi atau untuk mencapai puncak birahi.
Sangat disayangkan, ada seorang dokter yang dengan penuh rasa ke- bencian pada syari'at khitan, hingga ia berkata kepada seluruh muridnya; bahwa berkhitan itu nlembahayakan kesehatan. Meskipun sebenarnya telah terdapat bukti-bukti ilmiah yang mendukung akan manfaat yang di dapat oleh adanya pelaksanaan khitan.
Dalam majalah Is-al Thabiibuka, melalui hasil pengumpulan data sta- tistik menunjukkan, bahwa kanker rahim yang terjadi pada wanita muslimah lebih sedikit jumlahnya jika dibandingkan dengan jumlah penderita yang terjadi terhadap para wanita (isteri) yang suaminya tidak di khitan.
Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya: "Setiap bayi yang baru di lahirkan itu tergadai. Dengan aqiqah kedua orang tuanya me- nebusnya, yaitu pada hari ke tujuh dan memberinya nama —pada saat itu— sekaligus mencukur rambutnya." (HR. Abu Dawud, An Nasa'i dan Tirmdzi serta yang lainnya).
368 — Kado Perkawinan
Imam Al Baihaqi menyebutkan dari Sulaiman bin Syarhabil, bahwa Yahya bin Hamzah bercerita kepada kami, dimana ia bertanya kepada 'Atha Al Khurasani: "Apa yang dijaminkan oleh pelaksanaan aqiqah? Ia men- jawab: "Memberi jaminan kesucian serta syafa'at (karena telah melaksana- kan perintah Rasulullah) pada anaknya." Jawaban ini mengisyaratkan ada- nya kewajiban pada aqiqah.
Adapun prosesi (pelaksanaan) pencukuran rambut pada saat diberlang- sungkannya aqiqah adalah untuk tujuan mendapatkan hasil yang bagus, seperti rambut yang tebal dan ikal. Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam memberi minyak rambut pada saat mencukur rambut anaknya yang baru dilahirkan. Sedangkan untuk mencukurnya beliau menggunakan pisau cukur yang biasa di pakai.
Beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam juga bersabda:
"Bagi bayi laki-laki (aqiqahnya) dua ekor kambing dan bagi bayi perempuan satu ekor kambing." (HR. Ahmad didalam musnadnya dan Tirmidzi dengan sanad sahih)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam melakukan aqiqah untuk Hasan dan Husein serta mengkhitankan mereka berdua pada saat berumur
7 hari" (HR. Baihaqi dengan sanad sahih). Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah bersabda: "Berikanlah wewangian (parfum) di tempat mengalirnya darah dan juga pada kepala bayi di hari penyembelihan untuknya." (hadits sahih)
Aqiqah itu merupakan kewajiban agama 'hanya' bagi mereka yang mampu. Sayangnya, tidak semua orang mengetahui akan hal ini. Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata di dalam kitabnya yang berjudul Tuhfatul Wadud bi Ahkaamil Mauluud: "Bahwa salah satu manfaat dari pelaksanaan aqiqah yang sesungguhnya adalah merupakan wujud dari pe- ngorbanan yang akan mendekatkan anak yang baru di lahirkan pada per- mulaan waktu kelahirannya ke dunia. Adapun manfaatnya yang lain adalah membebaskan sang anak dari apa yang di sebutkan oleh Rasulullah sebagai 'gadaian'.
Aqiqah merupakan tebusan bagi anak yang baru di lahirkan, sebagai- mana Allah menebus Nabi Ismail 'Alaihissalam dengan sekor kambing (domba). Disamping itu, juga bermanfaat untuk mengeratkan hubungan serta rasa persaudaraan diantara para kerabat dan teman pada saat dilang- sungkannya acara (aqiqah).
Kewajiban Aqiqah dan Khitan — 369
Ibnu Hibban meriwayatkan dengan sanad yang sahih dari 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha, dimana ia berkata: "Orang-orang Jahiliyah pada masa- nya; jika mereka melakukan aqiqah untuk bayinya yang baru di lahirkan, mareka mewarnai pangkal paha sang anak (bayi) dengan darah aqiqah. Pada saat mencukur rambutnya, mereka meletakkan darah hewan aqiqah di atas kepala bayi. Melihat kebiasaan tersebut, maka Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: 'Berikanlah wewangian (parfum) pada tempat mengalirnya darah...hingga akhir hadits." (HR. Ibnu Hibban dengan sanad sahih) ‡
370 — Kado Perkawinan