RASULULLAH ADALAH SUAMI YANG TEGUH HATI
RASULULLAH ADALAH SUAMI YANG TEGUH HATI
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, jika kalian meng-
inginkan kehidupan dunia dan segenap perhiasannya, maka marilah supaya aku berikan kepada kalian mut'ah (pemberian) dan aku ceraikan kalian dengan cara yang baik. Jika kalian menghendaki keridhaan Allah dan Rasul-Nya serta kebahagiaan negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik diantara kalian pahala yang besar." (Al Ahzab: 28-29)
Sebab turunnya ayat ini berkenaan dengan isteri-isteri Rasul yang me- minta tambahan nafkah zhahir (materi), sementara beliau dengan segenap kemampuan yang ada telah berusaha untuk itu, akan tetapi belum mampu untuk memenuhinya. Lalu mereka memutuskan —dengan berat hati— untuk menjauhkan diri dari beliau selama satu bulan. Kemudian Allah menurun- kan ayat tersebut diatas dengan memberikan pilihan kepada mereka (para isteri beliau) antara hidup bersama Rasulullah menurut cara hidup yang di tentukan oleh beliau dan bersabar sampai Allah memberikan kemudahan kepadanya atau bergabung kembali dengan keluarga mereka. Kemudian
340 — Kado Perkawinan
mereka memilih untuk mengutamakan Allah dan Rasul-Nya serta pahala negeri akhirat. Mereka lebih memilih untuk tinggal bersama beliau guna melaksanakan peran mereka dalam menjaga kebahagiaan serta ketenteram- an hidup bagi Rasulullah dan bekerja sama bersama beliau dalam meng- ajarkan Islam kepada kaum muslimin.
Menurut riwayat Imam Muslim didalam kitab sahihnya, tepatnya pada Juz. II, hal. 1104, dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu 'Anhu, dimana ia berkata: "Abubakar Ash Shiddiq hendak meminta izin kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam untuk bisa memasuki rumah beliau. Semen- tara pada saat itu di depan pintu Rasulullah beliau Abubakar mendapatkan para sahabat tengah duduk dan tidak satu pun dari mereka yang di izinkan untuk masuk. Lalu Abubakar mendatangi Umar dan meminta izin kepada- nya untuk masuk. Umar pun memberi izin. Setelah masuk, ia (Abubakar) mendapati Rasulullah tengah duduk di sekitar isteri-isterinya dalam keada- an diam, tidak berkata-kata. Lalu Umar berkata kepada Abubakar, bahwa ia akan mengatakan sesuatu yang membuat Rasulullah tertawa. Maka Umar pun berkata: Ya Rasulullah, seharusnya engkau melihat aku memukul leher anak Zaid —isteri Umar— yang meminta tambahan nafkah kepadaku. Mendengar perkataan Umar, Rasulullah pun tertawa sampai gigi geraham beliau terlihat. Kemudian beliau berkata: Sebagaimana kalian lihat, mereka pun (para isteri beliau) pada saat ini tengah meminta tambahan nafkah. Lalu Abubakar berjalan menuju ke arah puterinya 'Aisyah dan memukul lehemya. Umar pun melakukan hal yang sama terhadap puterinya, Hafshah. Lalu Umar bertanya kepada Hafshah: Engkau meminta kepada Rasulullah sesuatu yang beliau tidak memilikinya? Mereka berdua ('Aisyah dan Hafshah) menjawab: Demi Allah, kami tidak pernah meminta kepada Rasulullah sesuatu yang tidak beliau miliki. Kemudian mereka berdua mengasingkan diri selama satu bulan atau tepatnya 29 hari. Lalu turunlah ayat tersebut diatas. Kemudian Rasulullah berbicara yang dimulai kepada 'Aisyah: Wahai 'Aisyah, sesungguhnya aku ingin menyerahkan kepadamu satu perkara, yangmana aku berharap jangan engkau terburu-buru dalam memutuskan masalah ini sampai engkau meminta pertimbangan kepada kedua orang tuamu. 'Aisyah bertanya: Perkara apakah itu, wahai Rasulullah? Kemudian beliau membacakan ayat diatas kepadanya. Lalu 'Aisyah bertanya kembali: Apakah dalam urusan seperti ini aku harus meminta pertimbangan orang tuaku, ya Rasulullah? Bahkan aku sendiri sebenarnya telah memilih Allah dan Rasul-Nya serta negeri akhirat. Lalu 'Aisyah meminta kepada Rasulullah agar tidak memberitahukan jawabannya tersebut kepada isteri-isteri beliau yang lain. Rasulullah pun berkata kepada 'Aisyah, bahwa tidak ada satu pun dari isteri-isterinya yang lain (yang meminta beliau untuk memberi-
Rasulullah Adalah Suami yang Teguh Hati — 341 Rasulullah Adalah Suami yang Teguh Hati — 341
Betapa butuhnya para suami —khususnya pada zaman sekarang ini— atas ketabahan hati seperti yang di miliki oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Karena sesungguhnya berhubungan dengan orang yang belum begitu dikenal bagi kebanyakan wanita hanya mengakibatkan bencana, dimana yang tidak disenangi oleh mereka sebelum perkawinan adalah akibat dari persoalan tersebut. ‡
342 — Kado Perkawinan