TIDAK MEMENUHI UNDANGAN YANG TERDAPAT MAKSIAT DI DALAMNYA

TIDAK MEMENUHI UNDANGAN YANG TERDAPAT MAKSIAT DI DALAMNYA

Tidak dilarang menghadiri undangan suatu resepsi perkawinan yang di dalam pelaksanaannya terdapat kemunkaran, apabila orang yang diundang itu mampu untuk mengingkari pelaksanaan kemunkaran dari orang yang mengundang didepan orang-orang yang hadir. Sebab, yang demikian itu menjadikan Pelajaran bagi manusia (masyarakat luas).

Dalam merayakan sebuah resepsi pernikahan terkadang terdapat ke- salahan yang seharusnya wajib untuk dihindari. Seperti perayaan pernikahan yang terlalu bermegah-megahan serta memaksakan diri dengan berhutang kepada orang lain —hanya demi sebuah resepsi— dan saling membangga- banggakan diri dengannya. Salah seorang tetangga menghadiri sebuah pesta pernikahan dan ia diberi hadiah kebesaran. Ia tercengang dan bingung seraya berkata: Seharusnya yang menghadiri pesta ini yang memberikan hadiah kepada kedua mempelai, bukan sebaliknya.

Dari 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha, ia berkata:

"Aku membuat makanan dan mengundang Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Maka beliau pun mendatangi undangan yang aku haturkan. Tatkala beliau melihat gambar-gambar yang menempel di dinding rumahku, maka beliau pun kembali pulang."

Tidak Memenuhi Undangan yang Terdapat Maksiat di Dalamnya — 239

Dari Ibnu Mas'ud, ia berkata yang artinya: "Ada seorang laki-laki membuat makanan dan mengundangku (Ibnu Mas'ud). Maka aku (Ibnu Mas'ud) bertanya: Apakah didalam rumahmu terdapat gambar? Sang lelaki tersebut menjawab: Ya, ada. Maka Ibnu Mas'ud enggan memasuki rumah, hingga gambar yang menempel didinding rumahnya ia lepas (singkirkan)" (HR. Baihaqi dengan sanad sahih).

Kedua hadits tersebut diatas menunjukkan adanya larangan menempel- kan gambar-gambar (makhluk hidup, Ed.) didalam rumah, sekalipun bentuk- nya tidak lengkap atau gambar yang mempunyai bayangan maupun tidak. Dari sebagian pendapat ulama fiqih ada yang memperbolehkan gambar- gambar matahari dan gambar-gambar yang tidak utuh. Mereka ini telah menyesatkan orang-orang awam dan menyebabkan mereka senang me- letakkan segala gambar didalam rumah mereka.

Keterangan tentang pembahasan dilarangnya gambar-gambar ini lebih lanjut dapat dilihat didalam kitab yang berjudul "Al Jawab Al Mufidfii Hukmi As Suurah ", karya Al Faadhil Al Allaamah Abdul 'Aziz bin Baaz", dimana beliau telah menjelaskan dengan gamblang akan keharaman gambar- gambar, sekalipun tidak berbentuk atau tidak utuh.

'Aisyah Radhiyallahu 'Anha berkata: "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pergi untuk menunaikan suatu keperluan. Ketika mendekati waktu beliau kembali dari berpergiannya, aku mengambil namad (perma- dani) yang padanya terdapat gambar. Maka aku tutupi dinding yang sudah jelek dengannya. Tatkala beliau masuk, aku menjumpainya dikamar. Aku ucapkan salam kepada beliau: Segala puji bagi Allah yang telah memulia- kan engkau, menolong engkau, menyenangkan mata engaku dan memulia- kan engkau. Kemudian 'Aisyah bekata; bahwa beliau tidak menjawab apa yang aku katakan dan tidak berbicara sepatah kata pun kepadaku. Aku melihat kemarahan diwajah beliau. Dengan segera 'Aisyah mengambil namad yang menempel didinding tersebut dan menariknya hingga robek, lalu berkata: Apakah engkau berfungsi untuk menutupi dinding? Sesung- guhnya Allah tidak memerintahkan kepada kita agar memakaikan pakaian kepada batu dan tanah pada sesuatu yang Dia berikan kepada kita. Lalu 'Aisyah berkata: Maka Nabi memotong namad tersebut dan menjadikannya dua bantal serta mengisinya dengan sabut sambil berkata: Maka tidak ada lagi aib bagiku." (HR. Muslim dan lainnya)

Dari Salim bin Abdullah, ia berkata: "Pernah aku mengadakan resepsi perkawinan pada waktu bapakku masih hidup. Maka bapakku mengumum- kannya kepada penduduk kota. Begitu juga dengan Abu Ayyub yang meng- umumkan kepada penduduk dan mereka menghiasi rumahku dengan per- madani, bantal dan alas tidur berwarna hijau. Lalu Abu Ayyub datang dan

240 — Kado Perkawinan 240 — Kado Perkawinan

Dikecualikan pada keharaman gambar-gambar dimaksud, yaitu gambar- gambar yang dijadikan sebagai pendidikan dan pelajaran. Sebagaimana disebutkan didalam hadits sahih berikut ini: "Bahwasanya orang yang membuat gambar akan disiksa oleh Allah pada hari kiamat kelak dan akan dikatakan kepadanya: Hidupkanlah apa yang telah engkau buat (gambar)! Adapun terhadap rumah yangmana didalamnya terdapat gambar, maka rumah tersebut tidak akan dimasuki oleh para Malaikat." (HR. Bukhari)

Haram hukumnya menutupi dinding dengan kain permadani yang ber- gambar (makhluk hidup, Ed.), karena ada sebuah hadits sahih yang me- nerangkan: "Sesungguhnya Allah tidak memerintahkan kepada kita pada sesuatu yang merupakan rizki kita, agar kita memakaikannya kepada batu dan tanah." (HR. Baihaqi dengan sanad sahih)

Gambar yang diharamkan, baik yang berbentuk ataupun tidak, dikecuali- kan hukumnya jika mempunyai unsur pelajaran. Sebagaimana disampaikan didalam hadits yang diriwayatkan dari 'Aisyah ketika membuat mainan anak-anak. Dengan dalil, bahwa Rasulullah sendiri memperbolehkan 'Aisyah bermain dengan permainan anak-anak dan membuat kuda-kudaan sebagai sarana pendidikan bagi mereka. •:•

Tidak Memenuhi Undangan yang Terdapat Maksiat di Dalamnya — 241