Struktur dan Teknik Penulisan Makalah

174 Bahasa Indonesia XII Program Bahasa Terdapat berbagai jenis sajian dalam tulisan ilmiah. Isi tulisan yang sama akan mempunyai bentuk sajian yang berbeda jika disajikan untuk tujuan yang berbeda. Perbedaan sajian tulisan ilmiah juga ditentukan media yang digunakannya. Makalah yang ditulis dan hendak disajikan dalam suatu forum ilmiah seperti diskusi atau seminar atau makalah yang akan dipublikasikan lewat majalah atau jurnal ilmiah sering berbeda dengan tulisan yang akan dipublikasikan dalam sebuah surat kabar. Sebuah jurnal ilmiah sering mempersyaratkan bentuk sajian tulisan yang lebih resmi, sedangkan surat kabar sering menuntut tulisan ilmiah yang lebih populer. Makalah lazimnya terdiri atas tiga bagian, yakni bagian awal, bagian isi, dan bagian penunjang. Berikut adalah contoh kerangka tulisan ilmiah. Sebagai salah satu jenis tulisan ilmiah, makalah ditulis menggunakan bahasa baku, resmi, ilmiah, dengan penalaran yang logis, serta tidak menimbulkan banyak tafsir. Oleh karena itu, koreksilah makalah yang telah kalian tulis sebelum disebarkan kepada khalayak umum. Uraian tersebut barulah mengemukakan hal-hal pokok dari makalah. Oleh karena itu, kalian diharapkan dapat membaca dan memerhatikan contoh makalah yang ada. Dengan bekal konsep-konsep pokok serta memerhatikan dengan saksama contoh makalah tersebut, kalian diharapkan mampu menyusun makalah ilmiah dengan baik. 1. Bagian awal, terdiri atas a. Judul b. Abstrak jika diperlukan 2. Bagian isi, terdiri atas a. Pendahuluan b. Uraian teori tentang hal yang dipermasalahkan c. Uraian fakta tentang hal yang dipermasalahkan d. Pembahasan e. SimpulanSaran atau Penutup 3. Bagian Penunjang, terdiri atas a. Daftar Pustaka b. Data dari penulis jika diperlukan Problematika Tenaga Kerja Indonesia 175 Perhatikan contoh kutipan makalah berikut ini Kesalahan Umum dalam Berbahasa Indonesia1 Oleh: Ali Imron A.M. Dosen Jurusan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta

1. Pengantar

Selamat petang para pelajar tercinta dan pendengar RRI Surakarta yang budiman. Pada acara “Pembinaan Bahasa Indonesia” dalam rangka Siaran Pelajar RRI Surakarta petang ini, saya akan membahas topik “Kesalahan Umum dalam Berbahasa Indonesia”. Berbahasa Indonesia itu sebenarnya mudah, jika kita menguasai kaidahnya. Mudah, karena kita yang warga negara Indonesia hampir setiap saat mendengar, membaca, dan bahkan memakai bahasa Indonesia dalam berbagai kesempatan. Kita sering mendengar orang memakai bahasa Indonesia dalam berbagai forum diskusi, seminar, kuliah, ceramah ilmiah, pidato kenegaraan, dan lain-lain. Kita juga sering membaca buku dan berbagai media massa cetak seperti jurnal, majalah, dan surat kabar. Bahkan, kita hampir selalu memakai bahasa Indonesia dalam setiap kesempatan berkomunikasi pada forum resmi formal seperti rapat, ceramah, khotbah, diskusi, kuliah, dan sebagainya. Sayangnya, tidak banyak orang yang mau memiliki perhatian khusus untuk menguasai kaidah bahasa Indonesia tersebut, karena mereka merasa sudah “mampu” berbahasa Indonesia. Secara sekilas berbahasa Indonesia itu tampaknya tidak sulit dan memang tidak sulit, jika bahasa itu sekadar dipakai sebagai alat berkomunikasi yakni asal mitra berbicara memahami apa yang dibicarakan. Namun, jika kita mencermati, ternyata dalam pemakaian bahasa Indonesia sering sekali terdapat kesalahan yang sifatnya umum terjadi di berbagai kalangan masyarakat. Tidak terkecuali kesalahan itu dialami pula oleh para ilmuwan cendekiawan, pejabat, dan eksekutif. 1 Disajikan dalam “Pembinaan Bahasa Indonesia” pada acara Siaran Pelajar RRI Stasiun Surakarta tanggal 22 November 2003. 176 Bahasa Indonesia XII Program Bahasa

2. Kesalahan Umum dalam Pemakaian Bahasa Indonesia

Kesalahan-kesalahan berbahasa Indonesia itu secara garis besar dapat dikategorikan dalam empat hal, yakni: 1 kesalahan karena struktur, 2 kesalahan karena diksi, 3 kesalahan karena kerancuan logika, dan 4 kesalahan karena ejaan yang tidak tepat Imron A.M.,1989. Para pelajar dan pendengar RRI Surakarta yang budiman. a. Kesalahan karena strukturtata bahasa. Kesalahan karena strukturtata bahasa ini lazim disebut juga dengan gejala bahasa Badudu, 1983. Kesalahan- kesalahan itu antara lain: 1 Kontaminasi, yakni kerancuan atau kekacauan berbahasa baik dari segi kata maupun kalimat. Segi kata, misal: a mengenyampingkan: seharusnya mengesam- pingkan b mengetemukan: seharusnya menemukan c diketemukan: seharusnya ditemukan Segi kalimat, misalnya: a “Kepada Ibu Yayah dipersilahkan menyajikan makalahnya”seharusnya: “Ibu Yayah dipersilakan menyajikan makalahnya”. b “Meskipun Aisyah pandai tetapi ia tetap ramah” seharusnya: “Meskipun Aisyah pandai, ia tetap ramah”, atau “Aisyah pandai tetapi ia tetap ramah”. c “Kesebelasan PERSIS Solo bertanding melawan PSIM Yogyakarta” seharusnya: “Kesebelasan PERSIS Solo bertanding dengan PSIM Yogyakarta”. 2 Pleonasme, yakni penggunaan dua kata yang sama atau hampir sama artinya dalam sebuah kalimat. a Kata kedua tidak perlu. Misal: maju ke depan, mundur ke belakang, naik ke atas, memukul dengan tangan, menendang dengan kaki, melihat dengan mata kepala sendiri, dan lain-lain.