Menyimpulkan Isi Gurindam Melisankan Gurindam XII

76 Bahasa Indonesia XII Program Bahasa Pustaka, Angkatan Pujangga Baru, Masa Jepang, Angkatan 45, Dekade 50-an, Angkatan 66, Dekade 70-80-an, Dekade 90-an, dan Angkatan 2000. Cerpen-cerpen terpenting pada periode-periode tersebut biasanya memiliki ciri-ciri dan karakter yang spesifik. Kalian diharapkan mampu membaca dan menikmati cerpen-cerpen tersebut. Dari berbagai macam jenis cerpen yang ada, dapat kalian identifikasi adanya cerpen konvensional dan yang inkonvensional. Cerpen konvensional memiliki tema, penokohan, setting, dan plot yang serba umum, singkat, padat, jelas, mengandung kesatuan cerita, independen, dan tuntas. Sebaliknya, cerpen inkonvensional adalah salah satu jenis yang tidak memiliki dasar cerita atau tema yang jelas, namun menampilkan alur yang kronologis atau urut waktu. Setelah membaca sejumlah cerpen, kalian diharapkan mampu menunjukkan mana cerpen konvensional dan yang inkonvensional. Setelah membaca cerpen, diharapkan kalian juga mampu menjelaskan standar budaya baik dan buruk, benar dan salah dalam cerpen sesuai dengan gambaran yang berkembang dalam masyarakat. Pemahaman lain yang dikehendaki adalah kalian mampu menarik kesimpulan berupa pesan terutama pesan moral yang terkandung dalam cerpen yang kalian baca.

1. Membaca Cerpen Terpenting pada Tiap Periode

Sebelum terbitnya majalah Pujangga Baru yang juga memuat cerpen, pada masa Balai Pustaka pernah terbit buku-buku kumpulan cerpen berjudul Teman Duduk dan Pengalaman Masa Kecil karya Muhammad Yamin dari Angkatan Balai Pustaka. Buku-buku kumpulan cerpen yang di dalamnya memuat cerpen- cerpen yang dianggap penting pada tiap periode terus bermunculan sejak Angkatan Balai Pustaka sampai kini. Salah satu cerpen yang cukup mewakili zamannya adalah cerpen Lempengan-lempengan Cahaya karya Danarto, yang bahasanya sangat indah, plastis, bernas, dengan untaian cerita yang imajinatif dan menyiratkan religiusitas yang mendalam. Danarto sendiri dikenal sebagai cerpenis piawai yang banyak menciptakan cerpen-cerpen sufistik dengan keimanan kepada Allah yang kuat. Dia termasuk salah seorang cerpenis Dekade 80-an dengan karya- karya absurd sebagaimana sebagian karya-karya Putu Wijaya dan Budi Darma. Sekarang bacalah dengan penuh penghayatan cerpen berjudul Lempengan-lempengan Cahaya karya Danarto berikut ini