Penilaian terhadap Karya Sastra

Kisah-kisah Kehidupan Manusia 337 Berikut ini disajikan contoh kritik sastra. Bacalah kritik tentang drama bersajak Bebasari karya sastrawan Rustam Effendi yang ditulis H.B. Jassin berikut ini Sedikit Sejarah Rustam Effendi ................................................................................................................. Drama bersajak Bebasari oleh Rustam Effendi adalah penting sebagai hasil usaha mencobakan bentuk baru dalam kesusastraan Indonesia. Di sini syair mendapat bentuk baru, digunakan dalam percakapan-percakapan suatu cerita berbentuk tonil. Dengan sekaligus di sini dilakukan dua percobaan, yakni pertama syair yang bersifat cerita buat yang pertama kali dipakai untuk menyatakan pikiran dan perasaan sebagai pengucapan cita-cita kebangsaan dan kedua bentuk sandiwara buat pertama kali dimasukkan pula dalam kesusastraan Indonesia. Drama bersajak ini tidak asing dalam kesusastraan dunia kalau kita mengarahkan pandangan kita ke Yunani dengan penulis- penulis dramanya Aeskylos, Sofokles, Euripides, ke Jerman dengan Goethe dan Schiller, ke Inggris dengan Shakespheare. Dalam drama Bebasari dengan mudah kita melihat simbolik hasrat bangsa Indonesia yang hendak merdeka. Bebasari, perkataan bebas ada di dalamnya. Rustam tidak mengambil sesuatu tokoh dalam sejarah seperti Sanusi Pane dan Muhammad Yamin. Pemain-pemainnya hanya perlambang-perlambang. Rawana, raksasa yang lalim, kita kenal sebagai penjajah, yang telah merampas kemerdekaan Bebasari, perlambang Indonesia, sedangkan Bujangga ialah putra Indonesia. Semangat berontak dan hasrat kemerdekaan menjadi suara dasar drama ini. Berkata Bujangga: Setiap pohon di dalam belukar Dari pucuknya lalu ke akar, Setiap batu di dalam sungai, Setiap buih ombak di pantai, Setiap sinar syamsu yang permai, Setiap bunyi di tengah ngarai, Itulah rakyat pembela aku, Karena itu tanah airku, Disuarakan moyang bapa dan ibu, Sedarah sedaging dengan jiwaku. ............................................................................................................. 338 Bahasa Indonesia XII Program Bahasa Tentang bahasa sudah tampak jelas bahwa Rustam Effendi masih melakukan percobaan-percobaan. Seperti juga Amir Hamzah dan Sanusi Pane pada mulanya, dia mencari ke Sansekerta dan bahasa Arab, suatu hal yang ditinjau sepintas lalu agak aneh, karena perkataan-perkataan lama itu tidak hidup lagi dalam masyarakat yang sebaliknya mengambil dan memerlukan lagi perkataan-perkataan dan pengertian-pengertian baru yang sesuai dengan kemajuan masyarakat. Sedangkan di masa Pujangga Baru seorang Amir Hamzah masih merasa jelek perkataan mesin dan radio digunakan oleh seorang kawan sealiran Armin Pane dalam sajak-sajaknya. Perbedaan paham ini bisa diterangkan dengan mengingat bahwa para pengarang dan penyair itu mempunyai pandangan dunia yang berlainan pun dilakukan pendemokrasian. Rustam Effendi dalam tahun 1926 belum sejauh itu. Sajak- sajaknya dalam Percikan Perenungan dan drama Bebasari masih berkuasa bahasa daerah dan seperti dikatakan di atas dicarinya pula perbendaharaan kata-kata lama dari Sansekerta dan Arab. Tapi cara mempergunakan bahasa lama itu mempunyai individualitas sendiri, dalam pembentukan kata baru untuk mendekati kehalusan perasaan, dalam kombinasi kata-kata, malahan dalam kebebasan kepenyairannya itu dia sering membuat kata baru atau memotong kata-kata yang ada untuk disesuaikan dengan irama dan bunyi yang dikehendakinya. Demikian perkataan dari dipendekkannya saja menjadi dir cepat ringan, lebih dir kucing: Tinggi dir bumi, hati bersuni perkataan menunggu menjadi menung O, pucuk, mari kita sama menung, badai menjadi bad, dunia menjadi duya dan individualisme ini kita mesti terima dari orang yang berjiwa merdeka: Sarat saraf saja mungkiri, Untai rangkaian seloka lama, Beta buang beta singkiri, Sebab laguku menurut sukma. ............................................................................................................. Sumber: H.B. Jassin. 1950. Kesusastraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Esei, Jakarta: Gunung Agung, hal. 122-125 dikutip dan disesuaikan EYD. Kisah-kisah Kehidupan Manusia 339 1. Mendesain Panggung Naskah drama yang telah disusun pada akhirnya akan dipentaskan. Naskah tersebut akan didesain menjadi sebuah karya seni pertunjukan sehingga tidak hanya berhenti sebagai bahan bacaan. Pentaskanlah drama yang kalian tulis dan kalian sutradarai sendiri bersama teman kelompok bermain teater kalian Sebelum mementaskan naskah drama, kalian harus menyiapkan berbagai hal. Setelah proses latihan dilalui dan siap pentas, kalian harus memilih tempat pementasan. Desainlah panggung sebagai tempat pertunjukan. Penataan panggung disesuaikan dengan materi dan nuansa cerita yang ada di dalam naskah. Pergunakan penataan cahaya lighting jika pentasnya digelar malam hari. Supaya kualitas pertunjukan sesuai dengan harapan, ada baiknya diadakan evaluasi atau penilaian berupa geladi bersih untuk mengukur keberhasilan drama yang akan dipentaskan. Dengan naskah yang baik, penyutradaraan yang piawai, permainan aktor dan aktris yang total, disertai dukungan artistik yang baik maka pertunjukan drama akan berhasil baik. Desain pemanggungan harus memerhatikan keluasan panggung, properti yang dibutuhkan, dan pencahayaan yang sesuai untuk membangun suasana sehingga pementasan drama dapat dinikmati oleh penonton.

E. Pementasan Drama

Setelah mempelajari materi pembelajaran ini kalian diharapkan mampu: 1. menulis naskah drama dengan tema tertentu, 2. mementaskan drama karya sendiri. L atihan 12.8 Berikan penilaian terhadap novel yang telah kalian bahas di muka Diskusikan penilaian yang kalian berikan dengan teman dan guru Bahasa Indonesia. 340 Bahasa Indonesia XII Program Bahasa L atihan 12.9 Desainlah panggung pementasan setepat-tepatnya sesuai harapan kalian sehingga mampu mendukung dan menghidupkan pementasan yang kalian lakukan. Sebelum hal tersebut kalian lakukan, rumuskan lebih dahulu apa saja yang harus kalian siapkan di atas panggung

2. Menetapkan Tata Suara

Pementasan drama tidak saja dihidupkan dan dibuat menarik oleh kehadiran panggung dengan penataan panggung yang mendukung suasana cerita, tetapi juga kehadiran suaramusik pengiring pementasan yang sesuai. Biasanya sebelum layar dibuka dan tokoh tertentu membawakan prolog narasi awal pementasan, sebuah pentas drama didahului oleh kehadiran musiksuara pengiring yang cukup menyita perhatian penonton. Dengan musiksuara pengiring yang memikat, penonton digiring berkonsentrasi pada pementasan drama. Menetapkan musiksuara untuk sebuah pementasan drama perlu memerhatikan hal-hal berikut. a. Musiksuara dalam pementasan drama harus memperkuat isi cerita, memberikan kesan yang mendalam tentang suasana cerita misalnya suasana sedih, mencekam, kerinduan yang mendalam, pertengkaran yang panas, kegembiraan yang cerah ceria, teror yang mengerikan, dan seterusnya. b. Musiksuara ditampilkan dalam volume yang selaras, jangan sampai terlalu keras atau nyaris tidak terdengar. c. Musiksuara bisa dipersiapkan dalam bentuk rekaman yang siap diputar saat pementasan, bisa pula dibunyikan secara langsung pada saat pementasan berlangsung. L atihan 12.10 Rumuskanlah musiksuara seperti apakah yang tepat diperdengarkan pada teks drama dengan rangkaian cerita, adegan-adegan, dialog tertentu, dalam suasana tertentu. Untuk kepentingan ini, manfaatkanlah teks-teks drama yang pernah kalian tulis atau ditulis oleh teman-teman kalian atau karya pengarang yang pernah kalian baca Diskusikan dengan teman sekelas.