Mengenal Ciri-ciri Paragraf Deduktif dan Induktif

Menyukseskan Kegiatan Sekolah 229 betapa hati bisa sangat berpengaruh pada kehidupan seseorang, “Bila hati kian bersih, pikiran pun selalu jernih, semangat hidup kan gigih, prestasi mudah diraih, tapi bila hati busuk, pikiran jahat merasuk, akhlak pun kian terpuruk, dia jadi makhluk terkutuk. Bila hati kian lapang, hidup susah tetap senang, walau kesulitan menghadang, dihadapi dengan tenang, tapi bila hati sempit, segalanya jadi rumit, seakan hidup terhimpit, lahir batin terasa sakit”. Jika hati kita bersih tentu akan nikmat sekali menjalani hidup ini. Kalau hati kita bersih dan sehat, maka pikiran pun bisa menjadi cerdas. Kita tidak punya lagi waktu untuk berpikir licik, dengki, atau keinginan untuk menjatuhkan orang lain. Kehidupan akan menjadi sangat melelahkan kalau kita tidak pandai menjaga hati. Sekali saja kita tidak suka kepada seseorang, maka lambat laun kebencian itu memakan waktu, produktivitas, dan kebahagiaan kita. Kita akan lelah memikirkan orang lain yang kita benci. Sumber: Aku Bisa, Manajemen Qolbu untuk Melejitkan Potensi karya Abdullah Gymnastiar, Penerbit MQ Publishing, Bandung, 2004, hlm. 13-14 Baca dan perhatikan paragraf induktif berikut ini. Tuliskan ciri-ciri paragraf induktif berdasar paragraf tersebut. Seorang pejabat terpuruk karena kurangnya ilmu. Seorang pelajar dan mahasiswa terlibat aksi kemaksiatan karena kurangnya ilmu. Seorang presiden pun bisa terjebak dan tertipu karena kurangnya ilmu. Siapa pun bisa jadi hina dan jatuh karena kurangnya ilmu. Belajar tiada henti harus dijadikan sebagai program harian. Cobalah untuk saling bertanya setiap kali bertemu dengan teman, “Ilmu apa yang telah engkau amalkan hari ini?” begitu seterusnya. Ini akan lebih bermanfaat dari hanya sekadar mengobrol tanpa arah tujuan. Tekadkan dalam hati, “Setiap hari saya harus bertambah ilmu. Saya harus mencari uang lebih banyak agar saya bisa menambah ilmu. Saya harus meluangkan waktu untuk mencari ilmu. Saya harus membebaskan diri saya dari belenggu kebodohan dengan mendapatkan ilmu”. Sumber: Aku Bisa, Manajemen Qolbu untuk Melejitkan Potensi karya Abdullah Gymnastiar, Penerbit MQ Publishing, Bandung, 2004, hal. 101

2. Menyusun Kerangka Paragraf yang Akan Ditulis

Sebuah paragraf biasanya terdiri atas beberapa kalimat. Kalimat- kalimat itu berkoherensi satu sama lain, jalin-menjalin dengan eratnya, saling menjelaskan, dan melengkapi. Dalam paragraf itu ada sebuah pikiran