Mengapresiasi Nilai-nilai Kehidupan
75
L atihan
4.6
L atihan
4.5
3. Menyimpulkan Isi Gurindam
Menyimpulkan isi gurindam berarti merumuskan inti maksud hati penyair dari tiap bait-bait gurindam. Pada umumnya suatu kesimpulan pasti
lebih pendek daripada wacana yang disimpulkan, namun tidaklah demikian dalam gurindam. Dua baris dalam satu bait yang saling berhubungan dan
menunjukkan hubungan sebab akibat, sesungguhnya sudah merupakan kristalisasi pemikiran penyair. Dengan demikian, kesimpulan sebuah
gurindam bisa lebih panjang dari naskah aslinya.
4. Gurindam sebagai Karya Sastra yang Khas pada Masanya
Dibandingkan dengan puisi-puisi lama yang sezaman. Seperti pantun, syair, seloka, dan talibun, gurindam termasuk karya sastra yang khas.
Kekhasan itu bisa kalian lihat dari bentuk maupun isinya. Dari masing-masing bait yang jumlahnya 24 itu 2x12, simpulkanlah
isi yang terkandung dalam gurindam tersebut
Amatilah contoh-contoh gurindam di depan, jelaskan eksistensi gurindam sebagai karya sastra yang khas pada zamannya
C. Membaca dan Menanggapi Cerpen
Setelah mempelajari materi pembelajaran ini kalian diharapkan mampu:
1. menikmati keindahan cerpen yang dibaca, 2. membaca cerpen terpenting pada suatu periode,
3. membaca cerpen inkonvensional absurd pada zamannya, 4. menjelaskan standar budaya yang tercermin pada cerpen.
Sejarah karya sastra dibagi menjadi beberapa periode dan setiap periode terdapat cerpen-cerpen yang dianggap penting dan mewakili
periode tersebut. Dalam periodisasi sastra Indonesia, dikenal Angkatan Balai
76
Bahasa Indonesia XII Program Bahasa
Pustaka, Angkatan Pujangga Baru, Masa Jepang, Angkatan 45, Dekade 50-an, Angkatan 66, Dekade 70-80-an, Dekade 90-an, dan Angkatan 2000.
Cerpen-cerpen terpenting pada periode-periode tersebut biasanya memiliki ciri-ciri dan karakter yang spesifik. Kalian diharapkan mampu membaca
dan menikmati cerpen-cerpen tersebut.
Dari berbagai macam jenis cerpen yang ada, dapat kalian identifikasi adanya cerpen konvensional dan yang inkonvensional. Cerpen
konvensional memiliki tema, penokohan, setting, dan plot yang serba umum, singkat, padat, jelas, mengandung kesatuan cerita, independen,
dan tuntas. Sebaliknya, cerpen inkonvensional adalah salah satu jenis yang tidak memiliki dasar cerita atau tema yang jelas, namun menampilkan
alur yang kronologis atau urut waktu. Setelah membaca sejumlah cerpen, kalian diharapkan mampu menunjukkan mana cerpen konvensional dan
yang inkonvensional.
Setelah membaca cerpen, diharapkan kalian juga mampu menjelaskan standar budaya baik dan buruk, benar dan salah dalam cerpen sesuai
dengan gambaran yang berkembang dalam masyarakat. Pemahaman lain yang dikehendaki adalah kalian mampu menarik kesimpulan berupa pesan
terutama pesan moral yang terkandung dalam cerpen yang kalian baca.
1. Membaca Cerpen Terpenting pada Tiap Periode
Sebelum terbitnya majalah Pujangga Baru yang juga memuat cerpen, pada masa Balai Pustaka pernah terbit buku-buku kumpulan cerpen
berjudul Teman Duduk dan Pengalaman Masa Kecil karya Muhammad Yamin dari Angkatan Balai Pustaka.
Buku-buku kumpulan cerpen yang di dalamnya memuat cerpen- cerpen yang dianggap penting pada tiap periode terus bermunculan sejak
Angkatan Balai Pustaka sampai kini. Salah satu cerpen yang cukup mewakili zamannya adalah cerpen Lempengan-lempengan Cahaya
karya Danarto, yang bahasanya sangat indah, plastis, bernas, dengan untaian cerita yang imajinatif dan menyiratkan religiusitas yang
mendalam. Danarto sendiri dikenal sebagai cerpenis piawai yang banyak menciptakan cerpen-cerpen sufistik dengan keimanan kepada Allah yang
kuat. Dia termasuk salah seorang cerpenis Dekade 80-an dengan karya- karya absurd sebagaimana sebagian karya-karya Putu Wijaya dan Budi
Darma. Sekarang bacalah dengan penuh penghayatan cerpen berjudul Lempengan-lempengan Cahaya karya Danarto berikut ini