Menentukan Unsur Intrinsik Drama

Memupuk Kesetiakawanan Sosial 279 Gareng : Biarin. Kan supaya dibilang mengikuti perkembangan ekonomi dunia. Petruk : Sok bicara dolar. Rupiah saja cuma punya recehan. Petruk, Petruk. Lagak boleh modern, tapi isi dompet tetap tradisioniil ... Bagong : Apa Semar punya rencana? Petruk : Siapa yang tahu? Gareng : Menyanyi. Lalu diikuti Petruk dan Bagong. Rencana bencana Punakawan merancang Rencana para satria mengirim Bencana isi kepala terbang ke mana-mana Badan macet tidak ke mana-mana Panakawan merancang rencana Para satria memecat sesukanya Tawa gembira tak sehat katanya Otak malah ruwet banyak tainya Oo rencana ini, rencana itu Tak guna jika tak punya kuasa Oo bencana ini, bencana itu sering terjadi tanpa rencana Semar muncul. Melangkah keluar perlahan. Cahaya pada Semar. Gareng : Sttt.. Romo Semar. Mau apa dia, kok diam saja seperti patung? Matanya melotot, tapi tidak basah. Merah tapi tak ada air mata. Petruk : Kita tunggu, apa beliau masih ingat kebiasaannya. Menangis lalu menyanyi, mengeluh lalu menyanyi, kemudian kentut sambil menangis, tapi tetap menyanyi. Sampai tertidur karena kecapean, tapi nyanyi jalan terus dibawa mimpi. Kita catat apa isi nyanyiannya kali ini. Gareng : Tidak ada tanda-tanda ke arah itu. Dia masih jadi patung batu. Bagong : Apa Semar sudah bukan Semar yang asli? Dia persis celengan Semar yang dijual obral di pasar. Lho, dia memandangi kita. Apa mau memarahi? 280 Bahasa Indonesia XII Program Bahasa Gareng : Bukan marah, tapi kayaknya sih mau bersabda. Semar : Berdiri di depan pintu rumah. Menatap ketiga anaknya. Prihatin. Bagong .. Anakku .. Bagong : Ya, Mar? Semar : Pergilah kamu, Nak, pergilah ke mana saja, sejauh-jauhnya. Makin jauh kamu pergi, makin baik .. Romo tidak sanggup lagi membantu kamu .. Menangis sambil kentut dan mengeluh lagi. Masuk rumah. Aduh, aduh, kenapa kita harus bernasib seperti ini. Ya jagat dewa batara, apa salahku? Apa salah anakku? Apanya yang salah? Kejam sekali.. Bagong : But why, deddy? Why? Deddy ... Kepada Petruk dan Gareng. Truk, Gareng, ini ada apa? Kok cuma aku yang diusir? Apa salahku? Apa cuma itu hasil perenungan Semar? Ada apa lagi ini? Aneh nian.. Petruk : Mau apa lagi? Kalau memang itu perintah Semar, ya harus diikuti. Gareng : Pasti Semar sudah membaca tanda-tanda zaman. Ramalan. Bagong : Jadi, aku harus pergi? Tapi harus ada alasannya dong? Apa? Petruk : Banyak sabar, jangan banyak emosi dulu .. Bagong : Oo, aku tak tahu. Harus protes atau patuh. Oo, aku tak tahu. Kecewa dulu atau marah melulu. Oo, aku tak tahu. Bagong diusir akibat cinta atau cuma dianggap kutu. Oo, tak tahu, sungguh aku tak tahu. Aku sabar kok, betul. Sabar, sabar, orang sabar rejekinya besar. Ya, sudah kalau begitu. Pamit Truk, Gareng. Aku pulang. Nanti aku akan rundingan sama Ni Pesek, kami harus pergi ke mana. Ini kacau. Tiada angin tiada gluduk, tahu-tahu Semar mengusirku. Tapi sebagai anak, Bagong harus patuh. Permisi. Pergi dengan hati yang sangat gundah. Gareng : Kok cuma Bagong yang diusir? Kok kamu dan aku tidak? Petruk : Ya, namanya juga anak kesayangan. Gareng : Kalau anak kesayangan, kok malah diusir? Memupuk Kesetiakawanan Sosial 281 L atihan 10.4 Petruk : Kalau ada apa-apa, pasti Bagong yang akan diprioritaskan. Kita sih cuma pelengkap penderita. Mau sengsara kek, mau mampus kek, Semar mana peduli. Masa bodoh. Makanya kita tetap saja jadi anak yang bodoh. Gareng : Ngawur. Bagong lebih bodoh dari kita. Lampu berubah Carilah naskah drama berjudul “Republik Bagong Sebuah Tempat Entah Siang Entah Malam” untuk melengkapi penggalan drama tersebut sehingga membantu kalian dalam menentukan tema, plot, tokoh, perwatakan, pembabakan, dan perilaku berbahasa drama tersebut

D. Menulis Kritik atau Esai Sastra

Setelah mempelajari materi pembelajaran ini kalian diharapkan mampu: 1. mengenal prinsip-prinsip penulisan kritik dan esai karya sastra, 2. menyusun sinopsis karya sastra, 3. menyebutkan unsur-unsur pembentuk cerita dalam karya sastra, 4. menyebutkan hal-hal menarik dari karya sastra, 5. menunjukkan hubungan antara gambaran masyarakat dalam karya sastra dengan kehidupan masyarakat. Pembahasan tentang sastra tidak terlepas dari karya sastra, sejarah sastra, teori sastra, dan kritik sastra. Kritik sastra adalah cabang ilmu sastra yang membahas atau menanggapi secara teliti berbagai hal tentang sastra. Pembahasan kadang-kadang disertai sinopsis objek yang dijadikan sasaran kritik uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya, beserta pendapat kritikus. Sedangkan esai sastra merupakan karangan yang membahas sastra secara sepintas lalu singkat dari sudut pandang pribadi penulisnya. 282 Bahasa Indonesia XII Program Bahasa L atihan 10.5 Penyusunan sinopsis bisa dilakukan terhadap berbagai jenis karya sastra, kecuali puisi. Dari karya sastra yang telah kalian baca, tentu saja bisa disusun sinopsis ceritanya. Di samping menyusun sinopsis, kalian juga bisa mendeskripsikan pula unsur-unsur pembentuk karya dengan membahas segi-segi tertentu dari karya sastra yang sudah kalian deskripsikan tersebut. Dalam novel atau cerpen terdapat suatu gambaran masyarakat, seperti juga gambaran masyarakat dan budaya yang ada dalam dunia nyata. Kedua gambaran itu niscaya ada dalam benak para pengarang. Sangat mungkin gambaran yang ditulis dalam novel maupun cerpen diilhami oleh gambaran dalam masyarakat nyata. Setelah membaca novel, kalian hendaknya bisa menunjukkan dan menyebutkan hubungan antara gambaran dalam karya sastra dengan gambaran dalam masyarakat nyata.

1. Menyusun Sinopsis Karya Sastra

Sinopsis karya sastra adalah ringkasan pokok-pokok cerita pada prosa fiksi atau naskah drama. Sinopsis merupakan tuturan singkat dan padat berupa kristalisasi suatu karangan. Sinopsis diperlukan dalam kritik atau esai untuk memberikan gambaran umum tentang karya yang dikritik. Sinopsis disusun dalam kalimat-kalimat berita dan kalimat tidak langsung tanpa menggunakan dialog. Pada pembelajaran sebelumnya kalian telah membaca kutipan cerpen Indonesia dan cerpen terjemahan yang sama-sama mengisahkan tragedi yang menimpa anak manusia. Kedua cerpen tersebut adalah Cut karya Asma Nadia dan Tuhan Tahu Tapi Menunggu karya Leo Tolstoy. Nah, sekarang buatlah sinopsis kedua cerpen tersebut

2. Mendeskripsikan Unsur-unsur Pembentuk Cerita dalam Karya

Sastra Pada pembelajaran yang lalu kalian telah mempelajari uraian mengenai unsur-unsur pembentuk cerita yang terdiri atas tema, penokohan, setting, plot, dan amanat, atau faktor-faktor intrinsik. Mengkritik karya sastra tidak dapat dilepaskan dari pembahasan unsur-unsur tersebut.