Kohesi Menentukan Kekohesian dan Kekoherenan Wacana secara Utuh

Meneladani Nilai-nilai Kepahlawanan 211 1 Rudi adalah pekerja keras. Ia selalu bangun lebih awal daripada saudara-saudaranya yang lain. Pagi-pagi ia harus mencarikan makan ternaknya. Ia juga selalu membantu ayahnya membajak di sawah. Sepulang dari sawah, anak itu masih harus membantu ibunya di dapur. Begitulah kegiatannya setiap hari. 2 Sejak kecil Amin tinggal di lingkungan pondok pesantren. Banyak kegiatan yang ia lakukan selama di sana. Amin selalu belajar mengaji. Di sana ia juga rajin berpuasa. Di sana hal-hal yang berkaitan dengan keagamaan lebih ditekankan. Hampir setiap hari ia bergelut dengan ilmu agama.

b. Koherensi

Keterkaitan semantis antara bagian-bagian wacana disebut koherensi. Kekoherensian bagian wacana yang satu dengan yang lain ditandai adanya hubungan yang erat, saling melengkapi, atau saling menjelaskan. Perhatikan contoh berikut ini. 1 Ada tiga hal yang perlu kita lakukan agar badan tetap sehat. Pertama, kita harus makan atau mengonsumsi makanan secara teratur dan tidak berlebihan. Kedua, kita harus melakukan olahraga secara rutin. Yang ketiga, istirahat cukup dan teratur. 2 Pekerjaan mengarang atau menulis membutuhkan penguasaan atas beberapa pengertian dasar dan latihan. Selain harus mengerti beberapa pengertian dasar tentang ejaan, penggunaan kosakata, kalimat serta kaidah-kaidah ketatabahasaan, subjek individu juga dituntut menguasai beberapa pengertian dasar tentang wacana. Sumber: Marwoto, et. al. 1990. Komposisi Praktis. Yogyakarta: Hanindita, hal 171. L atihan 8.8 Berdasarkan penjelasan dan contoh-contoh tersebut, dapat dikatakan bahwa kohesi dan koherensi merupakan penghubung bentuk dan makna bagian-bagian wacana sehingga membentuk wacana yang utuh. Perhatikan dengan cermat beberapa wacana di bawah ini Tentukan wacana yang tidak kohesif dan atau tidak koheren Tentukan letak ketidakkohesian atau ketidakkoherenannya, sampaikan juga koreksi kalian 1. A : Bagaimana Anda dapat mengatasi masalah ini? B : Masalah ini sebenarnya bukan bidang kajian kita. 212 Bahasa Indonesia XII Program Bahasa 2. A : Berapa harga boneka ini, Bang? B : Murah saja, Pak. A : Berapa? Sepuluh ribu? B : Tambah sedikit Pak A : Dua belas ya? B : Sebenarnya belum dapat. Tapi, nggak apalah, Pak. 3. Kemarin sore ayah membelikan adik sebuah kalians. Rupanya ayah mengetahui kalau adik sangat membutuhkannya. 4. Panasnya sinar matahari tidak menyurutkan semangat para pedagang asongan di terminal itu. Mereka berangkat dari rumah pagi-pagi. Banyak dagangan yang mereka tawarkan di sana. Mulai dari rokok, minuman berkaleng, dan beberapa yang lain. Mereka menjalani profesi itu selama bertahun-tahun. Barangkali inilah yang membuat mereka semakin ulet. Kehujanan dan kepanasan sudah menjadi bagian hidup mereka. Tampaknya mereka cukup bahagia dengan keadaan itu. 5. Mengenai RUU Susduk MPRDPR dan DPRD, Afan melihat tidak ada masalah. “Salah satu bagiannya memang membicarakan keberadaan ABRI di lembaga legislatif. Persoalannya adalah, berapa pun jumlah anggota fraksi ABRI di DPR tidak akan ada bedanya, sepanjang kita memandang dwifungsi ABRI seperti sekarang ini,” tandasnya.

4. Menentukan Kelengkapan Wacana

Bentuk wacana tertulis sangat bervariasi. Surat merupakan salah satu contohnya. Sebuah surat dikatakan lengkap apabila unsur-unsur kelengkapan dalam surat terpenuhi. Bagian-bagian yang menunjukkan kelengkapan surat antara lain nama pengirim, alamat pengirim, yang dikirimi, alamat yang dikirimi, pembuka, isi atau maksud surat, penutup, dan sebagainya. Kelengkapan bagian sebuah surat hampir sama dengan sebuah karangan. Sebuah karangan dikatakan lengkap apabila mengandung beberapa unsur, misalnya pendahuluan, isi, dan penutup. Wacana yang tidak memenuhi kelengkapan unsur-unsurnya disebut wacana yang tidak lengkap.