Menyusun Berbagai Kalimat Ditinjau dari Sudut Pandang Dalam Konteks Wacana

252 Bahasa Indonesia XII Program Bahasa L atihan 9.17 paragraf atau karangan. Beberapa jenis kalimat tersebut dapat digunakan dalam berbagai ragam lisan. Misalnya dalam percakapan sehari-hari, dalam pidato, pementasan drama, dan sebagainya. Penggunaan kalimat tersebut dapat dilihat dari sudut pandang tertentu atau sesuai dengan konteksnya. 1. Susunlah sebuah teks percakapan bertema nilai-nilai pendidikan yang di dalamnya menggunakan kalimat inti, kalimat transformasi, kalimat tunggal, dan kalimat majemuk Kalian boleh menggunakan ragam nonbaku untuk menyatakan butir- butir percakapannya. 2. Gunakan beberapa kalimat majemuk bertingkat yang menyatakan berbagai aspek hubungan dalam sebuah paragraf 3. Berdasarkan hasil pekerjaan pada nomor 1 dan 2, analisislah dan tentukan jenis kalimat majemuk yang ada serta jenis hubungannya

F. Perubahan, Pergeseran Makna, dan Hubungan

Makna Kata Setelah mempelajari materi pembelajaran ini kalian diharapkan mampu: 1. membedakan sinonim, antonim, homonim, homograf, homofon, hiponim, dan polisemi, 2. membedakan kata-kata yang mengalami peyorasi, ameliorasi, perluasan, dan penyempitan makna, 3. menentukan makna asosiasi dan sinestesia.

1. Membedakan Kata-kata yang Bersinonim, Berantonim,

Berhomonim, Berhomograf, Berhomofon, Berhiponim, dan Berpolisemi Kata-kata yang bentuknya berbeda, tetapi artinya sama. Secara mudah, persamaan makna kata disebut sinonim. Contoh kata-kata bersinonim antara lain: mati dengan meninggal; lagu dengan nyanyian; Menyukseskan Kegiatan Sekolah 253 bisa dengan dapat; rumah dengan wisma. Sebaliknya, kata-kata yang maknanya berlawanan disebut antonim. Contoh: panjang pendek; gelap terang; lebar sempit; hidup mati. Kata-kata yang sama ejaan dan lafalnya, tetapi artinya berbeda disebut homonim. Perbedaan arti dan tidak adanya hubungan makna dalam homonim disebabkan kata-kata itu berasal dari sumber yang berbeda. Contoh: bisa = dapat dan bisa = racun; buku = kitab dan buku = ruas; baku =saling dan baku = pokokutama. Kata-kata yang sama ejaannya, tetapi lafal dan artinya berbeda disebut homograf. Contoh: memerah = memeras dengan memerah = menjadi merah; perang = permusuhan secara fisik dengan perang = pirang, merah kekuning- kuningan; teras = serambi rumah dengan teras = utama, inti. Kata-kata yang sama lafalnya, tetapi ejaan dan artinya berbeda disebut homofon. Contoh: bang = panggilan kakak laki-laki dengan bank = lembaga keuangan; tang = alat penjepit, pemotong, pencabut dengan tank = kendaraan tempur berlapis baja. Ungkapan kata, biasanya; kiranya dapat juga frasa atau kalimat yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna suatu ungkapan lain disebut hiponim. Dalam bahasa Indonesia, pemakaian istilah hiponim dapat mengacu pada kata benda atau kata sifat adjektif. Hiponim sering juga disebut subordinat, sedangkan ungkapan atau kata yang memayunginya disebut superordinat atau hipernim. Hiponim selalu dilawankan dengan hipernim. Perhatikan ilustrasi berikut Kereta api, bus, bajaj, taksi, mikrolet adalah hiponim dari alat transportasi darat. Sebaliknya, alat transportasi darat merupakan hipernim dari kereta api, bus, bajaj, taksi, mikrolet. Kata atau frasa yang mempunyai makna lebih dari satu disebut polisemi. Polisemi disebut juga aneka makna. Beberapa arti dari kata berhiponim tersebut masih ada hubungannya. Kepolisemian itu disebabkan adanya pergeseran makna atau tafsiran yang berbeda, sehingga makna kata yang berpolisemi dapat diketahui dengan memerhatikan konteks pemakaiannya dalam kalimat. Contoh a. Harga beras akhir-akhir ini turun. b. Anak itu turun dari pohon.