Tema dan Amanat Puisi Menilai Puisi

128 Bahasa Indonesia XII Program Bahasa Pada pembelajaran yang lalu telah dijelaskan tentang perbandingan puisi Indonesia dan puisi terjemahan dalam hal penggunaan bahasa. Ternyata banyak terjadi penyimpangan dalam penggunaan bahasa, di antaranya penggunaan leksikal, fonologi, semantik, dan sintaksis. Hal ini sebenarnya suatu hal yang wajar mengingat kerja menerjemahkan puisi selalu menghadapkan penerjemahnya dengan perbedaan gaya bahasa, antara bahasa asli dan bahasa terjemahan. Oleh karena itu, puisi-puisi terjemahan kemungkinan telah mengalami distorsi dari segi makna dan gaya bahasa. Alangkah lebih baik jika kalian juga menguasai bahasa asli puisi yang diterjemahkan tersebut agar memperoleh pemahaman yang akurat terhadap puisi terjemahan. Berikut disajikan puisi-puisi Indonesia dan puisi terjemahan yang dapat kalian analisis berdasarkan penyimpangan bahasa yang terdapat di dalamnya. Selain itu, kalian juga bisa membandingkan nilai-nilai estetika dari berbagai pandangan dalam puisi-puisi. Setangkai Lilin Setangkai lilin pada altar-Mu Wartakan imanku bernyala pada-Mu Menantang kepala-Mu berduri Merunduk pekur menatap bumi Duhai Roh berdaging Wahai Sabda berdarah Cukupkah lilin ini Menyala-kobarkan cinta kita? Bakarlah ia sampai luluh Biar Kau terpanggang atasnya

B. Membandingkan Puisi Indonesia dan Terjemahan

Setelah mempelajari materi pembelajaran ini kalian diharapkan mampu: 1. membandingkan puisi Indonesia dengan puisi terjemahan, 2. membandingkan pemakaian bahasa dalam puisi Indonesia dengan puisi terjemahan, 3. membandingkan nilai-nilai estetika yang terdapat pada puisi. Menikmati Keindahan Sastra 129 Jadi persembahan harum Semerbak mewangi bagi Bapa Bersama lidah-lidah nyalanya Leburkan asap deritanya Pada semerbak cinta-Mu Akulah lilin pada altar-Mu Karya: John Dami Mukese Sumber: Tonggak Antologi Puisi Indonesia Modern 4, Editor: Linus Suryadi AG, Gramedia Jakarta, 1987 Halaman 41 98 Tuhanku tanami ladangku dengan keinsyafan Adam ketahanan Nuh kecerdasan Ibrahim ketulusan Ismail kebersahajaan Ayyub kearifan Yakub keadilan Daud keperkasaan Sulaiman kesabaran Yunus kelapangan Yusuf kesungguhan Musa kefasihan Harun kebeningan Khidhir kesucian Isa kematangan Muhammad Tuhanku tanami ladangku Tuhanku Karya: Emha Ainun Nadjib Sumber: 99 untuk Tuhanku, Penerbit Pustaka Salman, ITB Bandung 1983, hlm. 112-113