Paragraf untuk Contoh Paragraf untuk Proses

206 Bahasa Indonesia XII Program Bahasa

E. Menganalisis Wacana

Setelah mempelajari materi pembelajaran ini kalian diharapkan mampu: 1. mengenali berbagai jenis wacana, 2. mengorganisasikan wacana, 3. menentukan kekohesian dan kekoherenan wacana, 4. menentukan kelengkapan wacana, 5. menganalisis wacana lengkap baik lisan maupun tulis.

1. Mengidentifikasi Berbagai Wacana Jurnalistik, Sastra, Ilmiah,

dan lain-lain Wacana dapat diartikan sebagai peristiwa komunikasi terstruktur yang terjadi dalam konteks tertentu yang diwujudkan secara linguistik maupun nonlinguistik untuk menyampaikan informasi utuh. Selain itu, wacana dapat diartikan sebagai rentetan kalimat yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain yang membentuk satu kesatuan. Oleh karena itu, berbicara tentang wacana tentu memerlukan pengetahuan tentang kalimat dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kalimat. Berdasarkan media yang dipakai untuk mewujudkannya, terdapat jenis wacana lisan dan wacana tertulis. Wacana yang diwujudkan secara lisan disebut wacana lisan, sedangkan wacana yang diwujudkan secara tertulis disebut wacana tertulis. Perhatikan contoh berikut ini Anton : “Baksonya, Pak” Penjual bakso : “Iya, Pak. Berapa?” Anton : “Satu lengkap, dan satu lagi kosong. Cepat ya, Pak” Penjual bakso : Sambil menyodorkan mangkoknya. “Ini, Pak.” Tidak berapa lama kemudian. Anton : “Berapa semuanya?” Penjual bakso : “Delapan ribu, Pak. Terima kasih.” …. Percakapan antara Anton dan penjual bakso tersebut terkesan sangat sederhana. Namun, secara pragmatis percakapan tersebut berterima. Meneladani Nilai-nilai Kepahlawanan 207 Artinya, antara kedua pihak memahami maksudnya. Hal ini disebabkan adanya konteks yang melatarbelakangi pembicaraan mereka. Wacana di atas menunjukkan adanya keutuhan makna. Selain jenis wacana lisan dan tertulis juga dikenal ada wacana jurnalistik, wacana sastra, wacana ilmiah, dan lain-lain.

a. Wacana Jurnalistik

Wacana yang digunakan untuk memaparkan berita persuratkabaran, termasuk di dalamnya majalah, buletin, selebaran, maklumat, dan sebagainya disebut wacana jurnalistik. Di dalam wacana jurnalistik dapat ditemukan beberapa ciri, antara lain: 1 penuturannya singkat; 2 bentuknya sederhana, sehingga kadang-kadang keluar dari kaidah kebahasaan; 3 isinya padat; 4 menggunakan kata-kata umum yang dikenal masyarakat; dan 5 karena mengejar kepadatan dan keringkasan, sering terdapat kalimat yang sambung-menyambung, bahkan berjalin-jalin meskipun umumnya masih tetap mudah dipahami.

b. Wacana Sastra

Wacana yang dipakai untuk menyampaikan emosi perasaan dan pikiran, fantasi dan lukisan angan-angan, pengalaman batin, khayalan, dan peristiwa dengan bentuk bahasa yang khas disebut wacana sastra. Berdasarkan fungsi dan tujuannya, wacana sastra memiliki beberapa ciri, antara lain: 1 cara penuturannya istimewa, untuk menciptakan efek bagi pembaca atau pendengar; 2 menggunakan kata-kata yang khusus dipakai dalam ragam sastra; 3 mengandung banyak unsur subjektif; 4 lebih mementingkan unsur perasaan emosi daripada pikiran rasio, sehingga ada kesan emotif; 5 menggerakkan emosi, bertujuan untuk memengaruhi jiwa pembaca; dan 6 dimungkinkan berpenafsiran ganda polyinterpretable, terutama dalam karya sastra berbentuk puisi.

c. Wacana Ilmiah

Wacana yang digunakan untuk keperluan atau pembicaraan ilmiah dan keahlian yang semata-mata ditujukan kepada lingkungan ahli dan