Paragraf untuk Perbandingan Menulis Paragraf Contoh, Perbandingan,

Meneladani Nilai-nilai Kepahlawanan 205 L atihan 8.4

2. Paragraf untuk Contoh

Metode yang kedua adalah contoh. Sebuah gagasan yang terlalu umum sifatnya, atau generalisasi-generalisasi memerlukan ilustrasi-ilustrasi yang konkret sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Untuk ilustrasi terhadap gagasan-gagasan atau pendapat yang umum itu sering dipergunakan contoh-contoh yang konkret, yang mengambil tempat dalam sebuah alinea. Tetap harus diingat bahwa sebuah contoh sama sekali tidak berfungsi untuk membuktikan pendapat seseorang, tetapi dipakai sekadar untuk menjelaskan maksud penulis. Dalam hal ini pengalaman- pengalaman pribadi merupakan bahan yang paling efektif untuk setiap pengarang.

3. Paragraf untuk Proses

Sebuah dasar lain yang juga dapat dipergunakan untuk menjaga agar perkembangan sebuah alinea dapat disusun secara teratur adalah proses. Proses merupakan suatu urutan dari tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu, atau urutan dari sesuatu kejadian atau peristiwa. Untuk menyusun sebuah proses, pertama-tama penulis harus mengetahui perincian-perincian secara menyeluruh. Kedua, ia harus membagi proses tersebut atas tahap-tahap kejadiannya. Bila tahap-tahap kejadian ini berlangsung dalam waktu-waktu yang berlainan, maka penulis harus memisahkan dan mengurutkannya secara kronologis. Ketiga, sesudah mengadakan pembagian seperti diuraikan tadi, ia harus menjelaskan tiap tahap dalam detail yang cukup tegas sehingga pembaca dapat melihat seluruh proses itu dengan jelas. Ketiga pola pengembangan paragraf di atas hanya sebagian kecil dari pola pengembangan paragraf yang berkembang dalam bahasa Indonesia. Pada kenyataannya di dalam sebuah paragraf, biasanya terdapat lebih dari satu pola pengembangan dan pemakaiannya ditentukan oleh pilihan atau selera penulis. 1. Cari masing-masing sebuah contoh paragraf perbandingan, paragraf contoh, dan paragraf proses 2. Susunlah paragraf perbandingan, paragraf contoh, dan paragraf proses masing-masing sebuah 206 Bahasa Indonesia XII Program Bahasa

E. Menganalisis Wacana

Setelah mempelajari materi pembelajaran ini kalian diharapkan mampu: 1. mengenali berbagai jenis wacana, 2. mengorganisasikan wacana, 3. menentukan kekohesian dan kekoherenan wacana, 4. menentukan kelengkapan wacana, 5. menganalisis wacana lengkap baik lisan maupun tulis.

1. Mengidentifikasi Berbagai Wacana Jurnalistik, Sastra, Ilmiah,

dan lain-lain Wacana dapat diartikan sebagai peristiwa komunikasi terstruktur yang terjadi dalam konteks tertentu yang diwujudkan secara linguistik maupun nonlinguistik untuk menyampaikan informasi utuh. Selain itu, wacana dapat diartikan sebagai rentetan kalimat yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain yang membentuk satu kesatuan. Oleh karena itu, berbicara tentang wacana tentu memerlukan pengetahuan tentang kalimat dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kalimat. Berdasarkan media yang dipakai untuk mewujudkannya, terdapat jenis wacana lisan dan wacana tertulis. Wacana yang diwujudkan secara lisan disebut wacana lisan, sedangkan wacana yang diwujudkan secara tertulis disebut wacana tertulis. Perhatikan contoh berikut ini Anton : “Baksonya, Pak” Penjual bakso : “Iya, Pak. Berapa?” Anton : “Satu lengkap, dan satu lagi kosong. Cepat ya, Pak” Penjual bakso : Sambil menyodorkan mangkoknya. “Ini, Pak.” Tidak berapa lama kemudian. Anton : “Berapa semuanya?” Penjual bakso : “Delapan ribu, Pak. Terima kasih.” …. Percakapan antara Anton dan penjual bakso tersebut terkesan sangat sederhana. Namun, secara pragmatis percakapan tersebut berterima.