Menemukan Gagasan Pokok Membaca Cepat Sebuah Teks

Meneladani Nilai-nilai Kepahlawanan 199 agitator. Ia selalu bicara dengan lemah-lembut, tetapi di dalam kelembutannya terkandung suatu kekuatan dan semangat perjuangan yang rasanya tidak pernah habis dari sumbernya. Kemudian, saya insaf bahwa Romo Mangun adalah seorang pejuang tulen dan seorang nasionalis sejati. Romo Mangun adalah seorang pencinta bangsanya. Ini sangat saya rasakan ketika kami berbicara mengenai situasi sosial politik dan kebudayaan negeri ini. Hanya saja perhatian beliau sangat khusus terutama pada generasi mudanya, khususnya anak-anak. Menurut Romo Mangun, anak-anak inilah yang akan menentukan masa depan negeri kita. Kalau sampai kita salah mengasuh anak-anak, akan rapuhlah negara dan bangsa kita. Oleh sebab itu, Romo Mangun sangat memerhatikan pendidikan anak-anak, dan sangat mencintai anak-anak. Di beberapa tempat berkarya seperti di lembah Kali Code, di pantai Grigak Panggang Gunung Kidul, dan di Kedung Ombo, Romo Mangun selalu memiliki perhatian khusus untuk anak-anak. Beberapa kali bertemu dengan saya yang selalu ia minta adalah kalau ada seorang guru tari yang mau dan dapat mengajar tari anak-anak di tempat- tempat tersebut. Saya memang menyanggupi, tetapi sampai tulisan ini saya buat dengan permohonan maaf yang sangat besar, saya terpaksa harus mengakui bahwa saya gagal mencari guru tari untuk anak-anak yang bersedia tanpa pamrih di lingkungan-lingkungan tersebut. Rupanya untuk anak-anak yang tersingkir, untuk lingkungan yang terbuang banyak orang terlalu sibuk untuk dapat memberi perhatian kepada mereka. Sementara Romo Mangun dengan atau tanpa teman terus berjuang di tengah-tengah mereka. Perhatian terhadap pendidikan anak-anak beliau wujudkan dalam SD eksperimen di Sekolah Dasar Kanisius Mangunan Yogyakarta. Romo Mangun berpendapat bahwa pendidikan dasar merupakan kunci apakah seorang anak akan menjadi manusia yang berguna atau tidak. Beliau sangat mengkritik kurikulum pendidikan pada umumnya dan pendidikan dasar pada khususnya. Beliau juga mengeluh bahwa karena sistem pendidikan dan kurikulum yang tidak menentu menyebabkan guru-guru pun menjadi kebingungan. Ini berakibat kemudian para guru hanya menjadi pelaksana kurikulum dan tidak sungguh-sungguh mendudukkan dirinya sebagai guru pendidik sejati. Dalam perbincangan di pantai Sundak Gunung Kidul, ketika beliau kebetulan mengajak stafnya untuk suatu refreshing course dan saya sedang melatih 200 Bahasa Indonesia XII Program Bahasa teater rakyat, beliau sempat mengeluh bahwa sekarang ini tak ada guru yang sungguh-sungguh guru, yang ada hanyalah pawang atau tukang. Pendidikan dasar yang sudah begitu parah sehingga Romo Mangun perlu membuat eksperimen-eksperimen pada tingkat pendidikan dasar yang mendidik anak sungguh menjadi manusia yang kreatif, bukan hanya menjadi bebek yang hanya sanggup meniru. Kami pernah berbincang-bincang pula di kediaman Romo Mangun di Gang Kuwera Gejayan. Kami membahas sistem pendidikan dasar yang ideal dewasa ini, yang kemudian membuat kami berangan-angan tentang sebuah sekolah yang muridnya dididik untuk saling memerhatikan. Bahwa tidak ada anak yang dasarnya memang bodoh. Semua anak pada dasarnya memiliki kecerdasan apabila lingkungannya mampu memberikan perhatian secara penuh. Guru tidak hanya mengajar murid yang paling pintar saja. Bukan saja anak pintar yang diperhatikan dan anak yang kurang pandai diabaikan. Akan tetapi, anak yang pintar harus membantu temannya sehingga pelajaran tidak ditambah kalau seluruh kelas belum memahaminya. Oleh karena itu, tidak ada anak yang tidak naik kelas. Dengan demikian yang diperkembangkan bukan persaingan, melainkan kerja sama. Mungkin ini adalah mimpi kami pada saat itu. Akan tetapi, tampaknya Romo Mangun bersungguh-sungguh dengan pendidikan dasar eksperimennya. Kalau mimpi ini menjadi komitmen beliau pastilah akan diperjuangkan dengan seluruh pengorbanannya. Saya masih ingat ketika sungai Code akan dibersihkan dengan menyingkirkan rumah-rumah warga Girli, Romo Mangun telah mencegahnya dengan mengatakan akan berpuasa kalau sampai proyek itu dijalankan. Akhirnya, proyek itu memang tidak pernah dilaksanakan. Inilah salah satu sifat yang paling kuat dari Romo Mangun. Ia konsekuen pada apa yang sudah menjadi komitmennya. Setiap pejuang memang selalu siap mengorbankan diri, tetapi setiap pejuang acap kali mendapat balasan yang justru menyakitkan hati. Hal ini pun saya rasa kerap kali dialami oleh Romo Mangun. Meskipun demikian, beliau menerima dengan ikhlas dan penuh pemahaman. Romo Mangun tidak suka publisitas yang berlebihan pada dirinya. Itulah sebabnya mengapa ia sering menolak untuk diminta sesuatu yang sifatnya untuk suatu kepentingan publisitas saja. Romo Mangun ingin mengangkat permasalahan masyarakat dan anak-anak yang terbuang. Oleh karena itu, beliau tidak suka kalau karyanya dan permasalahan masyarakat serta anak-anak hanya dijadikan bahan publisitas untuk suatu kepentingan. Beberapa kali saya sempat mendengarkan keluhan beliau tentang permintaan ceramah atau wawancara yang sifatnya hanya publisitas belaka. Meneladani Nilai-nilai Kepahlawanan 201 Bagi seorang pejuang seperti Romo Mangun, saya pahami benar bahwa apa yang dilakukan adalah bukan untuk kepentingan pribadi dan bukan untuk kepentingan publisitas dirinya. Tetapi sebaliknya, beliau akan sangat gembira apabila ada seseorang yang bersedia membantu karya-karyanya dalam menangani mereka yang terbuang. Saya masih ingat betapa gembira beliau ketika Studio Audio Visual kami bersedia memberikan lokakarya pendidikan media pada murid-murid sekolah dasar eksperimen beliau. Bagi kami, sebetulnya hal ini bukan apa-apa. Akan tetapi, bagi Romo Mangun ternyata kesediaan kami tersebut dirasa cukup berarti dan merupakan bantuan yang sangat berguna bagi anak-anak. Romo Mangun adalah seorang yang sangat memerhatikan persahabatan pada siapa pun yang beliau kenal. Ketika tahun 1991 saya memperoleh Award dari Festival Film Prix Futura Berlin, Romo Mangunlah yang pertama-tama mengirim kartu ucapan selamat dengan tulisan tangan beliau. Betapa sangat besar hati saya waktu itu menerima ucapan selamat dari Romo Mangun secara khusus. Tetapi ternyata untuk beberapa peristiwa penting yang lain, Romo Mangun selalu memberikan perhatian dengan mengirimkan kartu dan pesan-pesan beliau. Jadi, beliau memang seorang sahabat yang sangat memerhatikan teman-temannya. Inilah yang sering sangat mengharukan, tetapi sekaligus membanggakan saya sebagai teman Romo Mangun. Saya sendiri harus mengakui bahwa tidak memiliki kesanggupan untuk bisa seperti itu. Terhadap keluarga pun, Romo Mangun sangat memerhatikan. Di saat-saat bertemu dengan saya sekeluarga, beliau selalu menanyakan bagaimana anak-anak saya, bagaimana pendidikannya. Sementara kami sendiri sering merasa sangat kurang memerhatikan Romo Mangun. Menjelang usia Romo Mangun yang ke-70 tahun, kami merasa ada tiga hal yang selalu memberikan kesan mendalam dari beliau. Pertama, semangat perjuangan beliau yang tidak pernah padam, apalagi terhadap apa yang telah menjadi komitmen beliau. Kedua, perhatian yang luar biasa kepada kaum yang terbuang dan mereka yang tersingkir dari masyarakat lebih-lebih anak-anak; dengan seluruh pengorbanan beliau mengangkat harkat dan martabat mereka. Ketiga, kerendahan hati dan perhatian beliau kepada semua teman dan sahabat sehingga menumbuhkan rasa keakraban persaudaraan dan kesejukan. Di zaman seperti ini tidak banyak orang yang berkepribadian seperti Romo Mangun. Padahal, justru di zaman seperti ini dibutuhkan banyak orang seperti beliau. Sumber: Y.B. Mangunwijaya Pejuang Kemanusiaan, Y.B. Priyanahadi dkk. Ed. 1999: 90-95 202 Bahasa Indonesia XII Program Bahasa Berapa kecepatan membaca kalian? Cara menghitung kecepatan membaca sangat mudah. Kecepatan membaca bisa dihitung dari jumlah kata wacana di depan berjumlah 1060 kata dibagi jumlah waktu yang digunakan untuk membaca bacaan itu. Gunakan rumus berikut. u jumlah kata yang dibaca 60 = jumlah kpm kata per menit jumlah detik untuk membaca Jika membaca wacana di depan menghabiskan waktu 3 menit dan 8 detik atau total 188 detik, maka kecepatan membaca kalian: 60, u u 1060 60 = 5,6 atau338, 3 kpm 188

2. Menjawab Secara Benar 75 dari Seluruh Pertanyaan

Tingkat kecepatan membaca selain diukur banyaknya kata per menit juga diukur dengan kemampuan menguasai isi bacaan. Kalian diharapkan mampu menjawab secara benar 75 dari keseluruhan pertanyaan. Dari teks berjudul Y.B. Mangunwijaya karya Fred Wibowo di depan, jawablah dengan tepat, singkat, dan padat pertanyaan-pertanyaan berikut Y.B. Mangunwijaya Dilahirkan di Ambarawa, Jawa Tengah, 6 Mei 1929 dan meninggal di Jakarta, 10 Februari 1999. Menyelesaikan pendidikan di Institut Filsafat dan Teologi “Sancti Pauli” Yogya 1959, kemudian meraih Dipl. Ing. dari Sekolah Teknik Tinggi Rhein- Westfalen, Aachen, Jerman Barat 1966, dan tahun 1978 mengikuti Fellowship Aspen Institute for Humanistic Studies di Aspen, Colombo, AS. Cerpennya, “Kapten Tahir ”, mendapat Hiburan Sayembara Kincir Emas Radio Nederland Wereldomroep 1975; bersama cerpen-cerpen yang lain, cerpen ini kemudian dibukukan dalam Dari Jodoh Sampai Supiyah 1976. Bukunya Sastra dan Religiositas 1982, meraih Hadiah Sastra DKJ 1982, dan novelnya Burung- Burung Manyar 1981 meraih Hadiah Sastra ASEAN 1983. Karyanya yang lain: Ragawidya 1975, Puntung-Puntung Roro Mendut ke, 1978, Romo Rahardi n, 1981, Panca Pramana 1982, Roro Mendut n, 1983, Ikan-ikan Hiu, Ido, Homa n, 1984, Genduk Duku n, 1985, Lusi Lindri n, 1987, Durga Umayi n, 1991, Burung-Burung Rantau n, 1992, Pohon- Pohon Sesawi n, 1999, dan Rumah Bambu kc, 2000. Sumber: Buku Pintar Sastra Indonesia, Mei 2001 J ejak T okoh Sumber: petromaks.files.wordpress.com Gambar 8.1 Y.B. Mangunwijaya Meneladani Nilai-nilai Kepahlawanan 203 a. Romo Mangun bukanlah seorang agitator, melainkan seorang pejuang tulen yang lemah-lembut dan nasionalis sejati. Apakah yang dimaksud nasionalis sejati? b. Di antara manusia dalam kelompok umur tertentu, siapakah yang paling mendapatkan perhatian Romo Mangun? c. Apakah yang terjadi kalau kita sampai salah dalam mengasuh anak- anak? d. Sebutkan tempat-tempat yang pernah digunakan Romo Mangun dalam melaksanakan karya-karya kemanusiaannya yang bernuansa religius tersebut e. Mengapa Romo Mangun perlu membuat eksperimen-eksperimen pada tingkat pendidikan dasar? f. Bagaimanakah sikap Romo Mangun ketika sudah mengorbankan diri namun justru mendapat balasan yang menyakitkan hati? g. Romo Mangun adalah sahabat yang sangat memerhatikan teman- temannya. Bagaimana wujud perhatian itu? h. Romo Mangun memiliki perhatian yang sangat luar biasa terhadap kaum yang terbuang dan tersingkir. Siapakah kaum yang terbuang dan tersingkir itu? i. Mengapa Fred Wibowo mengatakan bahwa Romo Mangun adalah seorang pecinta bangsanya? j. Sebutkan tiga kesan mendalam tentang Romo Mangun yang dirasakan oleh Fred Wibowo Sekarang cocokkan jawaban kalian dengan isi bacaan. Jika jawaban minimal 75 benar, berarti kalian telah berhasil membaca cepat. Jika belum, teruslah berlatih membaca wacana-wacana yang mudah dalam bentuk deskriptif dan bahan-bahan nonfiksi lain yang bersifat informatif, serta membaca fiksi yang agak sulit untuk menikmati keindahan sastranya dan mengantisipasi akhir cerita. L atihan 8.3 Cari dan bacalah wacana yang bersifat informatif. Catatlah waktu baca kalian. Hitunglah jumlah kata wacana tersebut dengan menghitung jumlah rata-rata kata per baris, dikalikan jumlah baris setiap halaman, dikalikan jumlah halaman. Sekarang hitunglah kecepatan membaca kalian. Jika kecepatan baca 350 kata per menit, berarti kalian telah berhasil membaca cepat. Jika di atas 350 kata per menit, hal itu sangat bagus. Akan tetapi jika di bawah 300 kata per menit, berarti kecepatan membaca kalian masih kurang. Ujilah kemampuan membaca cepat dengan menyebutkan ide pokok bacaan.